Mohon tunggu...
Ade Zaenudin
Ade Zaenudin Mohon Tunggu... Guru - Verba Volant, Scripta Manent.

Penikmat Cinta-Nya, Perindu Keridhaan-Nya.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Tolak Hoaks dengan Tabayun

25 Juli 2020   10:40 Diperbarui: 25 Juli 2020   17:49 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh: Ade Zaenudin

Hoaks pernah dihembuskan 11 saudara Nabi Yusuf alaihissalam sesaat setelah beliau dimasukan ke dalam sumur. Atas dasar kebencian, mereka membuat skenario bahwa Nabi Yusuf telah dimakan serigala, mereka meyakinkan Nabi Yakub alaihissalam (ayah mereka) dengan barang bukti berupa baju yang sudah dilumuri darah.

Setelah dewasa, Nabi Yusuf alaihissalam masih saja terkena hoaks, bahkan lebih dahsyat. Ketampanannya membuat sang ratu Zulaikha terpikat, rayuan demi rayuan dilancarkan namun Nabi Yusuf tidak pernah termakan godaan. Sampai akhirnya hoaks ditebar bahwa Nabi Yusuf mencoba menodainya, padahal sebaliknya.

Kejam, begitulah hoaks.

Sampai saat ini, hoaks masih tetap saja merajalela. Akses informasi yang semakin terbuka mengakibatkan cepatnya berita sampai ke seluruh penjuru dunia, termasuk berita dusta.

Apa yang bisa kita lakukan untuk meminimalisir konsumsi hoaks? TABAYUN salah satu strateginya.

Secara etimologi, Tabayun atau Tabayyun adalah bahasa arab yang berarti meneliti terlebih dahulu berita yang didapat. Strategi ini ditawarkan al-Quran Surat Al-Hujurat ayat 6 yang artinya "Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu".

Dalam hal ini penulis mencoba mengakrostik  T-A-B-A-Y-U-N sebagai strategi menghindari hoaks.

1. Tanggal Informasi

Saat menerima berita lakukan cek waktu terlebih dahulu, baik waktu peristiwa maupun waktu upload atau posting. Di era informasi ini, kita dengan mudah mengecek informasi lewat internet, kita bisa mengetahui kapan berita itu diposting. Saat search di google saja, tanggal posting itu sudah muncul.

2. Asal Informasi

Selain waktu, kita juga harus menelaah informasi berdasarkan sumbernya, jika informasi itu tidak jelas, maka kita tidak boleh menyebarkan informasi tersebut, tahan dulu sampai ada kejelasan sumber informasi. Ingat, bukan hanya pembuat hoaks saja yang akan terjerat, yang meneruskan beritanya pun juga sama-sama terjerat. Jadi lebih baik berhati-hati, menahan diri dari godaan nge-share informasi.

3. Bandingkan Judul dengan Isi

Judul yang bombastis memang mudah menarik penasaran pembaca. Hal ini sebagai efek persaingan usaha media, ingin mendapatkan banyak pembaca untuk menaikan rating. Jika judul sesuai dengan isi, itu tidak masalah, yang jadi persoalan adalah ternyata isi tidak sebombastis judul, bahkan jauh berbeda. Oleh sebab itu, jika kita membaca judul berita yang bombastis, sabar dulu, baca dengan seksama isinya secara rinci.

4. Arah Tujuan Informasi

Jika kita mendapat informasi atau berita, kehati-hatian harus tetap ada sebagai bentuk waspada. Tahap selanjutnya adalah menganalisa, setidaknya menduga-duga apa tujuan informasi ini disebarkan. Apakah sebagai sebuah berita, apakah hanya sekedar hiburan, adakah muatan politik di dalamnya, atau bisa jadi mengandung unsur promosi, atau bahkan persaingan usaha. Ada banyak kemungkinan, terlusuri motif itu untuk menghindari jebakan Batman.

5. Yakinkan Tidak Ada Kejanggalan

Setelah kita membaca atau mendengar dengan seksama informasi yang kita terima, tujuannya juga sudah dianalisa, maka perhatikan apakah ada sesuatu yang janggal dari konten informasi yang ada. Jika ada yang menyampaikan bahwa Anda mendapat hadiah dari Bank, apakah Anda nasabah Bank tersebut, jika iya, perhatikan nomor pengirim, apakah deretan nomor HP nya dikenal, karena Bank biasa punya sistem SMS yang secara otomatis nama Banknya muncul, jika iya juga, maka hindari transaksi apapun, lebih baik datang ke Bank tersebut untuk memastikan bahwa Anda adalah pemenangnya. Jika iya, Alhamdulillah.

6. URL situs web kredibel

URL singkatan dari Uniform Resource Locator, atau dalam bahasa sederhana lokasi file di internet.  

Ada banyak domain web yang tersedia, baik yang berbayar maupun yang gratisan. Ada situs resmi dan "tidak/kurang resmi".

Situs resmi itu biasanya dimiliki oleh lembaga maupun perorangan dengan syarat yang ketat, ada domain go.id, org.id, sch.id, com, id dan lain sebagainya. Sementara blog tidak berbayar mudah sekali dimiliki oleh siapapun, seperti blogspot atau wordpress. Demi keabsahan berita, beberapa dosen di perguruan tinggi tidak memperkenankan mengambil referensi dari blog seperti itu, beberapa dosen yang lain memperbolehkan dengan catatan kontennya bisa dipertanggung-jawabkan.
Persoalannya sebenarnya bukan pada persoalan berbayar atau gratis, resmi atau tidak resmi, tapi sumber itu bisa dipertanggung-jawabkan atau tidak.
Beberapa blog pribadi berisi tulisan, gagasan atau ide-ide cerdas pemilik blog, kita bisa melihat kredibiltas blog tersebut dari tulisan-tulisan lain yang ada di blog tersebut serta membandingkan dengan blog atau situs yang lain.  Selain itu, kita juga bisa melihat apakah blog tersebut membuka ruang untuk komentar/klarifikasi atau tidak, seperti tulisan yang sedang Anda baca saat ini, blog Kompasiana yang tidak berbayar, namun Anda bisa menanyakan apakah ide tulisan ini original atau jiplakan, lalu Anda pun bisa mengeceknya di situs yang berbeda.

Adapun terkait konten berita, kita bisa mengakses dari beberapa situs berita yang terpercaya, situs yang tidak dikenal sebagai pemberi informasi yang membingungkan.

7. Nyari Info Pembanding

Setelah beberapa hal kita lakukan untuk menguji keotentikan sebuah informasi, maka lakukan pencarian informasi terkait dari sumber-sumber lain sebagai pembanding. Semakin banyak sumber atau situs yang memberitakan maka semakin sedikit kemungkinan informasi itu hoaks. Jika itu ternyata hoaks berjamaah, maka percayalah, kebenaran pada akhirnya akan mengalahkan kebohongan.

Wallohu a'lam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun