Mohon tunggu...
Adhe Riatin
Adhe Riatin Mohon Tunggu... Lainnya - Public Speaking Trainer dan Mahasiswa Magister Ilmu Komunikasi Usahid

Belajar adalah cara menginvestasikan diri kita sebanyak banyak banyaknya untuk meningkatkan 'Value diri.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Retno Marsudi Menlu Perempuan Pertama Indonesia: Never Give Up Perempuan Indonesia, Jika Jatuh Bangun Lagi!

23 Juli 2024   13:46 Diperbarui: 23 Juli 2024   13:49 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Retno Marsudi  Menlu Perempuan Pertama Indonesia: Never Give Up Perempuan Indonesia, Jika Jatuh Bangun Lagi!

Ditulis oleh : Adhe Riatin ( Mahasiswa Magister Ilmu Komunikasi )


'I was no body', ungkapnya. Namun dukungan keluarga serta diikuti kerja keras, akhirnya membawa Ibu Retno sampai ke posisi nya sekarang.

Saat Ibu Retno bergabung di kementerian luar negeri, dunia diplomasi masih didominasi laki laki. Maksimal jumlah diplomat perempuan adalah 10 persen, dan dalam perjalanannya banyak yang mengundurkan diri juga disebabkan berbagai alasan. Saat ini jumlah diplomat Indonesia setelah perjalanan 38 tahun jumlah perbandingan laki laki dan perempuan 50 : 50, bahkan di beberapa angkatan lebih dari 50 persen. 

Menariknya beberapa lulusan terbaik dari diplomat adalah mayoritas perempuan. 

Selanjutnya tantangan yang harus dihadapi perempuan adalah bagaimana perempuan dapat mencapai hingga level pembuat keputusan. Ini adalah tantangan bagi perempuan yang masih harus terus dilakukan, laki laki juga harus mendukung pentingnya untuk menyuarakan 'He for She campaign'.

Sebagai menteri luar negeri perempuan pertama Indonesia yang telah dua kali berturut turut dipercaya di Era Jokowi. Ibu Retno menjadi simbol bahwa perempuan Indonesia khususnya, mampu berkancah di dunia yang penuh dengan tantangan, dan menyejajarkan diri dengan pihak lain. 

Pribadinya teguh dalam prinsip namun lentur dalam cara, kemampuan diplomasi Ibu Retno membawa Indonesia menjadi negara yang dihormati oleh bangsa bangsa lain

 Melalui pengalaman dan pemikirannya diharapkan perempuan Indonesia mampu menjabarkan visi besar bangsa Indonesia, menjadi negara maju, menjadi "strong nation", begitulah seharusnya perempuan mengambil peran dalam kancah global.

Data yang disebutkan Biro Pusat Statistik Indonesia , 137 juta penduduk Indonesia adalah perempuan atau sekitar 49 persen lebih dari jumlah keseluruhan penduduk Indonesia, 278 juta. Artinya, sebagai penentu bagi pembangunan dan kemajuan bangsa demi terwujudnya visi besar Indonesia tersebut , perempuan juga dianggap berperan bukan hanya laki laki , asalkan diberikan kesempatan yang sama.

Perempuan Indonesia sekarang dihadapkan pula pada persaingan global di masa depan. Krisis global, pascapandemi Covid-19, perang Rusia dan Ukraina, serta krisis ekonomi di depan mata, menjadi tantangan besar dan membutuhkan ide-ide dan gagasan yang kuat.

Perempuan harus memiliki akses dalam hak berpartisipasi bukan hanya dalam kancah nasional namun hingga di kancah global.

Perempuan hidup dalam berbagai profesi yang penuh 'male dominated'. Ibu Retno bergabung ke kementrian luar negeri tahun 85, ada sebuah kegamangan  kala itu karena saat itu sangat kental dengan ungkapan patriarki yang mengatakan bahwa dunia diplomasi adalah dunia laki laki. Sebagai perempuan, pekerjaan kaum perempuan akan dibatasi banyak hal. 

Ibu Retno Marsudi saat diundang Kompas dalam Forum Gagas Kebangsaan RI 2024, dalam kesimpulan akhirnya di peringatan Hari Kartini, menyampaikan 4 hal yang  membuat perempuan setara dengan laki laki. Menurut Ensiklopedi teori komunikasi ( Stephen W.Little John dan Karen A.Foss ) ungkapan beliau ini adalah bentuk 'kritik retorika feminis'  

1.Determinasi perempuan

Tantangan perempuan jauh lebih besar dibandingkan laki laki, apalagi hidup dalam profesi yang sepenuhnya 'male dominated. Namun talenta yang diberikan Tuhan kepada perempuan sangat banyak dan dapat digunakan semaksimal mungkin dalam menjalankan pekerjaan.

 

2.Dukungan dari keluarga

Perempuan membutuhkan support dari pasangan dan keluarganya untuk dapat berkiprah. Dengan dukungan dan kerjasama ini peran peran perempuan juga akhirnya bisa dinikmati oleh masyarakat luas.

 

3.Dukungan masyarakat 

Agar tidak lagi ada 'stereotype' atas perempuan. Masyarakat harus dapat menerima bahwa perempuan memiliki hak yang sama dengan laki laki. 

4. Komitmen pemerintah 

Butuh komitmen pemerintah dalam membuat kebijakan kebijakan yang pro gender, karena jika tidak maka perempuan tidak cukup mendapat ruang dalam mengaktualisasikan dirinya.

Di akhir Ibu Retno Marsudi mengingatkan agar para perempuan Indonesia untuk saling mendukung satu sama lain bergerak bersama dalam kepemimpinan kolektif hingga perempuan sampai pada  level tantangan pengambil keputusan.

Indonesia bangga memiliki Ibu Retno Marsudi,  bangga menjadi perempuan Indonesia.

           

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun