Sekarang, kita ke limbah industri. Anggap saja sekarang industri pengolahan kakao sudah berdiri di KEK. Sudah beroperasi. Mesinnya sudah meraung-raung. Setiap hari memuntahkan limbah hingga berbukit-bukit. Mungkinkah perusahaan akan mengolahnya kembali sehingga limbah itu bernilai ekonomis lagi. Atau hanya dimusnahkan dalam wadah tertentu sehingga aman dan tidak menghasilkan carbon beracun.
Saya lebih cenderung limbah-limbah itu diteliti kegunaannya. Mana tahu limbah itu bisa menghasilkan panas yang bisa digunakan menjadi pembangkit listrik. Mana tahu, limbah itu bisa diolah lagi menjadi bahan bakar padat pengganti kayu bakar digunakan untuk membakar jagung. Mana tahu limbah itu bisa dijadikan sumber pengapian yang bisa dijadikan bahan bakar untuk masyarakat miskin yang susah membeli gas atau minyak tanah. Mana tahu limbah itu bisa menghasilkan bahan interior rumah yang unik dan menakjubkan. Jika itu bisa diciptakan, sungguh KEK bisa membawa berkah bagi daerah ini.
Bagaimana dengan limbah pengolahan rotan dan limbah pengolahan rumput laut? Wah, sama saja. Tergantung kecekatan dan kemauan kita untuk memanfaatkan limbah-limbah itu. Semua limbah tetap akan menjadi limbah yang tidak berguna sepanjang zaman jika kita masa bodoh, tidak peduli, tidak mau tahu, cuek dengan kondisi yang ada. Jangankan limbah industri, karena kita cuek, tidak peduli, kita pun bahkan bisa jadi limbah. Hehe...***