Ashari kaget dengan apa yang ditemukan oleh Tutut. Ashari pun menjelaskanpada Tutut kalau apa yang ia temukan adalah sebuah Arca Syiwa. Namun, Tutut tak peduli akan penjelasan Ashari, yang jelas ia hanya ingin menjual barang tersebut demi memenuhi kehidupannya.
Ashari yang masih memendam rasa dengan Tutut pun memikirkan berbagai cara, pada akhirnya Arca Syiwa itu pun dijual kepada kolektor asing dan mereka menjalin hubungan lebih serius menjadi pasangan suami istri.
Baca juga : Mempelajari Nilai Moral dari Cerita Rakyat "Si Pahit Lidah"
Arca Syiwa tersebut pun terjual. Mereka pun bersenang-senang berencana menghabiskan hasil penjualan benda tersebut untuk hidup bersama. Namun tak disangka mereka ditangkap dan menjalani persidangan.
Tutut dan Ashari terbukti menjual Arca Syiwa yang merupakan benda cagar budaya, yang di mana benda tersebut peninggalan sejarah dan dilindungi oleh pemerintah. Niat bulan madu di awan biru justu bulan madu di balik jeruji besi.
- Tema
Dalam naskah tersebut bertemakan tentang apa yang dimaksud melindungi cagar budaya dari hal-hal yang bisa menghilangkan kekayaan intelektual yang dimiliki Negara.
Di tengah arus peradaban yang penuh dengan rasa ketergantungan akan hal-hal yang bersifat materi, membuat siapa saja akan mudah takluk dan tunduk, ketika pancangan kuda-kuda tidak segera dipasang untuk bisa menyeimbangkan nafsu yang ada di dalam diri.
Ketika manusia telah terlingkupi nafsu semu, segala budi pekerti musnah, abai pada sang pencipta apalagi sejarah perjalanan bangsanya. Rela melakukan apapun untuk mewujudkan keinginan termasuk mencederai peraturan undang-undang.
Tutut Suhartini, salah-seorang gadis asal Desa Sukasari, berjanji untuk mengubah nasibnya sendiri menuju ke suasana hidup yang lebih baik, setelah ditinggal Ibu dan Bapaknya mangkat ke langit.
Hanya dengan cara meminta saran kepada seorang Dukun, yang kesaktiannya tidak perlu dikhawatirkan dan dicemaskan lagi. Benda berharga ini dijual oleh Tutut demi menjadi kaya raya.
Tanpa ia sadari, hal itu telah menjerumuskannya ke sebuah lubang yang amat dalam. Sekaligus telah mencederai suatu nilai yang tidak bisa diukur hanya dengan sejumput materi.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!Jalan Braga Bandung, Ketika Bebas Kendaraan!
7 bulan yang lalu