Mohon tunggu...
Kang Ade Truna
Kang Ade Truna Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Pengelola Konten

Driver 1k km Palu - Mamuju - Tana Toraja ajang Datsun Risers Expedition 2 Etape 2 Sulawesi || Redaktur LDII PC Soreang || Fasilitator UMKM (Gapura Digital). https://ldiisrg.web.id

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Tips Cerdas Mengatur Finansial Saat Berwirausaha

28 Agustus 2017   16:45 Diperbarui: 8 September 2017   03:30 2384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kompasianer Bandung, Ceu Meta yang juga pendamping UKM saat sesi tanya jawab.

Dalam mengelola usaha seringkali kita 'kelimpungan' ketika berhadapan dengan saldo debet / kredit. Iya, merasa banyak pemasukan namun yang terjadi malah saldo tekor. Tidak usah jauh-jauh, saya mencontohkan usaha milik sendiri saja; jualan online. Uang sisa hasil usaha tanpa terasa terpakai untuk operasional. Atau contoh sederhana lainnya, uang dipakai beli jajanan seperti; bakso yang lewat di depan rumah atau beli beras, lauk-pauk dan sayur-mayur. Saya kok malah merugi! 

Dari pemandangan yang saya ceritakan di atas betul-betul membuat saya harus memutar otak, "Ada yang salah dari cara saya mengatur cashflow usaha kalau begini caranya ..." Tidak tinggal diam, saya pun mencari strategi bagaimana caranya agar saya bisa cakap dalam mengelola keuangan dari bisnis ini. 

Itu sepenggal kisah yang pernah saya alami ketika awal-awal berwirausaha. Dan Alhamdulillah,hingga hari ini saya masih menjalankan usaha jualan madu online. 

Pembaca ... Bila mengingat apa yang diungkapkan oleh mendiang Steve Jobs, Stay Hungry Stay Foolish. Sudah sepatutnya kita termotivasi untuk terus belajar, semangat menggali ilmu. Dengan belajar dari orang-orang yang sudah berhasil dengan signifikan dalam membangun dan menggerakkan roda bisnis. Makanya, beruntung sekali kemarin (Sabtu, 26/8) saya dapat mengikuti sebuah acara Kompasiana Nangkring; LPS Sahabat Nasabah. Di mana dalam acara ini, Kompasiana menghadirkan sosok sukses pelaku UKM bidang kuliner dan pakar keuangan.

Moderator yang memandu acara talk show langsung bertanya kepada Tedi Herdyanto tentang apa sih LPS? Guna menjawab pertanyaan tersebut, bapak Tedi Herdyanto membuka diskusi dengan mengajak audiens untuk kembali masa-masa kelam bangsa Indonesia di 1998 saat terjadi krisis moneter. 

"Waktu 1998 sempat terjadi kenaikan dollar (atas rupiah-red) dari Rp 2.300,- menjadi 15.000,- Dunia perbankan mengalami rush -nasabah menarik uangnya di bank karena kurangnya tingkat kepercayaan nasabah kepada perbankan dalam negeri. Akhirnya, beberapa bank harus dilikuidasi," ungkap Tedi.

Semenjak itu pemerintah perlu menyikapi keadaan negara yang mengalami ketidakstabilan khususnya bidang perekonomian Indonesia yang kian terpuruk. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah saat itu adalah dengan membangun kembali kepercayaan masyarakat terhadap perbankan. 

LPS adalah kependekan dari Lembaga Penjamin Simpanan yang memiliki tugas dua sisi yang harus dijalankan beriringan. Sisi pertama; LPS mengajak masyarakat untuk menyimpan uang hasil usahanya di bank. Sisi yang kedua; LPS mengawasi perputaran uang nasabah yang ditabung yang dipinjamkan kepada nasabah lain yang membutuhkan bisa berupa KUR (Kredit Usaha Rakyat) atau KPR (Kredit Pemilikan Rumah). Jadi ketika masyarakat mampu mengelola keuangannya, LPS masuk dan membantu memelihara dan menjaga stabilitas sistem keuangan serta menjamin simpanan nasabah. 

"Pelaku usaha memanfaatkan fasilitas kredit yang ditawarkan oleh perbankan. Itulah salah satu fungsi dari perbankan, bagaimana ia menerima dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan kemudian dikelola lalu disalurkan lagi kepada masyarakat lain yang membutuhka dalam bentuk kredit atau pinjaman," tegas pak Tedi. 

Maka keluarlah kebijakan pemerintah yang menjamin pembayaran bank umum dan BPR yang dilakukan oleh nasabah. Kebijakan ini dituangkan melalui Keppres Nomor 26 dan Nomor 193 Tahun 1998. Dengan adanya kebijakan pemerintah ini harapannya dampak buruk krisis moneter bisa teratasi dan yang paling penting, kembali muncul kepercayaan masyarakat terhadap sistem perbankan.

Bicara penjaminan, LPS tidak bosan-bosan terus mengajak masyarakat agar menyimpan uangnya di bank yang sudah ditunjuk. Dan hari ini, semua perbankan wajib menjadi anggota LPS. Pemilik uangpun tentunya akan merasa tenang karena menyimpan uangnya pada bank di bawah naungan LPS. Tetapi akan lain ceritanya, bila pemilik uang masih meragukan perbankan, alih-alih menabung di bank, malah disimpan di rumah - kemarin pak Tedi mencontohkan uang disimpan di bawah bantal - kemudian terjadi bencana, kebakaran misalnya yang meranggas serta melumat semua yang ada di sekelilingnya termasuk harta kita berupa uang. Musnah ... Uang tidak bisa diselamatkan lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun