Mohon tunggu...
Adhan Efendi
Adhan Efendi Mohon Tunggu... -

Seorang Mahasiswa yang berjuang di Jurusan Pendidikan Teknologi Kejuruan, bercita-cita menjadi dosen, penulis buku dan riset di bidang pendidikan.. memiliki impian untuk dapat melanjutkan kuliah dan membahagiakan kedua orang tua motto hidup " Kami Adalah Pahlawan Dunia Pendidikan Masa Depan "

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Serpihan-serpihan Wajah Dunia Pendidikan Indonesia

3 Mei 2016   11:10 Diperbarui: 3 Mei 2016   11:22 747
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Serpihan-Serpihan Wajah Pendidikan Negeri Ini (Sumber. parkahpurnama.blogspot.com)

“Masalah pendidikan nasional di Indonesia saat ini ibarat serakan cermin yang pecah berkeping-keping. Serpihan-serpihan cermin ini jika direkat-rekatkan kembali akan membentuk mozaik yang menampilkan wajah pendidikan nasional yang karut marut, yang berada di jalan penuh liku untuk mencapai masa depan yang lebih cerah – Prof. DR. H.A.R. TILAAR, M.SC.ED.”

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, Kaleidoskop adalah alat optik yang bentuk luarnya seperti keker, dilengkapi dengan dua kaca persegi panjang yang dipasang pada lapisan dalam pada salah satu ujungnya sehingga dapat memperlihatkan berbagai gambaran yang indah dan simetris dari kepingan barang berwarna yang diletakkan di antaranya apabila dilihat dari ujung yang lain; aneka peristiwa yang telah terjadi yang disajikan secara singkat. Sedangkan pendidikan merupakan proses manusiawi antara peserta didik dan pendidik yang bertujuan untuk mengembangkan kepribadian peserta didik seutuhnya sehingga ketika ditarik benang merah antara kedua nya, disimpulkan kaleidoskop pendidikan nasional merupakan mozaik polatri-simetris-inovatif tentang pendidikan nasional ini hanya terarah pada satu arah, yaitu masa depan yang cerah, mesti untuk mencapainya banyak tantangan yang akan dihadapi. Kaleidoskop memberikan sedikit gambaran permasalah pendidikan saat ini dan gambaran pendidikan di masa depan nantinya.

Karakter Bangsa yang Cerdas Makna dan Pengembangannya

Pada tanggal 14 Januari 2010 mengawali tugasnya sebagai Menteri Pendidikan Nasional telah diadakan Sarasehan Nasional dengan topik “Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa” Sarasehan ini mengandung dua sifat positif, pertama,untuk pertama kalinya dalam waktu cukup lama kebudayaan tidak lagi merupakan bagian yang integral dalam pendidikan nasional. Kebudayaan hanya merupakan bagian dari program pariwisata dan merupakan bagian dari Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata. Kedua, untuk pertama kalinya masalah karakter bangsa atau watak bangsa mendapat sorotan dalam pendidikan nasional setelah sejak lama pendidikan nasional disibukan oleh pengembangan aspek kognitif seperti ujian nasional, world class education, world class curriculum dan sejenisnya yang membawa pendidikan nasional entah kemana. (H.A.R. Tilaar 2012:4) .

Sementara itu, masyarakat dan bangsa Indonesia seakan kehilangan arah atau kehilangan masa depan. Sifat ramah-tamah, sopan santun dan suka menolong yang menjadi ciri khas ketimuran mengalami kerusakan yang cukup mencolok. Sifat ini berubah menjadi sifat beringas, tidak sopan, egois dan mementingkan kepentingan pribadi dari pada kepentingan bersama.

Bangsa ini merupakan bangsa yang cerdas, banyak prestasi yang dari dulu sampai saat ini anak-anak Indonesia raih dalam bidang akedemik namun ada hal yang terlupakan oleh bangsa ini, yaitu bagaimana menanamkan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan bersama. Anak-anak bangsa bukan hanya diharapkan cerdas dalam segi kognitif tetapi juga memiliki jiwa “kepancasilaan”, hal ini dapat tampak dari sikap dan norma ketimuran yang menjadi ciri khas bangsa ini. salah satu gaung besar yang kerap kita dengar adalah melalui Pendidikan Karakter.

Tujuan Pendidikan Nasional

Tujuan pendidikan nasional yang dirumuskan melalui UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Tujuan pendidikan nasional itu di jabarkan dalam UUD 1945 yaitu Pertama, pendidikan yang mencerdaskan kehidupan bangsa yang bermakna pendidikan bukan hanya tentang belajar membaca atau berhitung tetapi pendidikan bermakna memerdekan manusia. Membawa seseorang dari kegelapan menuju terang menerang dan membawa seseorang dari keterbelangkan menjadi berpandangan mada depan. Pendidikan bukan lagi bermakna sempit dan sudah saatnya bangsa ini kembali ke pengalaman masa lalu yaitu mengawinkan pendidikan dan nilai luhur kebudayaan.

Kedua, pendidikan adalah hak seluruh rakyat artinya pendidikan ditujukan untuk seluruh rakyat Indonesia dan bukan hanya untuk bagian kecil masyarakat. Sistem pendidikan demokratis adalah memberikan kesempatan yang sama untuk seluruh rakyat sesuai dengan kemampuan dan bakatnya masing-masing untuk memperoleh pendidikan yang berkualitas. Fakta di lapangan hal ini masih jauh dari harapan, masih banyak anak-anak di kota yang menjadi pengemis di jalan, mengamen dan menjadi buruh angkut sedangkan di desa atau daerah tertinggal jangan di tanya, pendidikan masih menjadi hal mewah bahkan mimpi untuk bersekolah pun tidak. Seiring berjalannya waktu dan keyakinan semoga hal ini lebih di perhatikan. Bukan hanya pemerintah dan akademisi pendidikan tetapi pendidikan milik rakyat, pendidikan milik bangsa ini dan kita semua bertanggung jawab atas maju atau mundurnya pendidikan di Negeri Ibu Pertiwi.

Pengembangan Profesi Guru

Sangat sulit memajukan dunia pendidikan negeri ini tanpa mereka yaitu para Guru. Guru sebagai profesi artinya guru dituntut untuk memiliki professionalitas. Professional kerja, professional sikap dan memiliki dedikasi yang tinggi untuk mencerdaskan serta mendidik para peserta didik. Tidak elok ketika belum majunya dunia pendidikan di bebankan kepada guru, karena sebenarnya pendidikan akan maju ketika semua aspek dan komponen bangsa ini memiliki komitmen bersama-sama untuk berpadangan masa depan.

Upaya pemerintah untuk pengembangan profesi guru selayaknya kita apresiasi, seperti kegiatan pelatihan kurikulum 2013, reorganisasi LPTK, restrukturisasi program studi, sertifikasi guru dan lain-lain. tetapi kunci sebenarnya bukan hanya terletak pada hal tersebut. Ada hal yang sering dilupakan oleh para guru yaitu meletakan semua sebagai pengabdian dan dedikasi untuk bangsa ini, mencintai profesinya sebagai guru, mengajar bukan sebuah tuntutan atau keterpaksaan tetapi mengajar selayaknya menjadi jalan ikhtiar yang dipilih dalam langkah bersumbangsih untuk Negeri yang kita cintai.

Harusnya hal ini dibarengi juga dengan apresiasi dan upaya pemerintah dalam masalah kesejahteraan guru. Guru merupakan pahlawan tanpa tanya jasa tetapi mereka membutuhkan kesejahteraan. Polemik bangsa ini amsih berkutat atas status guru PNS dan Honorer atau masalah gaji honorer yang belum dikatakan layak. Gambaran diatas sering kali membuat hati bangsa ini sedih dan kesedihan tersebut jelas tergambar dalam lesu nya semangat mengabdi para bapak ibu  guru. Semoga nantinya para bapak ibu tetap semangat dalam langkah mengabdi untuk mencerdaskan bangsa ini, semangat itulahakan menjadi bekal ribuan langkah ke depan. Untuk hari ini, esok dan lusa yang lebih baik.

Pendidikan yang Membudaya atau Pendidikan yang Membuaya atau Predator ?

Agama, budaya dan pendidikan karakter bangsa menjadi tiga hal utama dalam mengembangkan pendidikan yang membudaya. Indonesia menjadikan agama sebagai fundamental yang mendasari dan mengarahkan seluruh kehidupannya. Tidak heran apabila dalam pancasila yang pertama menyebutkan Bertakwa Kepada Tuhan YME dan menjadi sila pertama yang menyinari sila-sila lainnya.

Akhir-akhir ini majunya globalisasi merengut dan merampas paksa budaya dari bangsa ini. kita terkesan tidak siap melawan arus globalisasi, dianalogikan kita berada dalam sungai yang berarus deras, kita tidak berpegang pada batu sehingga kita semakin terbawa arus, kita terlena akan majunya dunia informasi dan teknologi. Budaya merupakan akar utama bangsa ini dan semoga semakin banyak yang peduli akan pentingnya budaya serta berusaha melesratikannya.

Pendidikan selayaknya dikaitkan dengan budaya, budaya ketimuran bangsa ini selayaknya tetap dikembangkan dengan dibarengi perkembangan aspek kognitif yang berupa pengetahuan. masih ingatkah pembaca saat kita kecil, mata pelajar bernilai pancasila, sopan satun dan sikap banyak kita pelajari dulu sekitar tahun 1998an dan hal ini menjadi landasan sikap yang membentuk diri kita dengan diringi pengaruh lingkungan. Bukan pendidikan yang membuaya atau predator, pendidikan yang terkesan menakutkan dan rakus, mengutamakan isi perut dibanding kepentingan orang banyak, korupsi di lembaga pendidikan atau sebagainya. Semoga wajah pendidikan kita tidak seperti ini.

Dari serpihan-serpihan ini apabila di kumpulkan akan membentuk mozaik wajah dunia pendidikan Indonesia. Artikel ini bukan dimaksudkan untuk melemahkan semangat para pembaca atau sebagainya tetapi artikel yang saya buat ini bertujuan untuk mengingatkan diri saya dan teman-teman pembaca saatnya kita berbenah untuk lebih baik. Berbenah untuk diri sendiri dan orang lain, saling mengingatkan dan saling mendukung dalam kebaikan serta jangan putus keyakinan bahwa dunia pendidikan Indonesia akan berwajah secerah cahaya suatu hari ini, iya nanti. Yakinkan ini dalam hati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun