Di saat sesi tanya-jawab, salah satu Kompasianer senior, Bunda Intan melemparkan pertanyaan menarik kepada Poetry Gladies tentang kisah di awal perintisan. Saya dan Kompasianer yang lainpun mengetahui jatuh bangunnya Dapur Gladies. Sehingga semua audiens tidak saja menyimak manisnya kesuksesan yang hari ini sudah digapai oleh Gladies.
Bunda intan malah tanya ttg susah payahnya mmbangun bisnis @dapurgladies gakcerita yg manis2nya saja #LPSSahabatNasabah#Nangkring@lps_idicpic.twitter.com/9A42VwilbU— =AtrunA= (@adetruna) August 26, 2017
Gladies pun menuturkan awal merintis produksi brownies bersama Dapur Gladies, seperti bagaimana awalnya dari modal minim; 300 ribu betul-betul dialokasikan untuk belanja bahan baku, memanggang brownies di tempat darurat yaitu di garasi, lalu belanja ke pasar sendiri, menghitung neraca laba rugi sendiri hingga mencapai titik jenuh dan tidak ada yang dapat dilakukan selain menangis.
Wajar saja bila hari ini berkat dari kecerdasannya dalam mengelola keuangan bisnis - Poetry Gladies bersama Dapur Gladies-nya bisa on the track bisnis kuliner lebih tepatnya jualan brownies secara online. Bahkan jamak dari pihak-pihak yang berkepentingan dengan bisnisnya yang 'meminang' Dapur Gladies sebut saja; perbankan dan suplier bahan baku.Â
Kunci yang membuka kesuksesan Dapur Gladies adalah memisahkan cashflow. Pelaku usaha supaya menyadari akan pentingnya memisahkan rekening pribadi dengan rekening perusahaan. Dengan melakukan tips ini maka cashflowfinansial dari bisnis yang dijalankan dapat dengan mudah dimonitor.
Mekanismenya, Dapur Gladies menyimpan uang di bank lalu mengalokasikan pendapatan untuk gaji karyawan dan memenuhi kebutuhan operasional lainnya. Lantas sebagai owner, apakah Gladies menarik seluruh uang yang menjadi laba per bulan? Jawabannya tidak. Sebagai pemilik pun dirinya termasuk orang yang digaji sedangkan sisa uang yang menjadi laba akan ditarik setiap akhir tahun saat tutup buku.
Kunci sukses selanjutnya, seorang pelaku usaha harus fokus dengan usaha yang dirintisnya tidak mudah tergiur dengan bisnis lain. Selain itu, pelaku usaha harus tahan bantingselalu semangat, menghargai diri sendiri dengan terus meningkatkan kelas-nya serta rajin menabung dan berinvestasi.Â
Ada syarat bagi nasabah yang menyimpan uang di bank yang tersandung masalah sehingga dibekukan oleh LPS untuk layak bayar. LPS mengistilahkannya dengan 3 T:Â
- Tercatat dalam pembukuan bank,
- Tingkat bunga simpanan tidak melebihi tingkat bunga pinjaman (poin ini tidak berlaku untuk bank syariah),
- Tidak melakukan tindakan yang merugikan pihak bank (misalnya; nasabah tidak memiliki kasus kredit macet)