Mohon tunggu...
Ade Tanesia
Ade Tanesia Mohon Tunggu... Freelancer - Antropolog

Pemerhati Budaya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kemegahan IKN & Nestapa Masyarakat Adat Balik

12 September 2024   08:01 Diperbarui: 12 September 2024   08:07 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Saya sudah harus mengosongkan rumah, padahal belum mendapat uang kompensasi. Anak-anak akhirnya saya sebar ke keluarga lain." Inilah ungkapan teman saya dari Suku Balik yang tinggal di Desa Bumi Harapan, Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU). Rumahnya berada di ring 1 kawasan IKN.  Sayangnya dalam pembangunan ini banyak masyarakat adat yang berada di sekitar ring 1 "dipaksa" pindah. 

Ada beberapa keluarga yang tetap bertahan meski rumahnya sudah berbatasan dengan tembok bendungan Intake yang dibangun untuk pasokan air di kompleks IKN.   Kawasan IKN bukanlah wilayah tanpa penduduk. Di sana hidup masyarakat adat dari berbagai suku, dan transmigran yang mayoritas dari Pulau Jawa. Masyarakat adat yang terbanyak di  ring 1 di Kecamatan Sepaku, masyarakat adat Suku Balik. 

Sekilas Sejarah Masyarakat Adat  Balik

Sebelum Sepaku ditetapkan sebagai wilayah inti IKN Nusantara, tidak banyak yang tahu tentang Suku Balik. Identitasnya sering dianggap sub Suku Paser, namun masyarakat adat Suku Balik sendiri menolak bahwa mereka bagian dari Suku Paser. Dahlia Yati mengatakan bahwa perbedaan itu ada pada aspek bahasa, dialek, dan juga Suku Balik merupakan bagian dari Kerajaan Kutai Kertanegara. "Kami dibilang Paser Balik sejak wilayah Sepaku menjadi bagian dari Kabupaten Penajam Paser Utara," ujar Pak Rimba (66), salah satu tokoh adat Suku Balik.

Ritual penyambutan tamu oleh tetua adat Suku Balik (Foto : Ade Tanesia)
Ritual penyambutan tamu oleh tetua adat Suku Balik (Foto : Ade Tanesia)

Konon Suku Balik awalnya bermukim di wilayah Balikpapan. Wilayahnya menjadi bagian dari  daerah kekuasaan Kerajaan Kutai Kartanegara. Ada sebuah cerita turun temurun bahwa Suku Balik kerap membuat papan untuk menyuplai kebutuhan Kerajaan Kutai.  Suatu waktu, Suku Balik diminta untuk menyumbangkan  papan putih ke Kerajaan Kutai Kartanegara. Sesampainya di Kerajaan Kutai Kartanegara, mereka menyerahkan papan tersebut, namun papan ikut pulang bersama pengantar papan tersebut dari belakang. Papan itu diantar kembali ke Kerajaan Kutai, namun ikut kembali lagi ke tempat Suku Balik. 

Atas kejadian ini akhirnya Kerajaan Kutai menyebut wilayah Suku Balik dengan sebutan Balikpapan. Selain menjadi penopang kebutuhan papan di masa Kerajaan Kutai Kartanegara, masyarakat adat  Suku Balik juga memberikan tenaga dalam pembangunan infrastruktur,  sementara di masa belanda mereka ikut serta dalam pembangunan Jalan Setrat.  

Menurut Sri Mulianti, sosiolog sekaligus pengajar Prodi Pembangunan Sosial Universitas Mulawarman,  keberadaan Suku Balik sudah dicatat oleh F. Valentijn (1724) mengatakan bahwa  semula Suku Balik berada di bawah asuhan Kesultanan Paser. Namun karena berselisih paham, Suku Balik ini kemudian meminta suaka ke Sultan Kutai. 

Oleh sebab itulah dalam wacana publik yang dominan Suku Balik dikenal  bagian dari Suku Paser. Lebih lanjut Mulianti menjelaskan  ketika sebuah perusahaan minyak Belanda memulai mengeksplorasi minyak bumi di Balikpapan, masyarakat adat  Suku Balik ini memilih mundur ke pedalaman. Hal ini disebabkan mereka semakin sulit untuk mencari makan, binatang buruan yang  biasanya tidak suka tempat ramai.  

Mereka bergerak mundur menyisir sungai. Cabang-cabang sungai yang diingat antara lain adalah Sepaku, Pemaluan, Rico Sotek. Desa Pemaluan (dulu: Maridan) dan Binuang (dulu: Belalang) adalah kampung-kampung yang dibuka oleh Suku Balik. Wilayah Sepaku kemudian menjadi ruang hidup terakhir bagi masyarakat adat Balik sampai sekarang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun