Mohon tunggu...
adhelia syifana
adhelia syifana Mohon Tunggu... -

kebahagiaan itu tidak dicari jauh,berusaha menerima yg ada &tidak memaksakan yang tiada ......... berusaha mengahargai yang ada &tidak menangisi yg tiada.......

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Catatan Alana 2(gerimis)

1 April 2010   06:45 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:03 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sebuah pesan singkat tiba2 muncul dalam inbox HP-ku.

“Kutunggu di taman yang dulu, jam lima sore ini. Salam. Alana”

Aku masih tak percaya. Kuulangi sekali lagi membacanya.
Masih sama. Tak ada satu pun huruf yang berubah. Tanpa bermaksud merendahkan
kemampuan teknologi aku mencoba mengamankan perasaanku dengan berusaha tak
percaya.

Bagaimana mungkin Alana tiba-tiba muncul lagi dalam
kehidupanku. Telah delapan tahun aku mencoba mengubur segala ingatan
tentangnya. Let the dead is dead. Yang mati biarlah mati.

Aku berusaha kembali menekuri pekerjaanku yang nyaris
terancam deadline. Tinggal satu halaman saja, maka aku bisa menyetorkannya pada
redaktur sore ini juga. Tak terlampau susah buatku untuk menyelesaikannya.
Semua sudah ada di kepala.

Sedetik, dua detik, semenit, merambat satu jam. Tanganku
tiba-tiba terasa tak bisa bergerak. Dua puluh enam simbol alphabet ditambah 10
angka dan ikon-ikon lain dalam tuts keyboardku seolah hilang arti. Bahkan
tiba-tiba 17 inch layar monitor di depanku langsung menjelma dirinya. A L A N
A…

Ah, pesan yang dikirimnya sore ini tak kusadar telah mendera
batin. Ingatan kembali tentangnya kurasa bagai pukulan emosional yang nyaris
tak terlawan. Mungkin seperti ini rasanya ketika Superman bertemu hijau batu
krypton?

Arrgghh…mengapa
aku masih saja seperti ini.

Alana adalah kosong. Nama dan bayangannya telah kubunuh
bertahun-tahun lalu.

Aku memang telah memaafkan segala pengkhianatannya. Walau
sangat berat aku berusaha menaruh egoku di koordinat terbawah waktu itu. Ia
hamil dengan orang lain. Ia tak pernah mau pernah mau bercerita siapa lelaki
itu. Bahkan, sampai akhirnya ia pergi menghilang aku tetap tak mampu marah.

Pergilah dengan semua cinta yang kau punya. Biarkan aku
berjalan semampunya dengan mengumpulkan sisa-sisa patahannya. Getirku sudah
lenyap. Sebab, kegetiran yang bertumpuk-tumpuk tak akan terasa lagi sebagai
kegetiran. Ia hanya akan menjadi rasa yang biasa.

Sudah jam lima lebih lima menit. Jika harus datang
menemui Alana sore ini aku telah terlambat. Aku tak peduli. Ruang dan waktu hanyalah
buatan manusia. Sementara rasaku adalah adikarya Tuhan yang bahkan tak
diberikan-Nya kepada malaikat sekalipun.

Tak sampai sepuluh menit aku telah tiba di taman. Taman akasia tempat kami dulu sering menghabiskan hari. Aku berjalan menuju bangku kosong
di bawah pohon akasia terbesar di pojok kiri taman. Tempat duduk favorit kami.
Aku duduk sendirian. Alana belum datang.

Alana bukan lagi kosong. Sore ini ia berubah wujud menjadi
teka-teki silang buatku. Pertanyaan demi pertanyaan muncul tanpa jawaban. Apa
kabarnya? Apakah yang diinginkannya dariku sore ini? Masih kah wajahnya yang
tirus membius itu mampu memompa adrenalinku? Entahlah…

Sedetik, dua detik, semenit merambat satu jam. Alana belum
juga datang.

satu jam, dua jam, tiga jam. Alana belum juga hadir
melegakan penantianku.

Gerimis mulai turun menemani malam yang semakin menua. Sudah
lima jam aku menunggu di bangku
taman ini. Sendiri.

Akhirnya aku berdiri. Berjalan menerobos gerimis.
Meninggalkan kosong, menuju pasti.

Walau malam gerimis…TO BE CONTINUED

(baca catatan alana 3 tamat.)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun