Mohon tunggu...
Ade Widoyo
Ade Widoyo Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Anak-anak Kota Palu, Berangkat Sekolah untuk Memastikan Teman Sebangku

9 Oktober 2018   21:31 Diperbarui: 10 Oktober 2018   08:53 803
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Palu, sebuah kota kecil yang berada d Provinsi Sulawesi Tengah, pulau Sulawesi. Bentuk pulau yang unik, dari citra satelit seakan membentuk huruf "K" dengan kepala menjulur maju. Pulau ini, sebelum saat-saat ini, barangkali tidak banyak dibicarakan.

Tepatnya Jum'at, pukul 17.02 WIB gempa dengan kekuatan 7,5 magnitudo mengguncang pulau Sulawesi, yang bersumber dari sesar Palu Koro. Posisi pusat gempa yang dekat dengan laut selat Makasar, dikhawatirkan mengakibatkan Tsunami. BMGK juga sudah mengeluarkan status Waspada Tsunami dini bagi daerah pesisir pantai. Namun hanya selang beberapa menit, BMKG mencabut status peringatan tsunami dini tersebut.

Nahas, ternyata Tsunami terjadi, dan BMKG sudah terlanjur mencabut peringatan, sehingga tak banyak warga di pesisir untuk mempersiapkan kemungkinan buruk yang bakal terjadi.

Gelombang laut setinggi 5 meter, tanpa ampun dan pandang bulu menyapu segala yang ada. Setiap sisi yang dilalui. Orang, bangunan, hewan dan apapun yang menghadang, seolah tak mampu menahan amukan laut Selat Makasar pada hari itu

Pasca gempa dan tsunami, Palu seakan mati. Porak poranda bukan hanya bangunannya, tapi juga jiwa dan ketegaran hati masyarakatnya. Semua kalut, semua muram, disusul langit yang kian mengelam. Hari pertama pasca bencana, ramai tangis rintih dan tolong. Jumat, 28 September 2018, tanggal duka bagi Palu.

Hari selanjutnya, tak nampak lagi canda tawa ceria anak-anak sekolah disana. Anak-anak kota Palu, melipat wajah dan layu. Tak ada keceriaan disana, seolah ikut terenggut amukan laut yang perlahan surut.

Hitungan detik berganti menit, jam berganri hari dan terus berlalu, tapi Palu masih muram, walau secerca harapan masih ada disana, bersama para relawan, bersama semua yang tersisa, tenaga, asa dan segala yang ada, Palu terus bertahan. Tak terkecuali anak-anak kota yang tengah mengalami nasib malang tersebut, anak-anak kota Palu.

Tepat hari yang kesepuluh, Palu tak ingin lebih lama lagi larut dalam duka dan perlahan memulihkan diri walau masih basah, berdarah-darah. Dimulai dari anak-anak kota Palu. Sumber daring, matamatapolitik.com , anak-anak harapan bangsa di kota kecil itu mulai bersekolah lagi pada hari Senin (8/10). 

Kedatangan mereka ke sekolah, tentu tidak sertamerta hendak melahap pelajaran seperti hari hari biasa. Mereka datang, untuk saling memastikan, apakah teman sebangku mereka masih ada, atau justru telah pergi bersamaan dengan bergelimpangannya ribuan orang disana.

Dengan tangan-tangan yang selalu menengadah memohon doa, mereka membersihkan sekolah, dari puing reruntuhan dan sapuan air laut. Halaman sekolah yang biasa menjadi temat bermain, kini menampilkan pemandangan yang membuat muram dan ngilu. Berserakan, berantakan dan suram. 

Mendengar jumlah korban yang mencapai 1.700-an orang dan sampai angka ini tercatat korban masih terus ditemukan, semua bakal berasumsi akan mendengar kabar duka, termasuk dari orang orang terdekat. Tak bisa dibayangkan anak-anak tersebut bakal kehilangan teman sekolahnya. Tak ada yang bisa menduganya.

Harapan mereka hanya, semoga jumlah murid disekolah mereka tetap utuh seperti saat mereka bersekolah Normal. Tapi apalah mau dikata, jika titah keilahian sudah berkata, sekuat apapun mahkluk hanya bisa tunduk. 

Itulah Palu, kota mungil dipesisir Pantai Sulawesi Tengah yang kini berjuang untuk bangkit.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun