Mohon tunggu...
Muhammad Farid
Muhammad Farid Mohon Tunggu... Relawan - Pegiat Literasi

Relawan dan Pegiat Literasi; Founder: Perpustakaan Berjalan Kaohsiung; Author: Ruang Kontemplasi (2017); e-mail: adhefarid@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Apakah Kebaikan, Selalu Diuji?

19 April 2016   01:16 Diperbarui: 19 April 2016   01:38 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Apakah Kebaikan, Selalu Diuji? Sumber: Dokumen Pribadi"][/caption]Jam digital di lantai dua telah menunjukkan pukul 16.27, saatnya bersiap-siap pulang ke rumah. Mengunjungi perpustakaan kota, menjadi rutinitas dua sahabat ini setiap pekannya. Tahu nggak apa kegiatan berikutnya sebelum ke rumah? gosip, makan ayam goreng, atau menikmati es krim ? ha...ha...ternyata tiga pilihan tadi meleset semua.

Mereka masih menyempatkan waktu berdiskusi berdua di taman dekat perpustakaan itu. Hebat kan, di tengah gempuran "era digital" masih ada anak muda yang mau berdiskusi secara langsung. "Topik apa kali ini Er ?", tanya Keyla. "Gimana diskusinya tentang kebaikan yang diuji, Key?"

Reuni memberikan pengantar diskusinya. "Berbuat baik, tentunya akan membuat pelakunya merasa nyaman dan bahagia, before and after he...he...seperti istilah diet saja (lagi trend iklan produk pelangsing). Idealnya, saat ingin berbuat baik seseorang akan melalui fase rencana, berbuat, dan setelahnya akan merasakan suasana hati yang bahagia."

"Nah... itu idealnya, namun realitasnya kerap terjadi ide yang tulus belum tentu nyaman bagi orang lain atau lingkungan sekitar. Bagi seseorang yang berasumsi bahwa "aktivitas" itu akan berdampak bagi eksistensinya, maka akan berusaha dengan segala cara untuk menghalanginya. Ibaratnya, baik menurut kita belum tentu baik dari sudut pandang orang lain".

"Key, bagaimana opinimu tentang hal tersebut?". Waduh...berat nih diskusi pekan ini. Masih adakah topik lain yang lebih ringan ? polemik R.S. Sumber Waras seolah tak pernah hilang dari pemberitaan, ini nambah lagi dari sohibku yang cantik Reuni.

"Er, bisakah pernyataanmu tadi, saya analogikan sebuah produk yang berkualitas harus melalui proses yang panjang dan lama". He...he...itu mah iklan salah satu produk coklat. "Maksudnya produk yang baik akan ditempa melalui proses terkontrol dengan baik dan terstandarisasi. Bukankah semuanya harus melalui tahapan, tidak instan seperti makanan favorit kita"

"Apakah kebaikan itu selalu diuji ?". "Key, ujian dibutuhkan untuk mengukur kesahihannya". "Bagaimana kalau pelakunya nggak tahan banting?". "Berarti produk kebaikan yang dihasilkan gagal untuk dilaunching dong. Ternyata pelakunya juga harus punya mental baja, untuk meyakinkan lingkungan sekitarnya bahwa apa yang sedang diperjuangkan benar-benar bermanfaat untuk banyak orang. Bukan kepentingan kelompok tertentu, apalagi untuk kepentingannya sendiri".

"Apakah selalu tolok ukurnya di akhir? untuk mengetahui perbuatan itu baik atau tidak bagi semua orang. Ataukah kaidah berpikir, orang yang meragukan kebaikan ini yang perlu direset, dijernihkan, untuk kembali ke jalan yang benar"."Key, pukul 17.30 saatnya kembali ke rumah". "Er, terima kasih yah diskusinya hari ini, pekan depan yang ringan aja yah...kisah romantisme atau menu makanan".

 

Kaohsiung, 19 April 2016.

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun