Ketika pintu ruangan terbuka, saya dan rekan saya, Salma, terdiam dalam kekaguman melihat koleksi yang sangat mengesankan. Biasanya, barang-barang antik seperti ini hanya dapat kami temukan di museum, namun kali ini kami menemukannya di rumah seorang warga. Koleksi ini mencakup berbagai barang yang sudah berusia puluhan hingga ratusan tahun.
Di dalam ruangan utama, kami melihat berbagai barang antik seperti piring-piring Cina, batu alam, keris-keris kecil, lukisan, dan jam-jam kuno yang masih menjadi trend hingga saat ini. Selain itu, terdapat satu ruangan lagi yang dipenuhi dengan puluhan keris, tombak, kursi goyang, dan boneka Cina kuno.
Ditempat kami dipersilakan duduk, dan di meja di depan kami, terhampar koleksi uang kertas dari tahun 1920-an hingga saat ini. Uang-uang tersebut tidak hanya berasal dari Indonesia, tetapi juga dari negara-negara lain seperti Malaysia, Brunei, Thailand, Filipina, dan Jepang. Koleksi ini mencakup berbagai bentuk uang, mulai dari yang berukuran besar hingga yang kecil dan minimalis. Uang kertas dalam koleksi ini dipasarkan dengan harga yang bervariasi, mulai dari 15 ribu rupiah hingga 100 ribu rupiah per lembar.
Selain di meja, Pak Rikat juga menata uang-uang antiknya dalam sebuah pigura tua yang sudah cukup berumur. Pigura tersebut memberikan kesan klasik dan melengkapi keindahan koleksi uang yang terawat dengan sangat baik. Penataan ini tidak hanya menambah nilai estetika tetapi juga melindungi uang-uang tersebut dari kerusakan. Setiap lembar uang yang dipajang dalam pigura ini seolah-olah dikelilingi oleh bingkai nostalgia, menghubungkan masa lalu dengan masa kini dalam satu tampilan yang harmonis. Penempatan dalam pigura ini juga memudahkan pengunjung untuk mengamati detail-detail kecil yang mungkin terlewatkan jika hanya diletakkan di meja, dan menambah kesan elegan pada ruang pamer koleksi yang mengesankan ini.
seni, memiliki sekitar lima lukisan di ruangan ini yang diperolehnya dari kolektor lain. Lukisan-lukisan tersebut menambah keunikan ruang tersebut, menciptakan suasana yang kaya akan elemen estetika dan sejarah. Di samping itu, piring-piring Cina yang dipajang juga menambah nilai artistik dan budaya, sementara jam dinding kuno serta bambu-bambu yang memiliki desain khusus semakin memperkaya koleksi yang ada di ruangan ini.
Di ruang sebelah kiri, terdapat sejumlah lukisan, piring-piring Cina, sebuah jam dinding antik, dan beberapa bambu dengan bentuk yang menarik. Pak Rikat, sebagai kolektorDidalam etalase, ada beberapa batu alam yang dibuat cincin batu akik, keris-keris kecil diantara lain semar kuncung dan keris cokro yang berusia kurang lebih 100 tahun lamanya. Selain itu, dietalase milik pak rikat juga ada gigi hewan buruan, kacang-kacangan yang diawetkan dan uang-uang koin kuno zaman dahulu yang masih bagus sampai sekarang. Uang koin-koin tersebut dijual mulai dari harga 15 ribu rupiah hingga 50 ribu rupiah per itemnya.
Keris tersebut adalah keris Bajra, yang memiliki bentuk menyerupai tombak dengan lengkungan di bagian luar, memberikan kesan yang sangat unik. Selain itu, terdapat juga keris Trisula yang berbentuk seperti bara api, menambah keunikan dan keindahan koleksi tersebut. Kedua keris ini tidak hanya menunjukkan keahlian pembuatnya, tetapi juga melambangkan simbolisme dan estetika yang mendalam dalam tradisi keris.
Di dekat pintu ruangan lainnya, saya dan rekan saya tertarik pada sebuah keris yang sangat mencolok dan berbeda dari keris-keris pada umumnya.Kemudian, kami diajak memasuki sebuah ruangan khusus yang didedikasikan untuk koleksi keris, tombak, dan samurai. Di ruangan ini, Pak Rikat memiliki sekitar 30 keris dengan berbagai jenis, masing-masing memiliki nilai yang bervariasi, mulai dari 2 juta rupiah hingga 30 juta rupiah, tergantung pada keunikan dan kelangkaannya.