Selain waktu, kita juga harus menelaah informasi berdasarkan sumbernya, jika informasi itu tidak jelas, maka kita tidak boleh menyebarkan informasi tersebut, tahan dulu sampai ada kejelasan sumber informasi. Ingat, bukan hanya pembuat hoaks saja yang akan terjerat, yang meneruskan beritanya pun juga sama-sama terjerat. Jadi lebih baik berhati-hati, menahan diri dari godaan nge-share informasi.
3. Bandingkan Judul dengan Isi
Judul yang bombastis memang mudah menarik penasaran pembaca. Hal ini sebagai efek persaingan usaha media, ingin mendapatkan banyak pembaca untuk menaikan rating. Jika judul sesuai dengan isi, itu tidak masalah, yang jadi persoalan adalah ternyata isi tidak sebombastis judul, bahkan jauh berbeda. Oleh sebab itu, jika kita membaca judul berita yang bombastis, sabar dulu, baca dengan seksama isinya secara rinci.
4. Arah Tujuan Informasi
Jika kita mendapat informasi atau berita, kehati-hatian harus tetap ada sebagai bentuk waspada. Tahap selanjutnya adalah menganalisa, setidaknya menduga-duga apa tujuan informasi ini disebarkan. Apakah sebagai sebuah berita, apakah hanya sekedar hiburan, adakah muatan politik di dalamnya, atau bisa jadi mengandung unsur promosi, atau bahkan persaingan usaha. Ada banyak kemungkinan, terlusuri motif itu untuk menghindari jebakan Batman.
5. Yakinkan Tidak Ada Kejanggalan
Setelah kita membaca atau mendengar dengan seksama informasi yang kita terima, tujuannya juga sudah dianalisa, maka perhatikan apakah ada sesuatu yang janggal dari konten informasi yang ada. Jika ada yang menyampaikan bahwa Anda mendapat hadiah dari Bank, apakah Anda nasabah Bank tersebut, jika iya, perhatikan nomor pengirim, apakah deretan nomor HP nya dikenal, karena Bank biasa punya sistem SMS yang secara otomatis nama Banknya muncul, jika iya juga, maka hindari transaksi apapun, lebih baik datang ke Bank tersebut untuk memastikan bahwa Anda adalah pemenangnya. Jika iya, Alhamdulillah.
6. URL situs web kredibel
URL singkatan dari Uniform Resource Locator, atau dalam bahasa sederhana lokasi file di internet. Â
Ada banyak domain web yang tersedia, baik yang berbayar maupun yang gratisan. Ada situs resmi dan "tidak/kurang resmi".
Situs resmi itu biasanya dimiliki oleh lembaga maupun perorangan dengan syarat yang ketat, ada domain go.id, org.id, sch.id, com, id dan lain sebagainya. Sementara blog tidak berbayar mudah sekali dimiliki oleh siapapun, seperti blogspot atau wordpress. Demi keabsahan berita, beberapa dosen di perguruan tinggi tidak memperkenankan mengambil referensi dari blog seperti itu, beberapa dosen yang lain memperbolehkan dengan catatan kontennya bisa dipertanggung-jawabkan.
Persoalannya sebenarnya bukan pada persoalan berbayar atau gratis, resmi atau tidak resmi, tapi sumber itu bisa dipertanggung-jawabkan atau tidak.
Beberapa blog pribadi berisi tulisan, gagasan atau ide-ide cerdas pemilik blog, kita bisa melihat kredibiltas blog tersebut dari tulisan-tulisan lain yang ada di blog tersebut serta membandingkan dengan blog atau situs yang lain. Â Selain itu, kita juga bisa melihat apakah blog tersebut membuka ruang untuk komentar/klarifikasi atau tidak, seperti tulisan yang sedang Anda baca saat ini, blog Kompasiana yang tidak berbayar, namun Anda bisa menanyakan apakah ide tulisan ini original atau jiplakan, lalu Anda pun bisa mengeceknya di situs yang berbeda.