Mohon tunggu...
Fionna Adhelia Putri
Fionna Adhelia Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Kedokteran Gigi

Artikel

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Insecurity pada Mahasiswa

29 Mei 2023   16:44 Diperbarui: 29 Mei 2023   16:55 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya, Ida Ayu Pithaloka sebagai mahasiswa kedokteran gigi Universitas Airlangga berpendapat bahwa insecure atau ketidak percayaan diri merupakan salah satu perasaan yang ada dalam diri manusia, khususnya mahasiswa. Seperti halnya merasa rendah atas diri sendiri ketika melihat orang lain yang lebih sukses atau lebih tinggi pencapaiannya, itu semua ialah garis besar dampak dari insecurity bagi manusia. Untuk memberikan validasi atas pernyataan tersebut, kenali terlebih dahulu apa itu insecurity.
 
Apa itu Insecurity?
Insecurity atau insecure sendiri memiliki definisi sebuah perasaan cemas, ketidakmampuan, serta kurangnya rasa percaya dalam diri manusia yang diiringi dengan ketidakpastian atas kemampuan maupun hubungannya dengan orang lain. Sebuah sumber mengatakan bahwasanya insecurity termasuk dalam kondisi tertentu yang masih erat kaitannya dengan kesehatan mental.

Mungkin pernyataan itu dapat dibenarkan bilamana rasa insecure tersebut terlalu larut dalam jangka waktu yang lama. Karena pada dasarnya seorang yang memiliki rasa insecure rawan mengalami perasaan 'kurang' dan tidak percaya diri terhadap beberapa aspek yang mereka anggap masih jauh dari kebanyakan orang. Selain itu, dengan adanya insecurity ini juga akan berdampak signifikan terhadap kehidupan sehari-hari mereka, seperti kesulitan membentuk hubungan, mengerjakan tugas perkuliahan, ataupun hal lain yang dikarenakan timbulnya persepsi negatif serta rasa ketidakberdayaan yang timbul dalam diri mereka.

Akibat terlalu seringnya pikiran negatif menguasai mereka, maka secara tidak langsung mereka juga akan kehilangan kemampuan dalam penyesuaian diri terhadap lingkungan di sekitarnya, entah dengan tujuan mencapai sesuatu atau menemukan penerimaan. Rasanya akan sulit, karena dalam pikirannya selalu terlintas akan skenario yang buruk, perasaan cemas berlebih, dan fatalnya akan membuat mereka sendiri stuck di tempat karena perasaan tidak mampu untuk maju yang terlalu besar.

Lalu pada siapakah insecurity itu ada?
Secara garis besar rasa insecure bisa datang pada siapa saja. Namun mungkin yang seringkali ditemukan ialah mereka yang berasal dari kalangan remaja dan mahasiswa. Pada mahasiswa, rasa insecure itu bisa tumbuh akibat adanya kesenjangan pada interaksi mereka. Seperti yang diketahui bahwa macam-macam mahasiswa itu beragam, perbedaan itu bisa dilihat dari cara berpakaian, berinteraksi, belajar, dan lain-lain. Maka pemicu daripada rasa insecure yang ada pada mahasiswa adalah hal-hal tersebut.

Kerap sebagai manusia terkadang melihat apa yang dilakukan manusia lainnya. Seperti dimisalkan seorang mahasiswa mendapatkan pencapaian tinggi atas usaha belajarnya. Seharusnya hal tersebut dijadikan motivasi, namun mahasiswa dengan insecurity mereka justru akan membandingkannya dengan seseorang tersebut, dan kerap menyalahkan diri atas keterlambatannya. Kondisi tersebut disertai dengan perasaan cemas atas ketertinggalan, ketakutan akan masa depan, khawatir yang berlebihan dan mulai meragukan diri atas kemampuan yang dimiliki.
 
Kemudian, bagaimana dengan solusinya?
Untuk keluar dari lingkaran insecurity tentu harus dengan niat dan dipupuknya perasaan percaya diri kuat-kuat. Mungkin saja tidak akan langsung hilang, namun setidaknya membawa diri dalam keadaan yang lebih baik. Adapun cara-cara tersebut adalah:
1. Memprioritaskan kebahagiaan diri sendiri. Hal ini bisa dilakukan dengan meromantisasi kehidupan dengan melakukan tindakan yang membuat bahagia, misalnya bepergian atau melakukan hobi ketika waktu sedang luang.
2. Belajar hal-hal baru yang menarik. Usia mahasiswa adalah usia petualangan, di mana semestinya mereka banyak mencari hal-hal baru untuk pengetahuannya. Hal tersebut dapat dilakukan, tujuannya agar fokus terhadap diri sendiri dan merasa kalau diri sendiri juga memiliki potensi.
3. Mengembangkan keterampilan atau bakat yang ada. Hal ini juga dilakukan untuk mendistraksi serta memvalidasi bahwa diri sendiri juga memiliki value.
4. Berhenti untuk menyalahi diri sendiri dan menjauhkan diri dari pemikiran yang negatif, terutama dengan sesuatu yang bahkan belum dicoba ataupun terjadi. Positif thinking sangat membantu untuk menjauhkan diri dari perasaan insecure.
5. Self-reward atau memberikan penghargaan terhadap diri sendiri ketika telah mencapai pencapaian tertentu.
Hal-hal yang disebutkan di atas kembali pada diri masing-masing. Akan tetapi, sebagai mahasiswa yang masih memiliki jangka waktu yang panjang, alangkah lebih baik bilamana menghabiskan waktu untuk eksplorasi, mencari tahu hal-hal baru, mencari jati diri, atau suatu hal positif lain. Hal tersebut lebih baik daripada kerap menyalahkan diri atas pencapaian yang diterima orang lain, atau menganggap diri sendiri tidak worth it.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun