Mohon tunggu...
Adhi Ardhana
Adhi Ardhana Mohon Tunggu... -

Asli Bali.. Alumni Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS) Saat ini mencari sesuap nasi dan sekepal berlian di Bali di hari tua....dengan cara yang JUJUR..!!!!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tulisan 2006 untuk mengenang Puputan Badung ++

18 September 2010   02:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:09 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memperingati 100 tahun Puputan Badung.

Om Swastiastu,

Untuk mengenang dan memperingati 100 tahun Puputan Badung yang jatuh pada tanggal 20 September 2006, saya ingin menyampaikan penghargaan setinggi-tingginya kepada saudara2/leluhur kita yang secara gagah berani turut serta dalam perjuangan tersebut membela negara/kerajaan saat itu.

Diantara yang sangat saya hormati dan junjung tinggi yaitu Kyai Anglurah Pemecutan IX dari Puri Agung Pemecutan, I Gusti Ngurah Made Agung (2010 diusulkan jadi pahlawan nasional) dari Puri Agung Denpasar, serta Penglingsir Puri Kesiman, sane samian mantuk ring rana (perang), sebagai tiga pimpinan perang saat itu.

(Menurut saya ketiga pimpinan perang ini memiliki jasa yang sama, karena saat itu kepemimpinan di kerajaan Badung bersifat colective kolegial, mereka memimpin kerajaan secara bersama sama....seharusnya mereka bertiga berhak untuk diusulkan menjadi pahlawan nasional)

Adapun diantara yang gugur dan turut serta dalam puputan tersebut adalah kedua kakek buyut kami dari Puri Gerenceng Pemecutan yaitu I Gusti Kompyang Gde (sebagai ksatria pengabih Kyai Anglurah Pemecutan IX ring Puri Agung Pemecutan, beliau gugur tepat di depan Pemedal Puri Agung Pemecutan dengan dahi tertembak bersama dengan sang Raja Lingsir) dan I Gusti Made Gde (sebagai Panglima pasukan meriam yg bersiap di Tanjung Bungkak, namun tidak sampai terjadi kontak dg belanda karena jalur serangan ternyata melalui Kesiman, ada yang membocorkan rahasia perang ke pihak Belanda). Kita harus hormati pula semangat dan kemampuan leluhur kita yang berperang saat itu karena dengan senjata yang sederhana tapi mampu membunuh beberapa perwira dan serdadu Belanda (Seperti peperangan di Kesiman dan di seputar Puri Agung Pemecutan).

Sejarah dalam keluarga ini saya dengar langsung dari penuturan orang tua saya, dan apa yang saya sampaikan dalam surat ini sekali lagi untuk mengenang dan menghormati saudara/leluhur kita yang turut serta dalam puputan tersebut seperti yang berulang2 pula dituturkan oleh ayah saya.

Saya yakini pula ribuan cerita/sejarah mengenai puputan Badung juga dituturkan oleh orang tua ke keturunannya, namun lebih dalam lagi kita sebagai generasi yang mewarisi hasil dari perjuangan tersebut harus pula dapat mewarisi semangat pantang menyerah demi membela kebenaran sesuai dengan kondisi saat ini. Keadilan, Persatuan dan Kesetiaan merupakan tiga pelajaran yang dapat kita ambil dari pemaparan cerita ini.

Om Santhi Shanti Shanti Om.

A.A.Ngurah Adhi Ardhana, ST.

Puri Gerenceng

Jln Sutomo no 30, Denpasar

Balipost, surat pembaca Tanggal 18 September 2006,

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun