Mohon tunggu...
Pratama Adi
Pratama Adi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Pecinta seni dan travelling

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cinta yang Salah (?)

31 Maret 2012   07:10 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:13 771
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sampai akhirnya si bos memilih bercerai. Dia merasa tidak sanggup lagi bertahan setelah bertahun-tahun hidup dalam kekerasan dan penghinaan seksual. Tindakan bos pertama sesudah perceraiannya adalah memberhentikan hampir semua staff prianya tanpa alasan yang jelas. Dia hanya mempertahankan beberapa dari antaranya yang memang sangat dekat secara emosional, termasuk aku. Saya benci melihat banyak laki-laki di kantor saya, begitu alasannya.

Sementara aktivitasnya dalam kegiatan sosial, aku tidak tahu persis bagaimana asal-muasalnya. Yang aku tahu si bos makin jarang di kantor dan lebih sering berada di kantor lembaga swadaya masyarakat yang menyediakan layanan bantuan hukum bagi korban kekerasan rumah tangga dan kekerasan seksual baik di dalam maupun di luar perkawinan. Dia juga aktif dalam memperjuangkan hak-hak kaum transgender, meskipun dia menolak perkawinan sesama jenis.

Pada suatu kesempatan, si bos memberikan beberapa penjelasan yang hanya dia katakan padaku, tidak kepada siapapun bahkan kepada anggota keluarganya sekalipun. Dalam terminologi pidana, katanya, baik dalam hukum pidana positif maupun hukum pidana Islam, pelanggaran terhadap peraturan adalah kejahatan. Karena itu perkawinan sesama jenis, dilihat dari hukum yang berlaku di Indonesia, menurut saya juga kejahatan karena di dalam undang-undang perkawinan, perkawinan dilangsungan antara pria dengan wanita, bukan antara pria atau antara wanita. Tetapi tentang cinta dan orientasi seks, bagaimana mungkin kita bisa menghakimi sebagai suatu kejahatan? Saya trauma dengan laki-laki dan saya menjadi benci. Ketika saya jatuh cinta kepada sesama wanita, saya bahagia dan saya mendapatkan ketenangan yang saya tidak pernah peroleh dari laki-laki, apa salah saya?

Aku tidak menjawab ataupun memberikan sanggahan. Aku hanya kebetulan seseorang yang bekerja dan menjadi staff di kantornya. Hanya memiliki pengetahuan tentang manajemen perusahaan dan tidak tahu menahu dalam persoalan hukum. Tapi aku berdoa dan terus mencari kesempatan agar pada satu saat ada jawaban atau sanggahan yang sepadan dan meyakinkan tentang pandangan dan orientasi seks si bos.

Dan kesempatanpun datang ketika salah satu lembaga swadaya masyarakat di Bandung mengundang bos menjadi pembicara dalam seminar tentang seks di luar perkawinan dan transgender yang juga menghadirkan para pembicara dari berbagai organisasi sosial dan keagamaan.

*****

Hari ini, Minggu malam di pertengahan bulan. Aku dan bos menginap di salah satu hotel di kawasan Setiabudi, Bandung. Kawasan ini menjadi salah satu kawasan favoritku setiap berkunjung ke Bandung. Entah daya magis apa yang selalu mengundang aku supaya harus menginap di sana. Mungkin karena aku suka surabi jadi selalu menyempatkan diri mampir ke warung surabi yang cukup terkenal di kawasan ini.

Pukul tujuh malam, ketika kami bersiap turun untuk makan, si bos berkata, “Sebentar lagi kita akan bertemu seseorang. Saya tidak mengatakan saya berpacaran dengannya. Tetapi saya mencintainya dan dia memberikan banyak pencerahan ketika hidup saya terpuruk pasca bercerai. Saya bertemu dengannya di kantor lembaga swadaya masyarakat tempat saya aktif, di mana dia sebagai salah satu pengurusnya. Saya tidak tahu apakah dia mencintai saya atau tidak. Yang jelas dia sangat baik, sayang dan perhatian ke saya. Dan yang pasti, sekali lagi, saya mencintainya.”

Aku belum selesai menarik nafas ketika si bos memperkenalkan aku kepada seorang perempuan cantik yang baru keluar dari lift. Aku sangat terkejut seperti halnya terkejutnya si wanita itu begitu melihat aku.

Dia sahabatku yang selama ini aku cari.

Ya Tuhan, kenapa jadi begini?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun