Mohon tunggu...
Adhe Riatin
Adhe Riatin Mohon Tunggu... Lainnya - Public Speaking Trainer dan Mahasiswa Magister Ilmu Komunikasi Usahid

Belajar adalah cara menginvestasikan diri kita sebanyak banyak banyaknya untuk meningkatkan 'Value diri.

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Tak Hanya Public Speaking, Skill Ini Juga Perlu Dilatih agar Sukses dalam Karir!

20 Juli 2024   11:01 Diperbarui: 20 Juli 2024   11:05 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ditulis oleh: Adhe Riatin

(Mahasiswa Ilmu Komunikasi Pasca Sarjana Sahid Jakarta)

Berkomunikasi sering kali hanya diasumsikan dengan kemampuan berbicara saja. Padahal pada praktiknya, seorang pembicara sering kali juga berganti peran menjadi pendengar.

Karena itulah tidak cukup hanya sekedar jago public speaking . Tapi agar sukses dalam karir, kita juga perlu terlatih dalam hal mendengarkan.

Dalam salah satu video youtube-nya, Presenter Senior Helmy Yahya pernah mengatakan bahwa kerap kali ia diundang di berbagai stasiun TV maupun acara lainnya, namun akhirnya Ia sadar bahwa selama ini ia lebih banyak terlatih dalam berbicara daripada mendengarkan.

Lantas, seperti apa sih skill "mendengarkan" itu?

Apa Itu Skill Mendengarkan?

Mendengarkan atau listening adalah hal yang selama ini dianggap "gampang" untuk dilakukan. Cukup menyodorkan telinga saat seseorang bercerita. Kenyataannya saat mendengarkan, kita tidak benar-benar melakukannya.

Seringnya, kita tidak benar-benar menyimak apa yang disampaikan teman bicara. Saat seseorang sedang berbicara, pikiran mereka cenderung berpacu ke depan dan menyelesaikan kalimat lawan bicara di benaknya. Kalimat itu kadang tepat namun sering kali berbeda

Kita mendengar apa yang didiktekan pikiran kita, namun pada akhirnya kita tidak mendengar apa yang dikatakan teman bicara kita. "Kita mendengar apa yang didiktekan pikiran kita, namun pada akhirnya kita tidak mendengar apa yang dikatakan teman bicara kita," tulis Dale Carnegie dalam bukunya 'Sukses Berkomunikasi'

Skill Mendengarkan Harus Dilatih

Joseph A DeVito dalam 'Komunikasi antar Manusia' mengatakan bahwa mendengarkan adalah proses aktif dalam menerima rangsangan (stimulus) melalui telinga kita.

Proses mendengarkan tidak terjadi begitu saja. Kita perlu dengan sengaja melakukannya.

"Mendengarkan tidak terjadi begitu saja, kita harus melakukannya. Mendengarkan menuntut tenaga dan komitmen," terang Devito.

DeVito juga menjelaskan bahwa terdapat perbedaan antara mendengarkan (listening) dengan mendengarkan (hearing).

"Mendengarkan (listening) menyangkut penerimaan rangsangan dan karenanya berbeda dengan mendengar (hearing) sebagai suatu proses fisiologis," imbuhnya.

"Kata menerima menegaskan bahwa seseorang menyerap rangsangan (stimulus) dan memprosesnya dengan cara tertentu. Mendengarkan adalah keterampilan yang sangat penting dalam segala bentuk komunikasi antar manusia," tegas DeVito.

Hambatan-hambatan dalam Listening Skill

Dalam mendengarkan banyak sekali hambatan yang sering kita temukan. Agar bisa mengatasinya, kita perlu mengenali apa saja hambatan-hambatan tersebut.

Berikut di antaranya:

1. Sibuk dengan Diri Sendiri

Penghambat paling serius dan paling merusak atas listening yang efektif adalah kecenderungan kita untuk sibuk dengan diri sendiri.

Sebagai contoh, kamu mungkin lebih memusatkan perhatian pada diri sendiri (sibuk mengkomunikasikan citra diri yang tepat) selama interaksi dengan orang lain. Kamu sibuk menyiapkan tanggapan dan memikirkan apa yang akan kamu katakan alih-alih memperhatikan apa yang dikatakan kawan bicaramu.

2. Sibuk dengan Masalah-masalah Eksternal

Penghambat lain adalah kecenderungan untuk memusatkan perhatian pada masalah-masalah yang tidak relevan dengan interaksi.

Kamu sibuk memikirkan apa yang kamu lakukan di hari Sabtu kemarin. Kamu membuat rencana untuk malam ini atau memikirkan apakah kamu akan menghabiskan malam nanti dengan menonton Netflix atau mengulang kembali materi perkuliahan tadi siang.

Tentu saja makin sibuk pikiranmu bermain, makin tidak efektif kamu mendengarkan lawan bicaramu.

3. Mempertajam (Sharpening)

Mempertajam (sharpening) adalah ketika kita menyoroti, menekankan, atau membumbui satu atau dua bagian pembicaraan. Sering kali poin yang kita pertajam adalah hal tertentu yang kebetulan menonjol dibandingkan dengan aspek yang lain.

Misalnya dari semua cerita teman bicaramu, bagian cerita saat pertama kali dia mengawali bekerja di kantor impiannya adalah bagian yang paling kamu ingat.

4.Asimilasi

Ini adalah kecenderungan untuk merekonstruksi pesan sedemikian rupa sehingga sesuai dengan sikap, prasangka, atau kebutuhan dan nilai kita sendiri.

Misalnya, kamu punya pandangan negatif terhadap manajemen perusahaan tempat kamu bekerja. Ketika sebuah pesan masuk, "Manajemen akan melakukan perubahan jadwal secara drastis. Para karyawan akan diminta tanggapannya".

Sebenarnya isi pesan ini netral tidak bersifat pro ataupun anti manajemen. Namun karena asimilasi, kamu mungkin akan melihat pesan ini sebagai evaluasi negatif terhadap manajemen.

Dalam menyampaikan pesan ini kepada yang lainnya kamu lalu mengatakan "Tuh kan mereka mengacaukan jadwal lagi".

Orang lain yang tidak tahu-menahu, mereka hanya akan mendengar evaluasi yang negatif bahwa manajemen akan memberlakukan jadwal yang akan menyulitkan pihak karyawan.

5.Faktor Kawan atau Lawan

Faktor kawan atau lawan sering mendistorsi pesan karena sikap kita terhadap orang lain. Sebagai contoh, jika kamu menganggap 'Rudy' salah satu teman sekantormu adalah orang yang tidak qualified, maka kamu akan susah payah mencoba mendengarkan apa yang disampaikan Rudy secara objektif.

Kamu harus berusaha keras mendengarkan dan mengevaluasi apa yang disampaikan Rudy tanpa prasangka.

6.Mendengar Apa yang Diharapkan

Saat mendengarkan, kita sering terhanyut dalam pesan teman bicara. Tetapi acap kali kita tidak mendengar apa yang sebenarnya dikatakan dan sebaliknya mendengar apa yang kita harapkan.

Kamu tahu temanmu Elin selalu memprotes tindakan managernya atas ketidakadilan dalam pembagian kesempatan untuk mengerjakan sebuah program, karenanya ketika Elin kembali menceritakan masalahnya tentang managernya ini, hampir otomatis kamu 'mendengar' bahwa Elin lagi lagi sedang mengeluh tentang managernya itu.

Cara Menjadi Pendengar yang Efektif

Seorang pendengar yang aktif tidak hanya memusatkan perhatian kepada apa yang dikatakan teman bicara tetapi juga terlibat di dalamnya. Ada tiga cara sederhana dalam mendengarkan aktif:

1. Mengulangi Pemikiran Teman Bicara

Gunakan kata-kata kamu sendiri untuk mengulang apa yang dimaksudkan teman kamu. Ini akan memastikan pemahaman, karena teman bicaramu akan mengoreksi pernyataan kamu.

Sikap ini juga akan menunjukkan kepada teman bicaramu bahwa kamu berminat terhadap apa yang dikatakannya.

Setiap orang ingin merasa dipahami, khususnya bila sedang marah atau kecewa. Berhati-hatilah dalam pengulangan pemikiran teman bicaramu, hindari deskripsi yang deskripsi yang mengarah subjektif.

2. Menyatakan Pengertian terhadap Perasaan Teman Bicara

Di samping mengulang isi pernyataan, kamu juga bisa menunjukkan perasaan terhadap apa yang dibicarakan teman kamu. Misalnya dengan mengatakan, "Saya bisa bayangkan perasaan kamu".

Ungkapan perasaan ini akan memberikan kesempatan teman bicara kamu untuk melihat lagi perasaannya secara lebih objektif. Ini akan sangat membantu jika teman bicara kamu merasa marah, terluka atau kecewa. Dalam melakukan hal ini upayakan untuk berhati-hati agar tidak melebih-lebihkan atau meremehkan, cobalah sampaikan ini dengan seakurat mungkin.

3. Ajukan Pertanyaan

Untuk memastikan kamu mendengarkan, kamu perlu mengajukan pertanyaan.

Pertanyaan harus dirancang untuk memberikan dukungan dan dorongan yang cukup bagi teman bicaramu dalam mengutarakan pikiran dan perasaannya.

Agar cara di atas berhasil, iringilah dengan komunikasi non verbal yang mendukung. Seperti pandanglah teman bicaramu, tunjukan ketertarikan melalui ekspresi wajah dengan tersenyum, tunjukan bahwa kamu mengikuti jalannya percakapan melalui anggukan atau gerak-gerik.

Jadilah pendengar yang berempati, dengarkan dengan segenap hati dan pikiranmu. Coba rasakan apa yang dirasakan orang lain saat mereka berbicara. Posisikanlah diri kamu dalam posisi mereka.

Yuk berlatih menjadi pendengar yang baik!

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun