Seseorang tiba-tiba menepuk pundakku pelan.
“Mari kita pulang. Biarkan dia istirahat dengan tenang”. Aku menoleh, lalu mengangguk. “Bukan hanya kamu yang merasa kehilangan. Tapi, sudahlah. Dia telah memilih jalannya sendiri,”
ujar ayah Alana sambil tetap memegangi pundakku. Aku berdiri, kemudian mengiringinya meninggalkan pekuburan tempat Alana baru saja ditanam. Belum genap lima meter berjalan memunggungi kuburan, aku sudah diburu rindu. Kusempatkan lagi menengok gundukan tanah basah tempatnya menjalani tidur panjang tanpa mimpi. Tiba-tiba saja aroma kamboja meruap. Lembut. Dalam sedetik seluruh pekuburan menjelma putih kapas. Aku tergeragap. Ah, malaikat memang tak pernah mau hadir terlambat. Ia selalu datang dan beruluk salam pada penghuni baru, tepat setelah langkah ketujuh pelayat terakhir meninggalkan makam.......
Daun-daun akasia yang berwarna kuning banyak berjatuhan. Ia seolah mengabarkan kelelahan bertahan menghadapi kemarau yang membakar dan tak putus-putus. Senja ini aku duduk sendiri di bangku taman akasia. Satu demi satu kubuka tiap lembar halaman buku harian Alana. “Sebelum masuk rumah sakit jiwa Alana tak sekecap pun mau berbicara. Dia hanya menulis. Rupanya ada banyak hal yang ingin disampaikannya kepadamu. Ambillah! Kamu lebih berhak untuk menyimpannya,” ujar mama Alana ketika aku mampir ke rumahnya seusai pemakaman.
Membaca buku harian Alana membuat kesedihan tumpah ruah.
7 Desember 2004 (malam jahanam)Tuhaaaaan!!!!!! Takdir macam apa ini????? KAU biarkan bajingan bajingan itu mengobrak-abrik kehormatanku, menindas kemanusiaanku. Apa salahku????? Bukankah KAU yang berkehendak menjadikanku perempuan???? Kenapa KAU relakan orang-orang itu melecehkan martabat yang sudah kujunjung tinggi-tinggi???? Aku benci KAU Tuhan. Aku benci Tuhan yang telah membiarkanku diperkosa.
30 Desember 2004Lihat, lihatlah…aku mual-mual tanpa ampun. Jangan…J angan sampai aku hamil oleh benih para jahanam itu. Tolong Tuhan, sekali ini saja dengar dan kabulkan permintaanku!
31 Desember 2004Fucking Pregnant…!!!!!!!!!!
1 Januari 2005 Resolusi awal tahun: Bunuh Diri
7 Januari 2005 Menatap mata teduhmu sore tadi membuatku luluh lantak. Mengingat caramu merayuku berbicara seperti menahan rasa perih sebab tertikam tepat di ulu hati. Aku mencintaimu. Sebab itu kalimatku tak pernah sampai. Aku tak pernah tega mengabarimu yang sebenarnya. Aku ingin kau membenciku. Karena itu bisa mengeruk perasaan bersalahku yang bergunung-gunung kepadamu. Aku ingin kau membenciku, seperti aku membenci takdir yang berjalan buruk.
8 Januari 2005 Aku masih mencintai gerimis, dan membenci badai.
13 Januari 2005 Virginia Wolf membunuh dirinya sendiri dengan mencebur ke dalam sungai. Hitler tewas setelah menembak kepala sendiri di lubang persembunyiannya. Cak Sakib tetangga sebelah rumah mati dikeroyok massa karena dituduh dukun santet. Ustadz Rojil mengembuskan penghujung nafasnya saat sujud salat di musala rumahnya. Adakah bedanya bagiku? Tidak ada! Kematian sesungguhnya peristiwa biasa. Kecuali ia menimpa orang-orang dekat kita.
18 Januari 2005 Janin dalam rahimku tumbuh bersama kebencianku pada hidup.
21 April 2005 (Saat aku ragu apa gunanya menjadi perempuan) Ini hari kartini. Sudah seminggu aku tergolek di rumah sakit, Mama memergoki dan menggagalkan usahaku bunuh diri. Aku tetap hidup, tapi janinku mati.
18 Agustus 2005 Lucu. orang-orang menganggapku mulai gila. Padahal, sungguh aku tidak apa-apa. Aku hanya muak pada garis dunia yang tidak berpihak kepadaku.
19 Maret 2007 Dear Ma.Li.K. Tiba-tiba aku kangen kamu. Aku ingin menangis tapi tak bisa. Mungkin juga sudah tak perlu. Aku ingin kita bertemu di taman yang dulu, tapi tak bisa. Mungkin juga sudah tak perlu. Tahukah kau betapa sakitnya terpuruk pada keinginan yang tak sampai. Aku mencintaimu lebih dari sekedar yang bisa aku lakukan. Alana.
21 Mei 2008 Hari ini aku masuk rumah sakit jiwa. Bukankah itu artinya aku sudah benar-benar gila??!!! Hahahahaha. Sungguh aneh orang-orang itu. Kamu percaya bahwa aku tidak gila kan?
28 Oktober 2008 Bisa jadi cinta memang buta, tapi kita tidak. Aku ingin memilihmu menjadi pengantinku di surga nanti. Kamu mau?
1 November 2008 Hari ini aku ulang tahun. Sejak pagi tadi aku sudah mandi. Perawat rumah sakit memujiku cantik. Iya, aku memang sengaja berdandan paling cantik hari ini. Bukan untuk meniup lilin ulang tahun, tapi untuk pulang menuju Tuhan. Dua hari lalu aku sudah berhasil mendapatkan arsenik yang kupesan pada tukang es cendol yang biasa mangkal di luar zaal rumah sakit jiwa. Aku yakin racun itu akan menjadi menara Babel yang undakannya bisa mengantarku ke surga. Dunia, selamat tinggal.
Kututup buku harian Alana. Kurapalkan doa buatnya. Lalu, kutinggalkan bangku taman akasia bersama gerimis yang tiba-tiba datang bersama semerbak kamboja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H