Di tahun 1992 ia mulai masuk kuliah di Universitas Mercu Buana Jakarta Barat, tak juga mengalihkan dunianya untuk terus menekuni MP karena disana ia kembali bertemu dengan orang-orang yang memiliki kecintaan yang sama terhadap MP yaitu Mercy Haposan, Ibnu Mahdi, dan Satyo P. Penulis sempat bertanya keteteran gak menjalani kuliah tapi juga berlatih MP..dan iapun menjawab ketika kuliah mulai agak keteteran, sehingga dengan berat hati harus melepaskan menjadi Asisten Pelatih di semua tempat yang tadi disebutkan di atas secara pelan-pelan. Otak tak berhenti berputar, rupanya ia sudah memiliki rencana untuk membuka tempat latihan di almamaternya. Di tahun 1993 resmi dibuka atas ajakan teman-teman seperjuangannya. Tahun 1994 iapun kembali ikut bertanding kejuaraan silat mahasiswa se Jabodetabek dan meraih juara 3.
Total kehidupannya ketika kuliah hanya di isi dengan kuliah, mengajar, berlatih dan berbagai kegiatan yang ada hubungannya dengan MP, sampai di Tahun 1997-1998 ia berhenti dulu karena ikut sibuk-sibuk reformasi (sudah pasti kuliah keteteran bingitszz  hikz), kita semua tahu bagaimana Mahasiswa ikut andil besar dalam kancah Politik di Indonesia pada tahun tersebut. Alih-alih berhenti dari dunia MP, malah bertemu kembali dengan teman-teman yang pernah ikut MP ataupun yang masih aktif di MP ketika ia sibuk-sibuk ikutan demo reformasi (dunia memang sempit ya bung). Di tahun 1999 aktif kembali di MP sambil menyelesaikan kuliah yang sempat berantakan hingga akhirnya lulus di tahun 2001 (akhirnya).
Ayah dari dua anak ini pernah beberapa kali bekerja formil di perusahaan, dan Event Organizer tapi selalu tak bertahan lama, bukan hanya sekedar materi yang ia kejar, tapi passion, panggilan jiwanya kelewat besar pada dunia MP. Buat sebagian orang menjadi pelatih tentu bukan pekerjaan yang menjanjikan apalagi bila yang dilirik melulu soal materi, tentu tak sedikit juga orang yang merendahkannya. Ia percaya sekali bahwa jika melayani orang dengan baik maka Tuhan akan memberikan kebaikan juga padanya. Dan kini terbukti, tak hanya Asia yang pernah ia sambangi, kakinya sudah mendarat di Eropa gegara MP yang ia cintai. Keberhasilannya membawa anak didiknya menuju kesuksesan tentu sebuah bukti nyata, ada kepuasaan tersendiri dari dalam batinnya yang tak semua orang bisa melihatnya. Ia memang tak menjadi tentara seperti yang di cita-citakan, tetapi ia tetap bisa mengharumkan Indonesia dengan mengibarkan bendera merah putih di negeri yang dulu pernah menjajah negerinya. Ia adalah Merpati Putih yang sesungguhnya "Mencari sampai mendapat Kebenaran dengan Ketenangan" dan dalam keheningan sejatinya perjuangan adalahpenerapan kata-kata "Sumbangsihku tak berharga, namun Keikhlasanku nyata" sesuai dengan arti dari MP itu sendiri. Ia sudah menemukan lentera jiwanya…
Sore ini dari Belanda mereka akan kembali ke tanah air, sekali lagi selamat kepada tim Merpati Putih Universitas Mercu Buana asuhan Pambudi Sunu dalam meraih medali emas dan perak, semoga akan terus kita dengar prestasi-prestasi selanjutnya.
Salam Kompasiana
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H