Mohon tunggu...
Ade Surya Prasetyo
Ade Surya Prasetyo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Udayana

Mahasiswa Ekonomi

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Ekonomi Hijau: Strategi Menuju Pertumbuhan Berkelanjutan

14 Januari 2025   09:00 Diperbarui: 14 Januari 2025   09:00 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Konsep Ekonomi Hijau (Sumber: Corporate Connection)

Di era globalisasi dan perubahan iklim yang semakin mendesak, konsep ekonomi hijau menjadi solusi yang tidak hanya relevan tetapi juga mendesak. Ekonomi hijau mengedepankan prinsip pembangunan berkelanjutan, di mana pertumbuhan ekonomi tidak lagi bertentangan dengan pelestarian lingkungan. Pendekatan ini tidak hanya menawarkan peluang untuk menjaga keberlanjutan sumber daya alam, tetapi juga membuka jalan bagi inovasi dan pertumbuhan ekonomi baru.

Definisi Ekonomi Hijau

Ekonomi hijau adalah konsep ekonomi yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan manusia dan keadilan sosial, sekaligus mengurangi risiko lingkungan dan kelangkaan ekologis secara signifikan. Berikut adalah penjelasan komprehensif tentang definisi dan prinsip-prinsip ekonomi hijau:

1. Menurut UNEP (United Nations Environment Programme), ekonomi hijau adalah sistem ekonomi yang menghasilkan peningkatan kesejahteraan manusia dan kesetaraan sosial, sekaligus mengurangi risiko lingkungan dan kelangkaan ekologis secara signifikan.

2. World Bank mendefinisikannya sebagai pertumbuhan ekonomi yang ramah lingkungan, berkelanjutan, dan inklusif.

3. OECD menekankan ekonomi hijau sebagai upaya untuk memfasilitasi pertumbuhan dan pembangunan ekonomi sekaligus memastikan keberlanjutan aset alam.

Prinsip-Prinsip Utama Ekonomi Hijau

1. Berkelanjutan (Sustainable)
Memastikan penggunaan sumber daya secara efisien dan menjaga ketersediaannya bagi generasi mendatang melalui prinsip reduce, reuse, recycle.

2. Rendah Karbon (Low Carbon)
Mengurangi emisi gas rumah kaca dengan memanfaatkan energi terbarukan dan meningkatkan efisiensi energi.

3. Inklusif (Inclusive)
Mendorong pemerataan akses ekonomi, menciptakan pekerjaan layak, dan mengurangi kemiskinan serta kesenjangan.

4. Sumber Daya yang Efisien (Resource Efficient)
Mengoptimalkan penggunaan sumber daya alam, mengurangi limbah, dan mengembangkan teknologi ramah lingkungan.

5. Berbasis Ekosistem (Ecosystem-based)
Melindungi keanekaragaman hayati, memulihkan ekosistem rusak, dan memperhitungkan nilai ekosistem dalam kegiatan ekonomi.

6. Keadilan Sosial (Social Justice)
Melindungi hak pekerja, menjamin kesetaraan gender, dan memberdayakan masyarakat lokal dalam kegiatan ekonomi.

Peran Penting Ekonomi Hijau di Berbagai Sektor

Di era globalisasi dan perubahan iklim yang semakin mendesak, konsep ekonomi hijau menjadi solusi yang tidak hanya relevan tetapi juga mendesak. Menurut laporan UNEP (United Nations Environment Programme), transisi menuju ekonomi hijau dapat menghasilkan pertumbuhan PDB global yang lebih tinggi sebesar 2% dibandingkan skenario bisnis seperti biasa pada tahun 2050. Ekonomi hijau mengedepankan prinsip pembangunan berkelanjutan, di mana pertumbuhan ekonomi tidak lagi bertentangan dengan pelestarian lingkungan. International Renewable Energy Agency (IRENA) melaporkan bahwa investasi dalam energi terbarukan telah menciptakan 11.5 juta lapangan kerja globally pada tahun 2022, menunjukkan bahwa transisi hijau dapat mendorong pertumbuhan ekonomi sambil mengurangi dampak lingkungan.

Pendekatan ini membuka peluang signifikan dalam berbagai sektor. Di sektor energi, Bloomberg NEF memproyeksikan investasi global dalam energi bersih akan mencapai USD 1.7 triliun pada tahun 2023. Penurunan drastis biaya teknologi terbarukan - dengan biaya panel surya turun 90% dalam satu dekade terakhir - membuat transisi energi semakin layak secara ekonomi. Inovasi dalam ekonomi hijau juga mendorong transformasi sektor transportasi. McKinsey memperkirakan bahwa pasar kendaraan listrik global akan tumbuh dari 10% penjualan mobil baru pada tahun 2022 menjadi 60% pada tahun 2035. Ini menciptakan rantai nilai baru dalam industri baterai, infrastruktur pengisian, dan sistem manajemen energi pintar.

Sektor pertanian berkelanjutan menunjukkan potensi besar. FAO melaporkan bahwa praktik pertanian regeneratif dapat meningkatkan hasil panen hingga 79% sambil mengurangi emisi karbon dan meningkatkan ketahanan terhadap perubahan iklim. Pasar pertanian organik global diproyeksikan mencapai USD 380 miliar pada tahun 2025. Di sektor konstruksi, bangunan hijau tidak hanya mengurangi dampak lingkungan tetapi juga menghemat biaya operasional. World Green Building Council mencatat bahwa bangunan hijau dapat mengurangi konsumsi energi hingga 50% dan konsumsi air hingga 40%. Pasar konstruksi hijau global diperkirakan mencapai USD 610 miliar pada tahun 2027.

Ekonomi sirkular, sebagai komponen kunci ekonomi hijau, menawarkan potensi nilai ekonomi USD 4.5 triliun pada tahun 2030 menurut Accenture. Praktik seperti daur ulang, remanufaktur, dan berbagi ekonomi tidak hanya mengurangi limbah tetapi juga menciptakan model bisnis baru yang menguntungkan. Namun, transisi menuju ekonomi hijau membutuhkan investasi besar. Climate Policy Initiative memperkirakan kebutuhan investasi tahunan sebesar USD 4.35 triliun hingga tahun 2030 untuk mencapai target iklim global. Kesenjangan pembiayaan ini memerlukan kerjasama antara pemerintah, sektor swasta, dan lembaga keuangan internasional.

Peran kebijakan pemerintah sangat krusial. Carbon Pricing Leadership Coalition melaporkan bahwa 45 negara telah menerapkan mekanisme harga karbon, mencakup 20% emisi global. Insentif fiskal dan regulasi yang mendukung dapat mempercepat adopsi praktik bisnis berkelanjutan. Sektor keuangan juga mengalami transformasi dengan pertumbuhan keuangan berkelanjutan. Global Sustainable Investment Alliance mencatat bahwa aset investasi berkelanjutan global mencapai USD 35.3 triliun pada tahun 2020, meningkat 15% dalam dua tahun. Green bonds dan sustainability-linked loans menjadi instrumen penting dalam pembiayaan proyek hijau. Di negara berkembang, ekonomi hijau menawarkan peluang untuk "leapfrogging" menuju pembangunan berkelanjutan. World Bank memperkirakan bahwa investasi dalam infrastruktur berkelanjutan di negara berkembang dapat menghasilkan pengembalian sebesar USD 4.2 triliun hingga tahun 2030.

Transisi menuju ekonomi hijau juga memerlukan pengembangan keterampilan baru. International Labour Organization memproyeksikan bahwa 24 juta pekerjaan baru akan tercipta dalam ekonomi hijau pada tahun 2030, menekankan pentingnya pelatihan dan pendidikan dalam mendukung transisi ini.

Strategi Implementasi Ekonomi Hijau

Untuk mewujudkan ekonomi hijau, diperlukan strategi yang terintegrasi meliputi kebijakan pemerintah, partisipasi sektor swasta, dan keterlibatan masyarakat.

1. Pengembangan Energi Terbarukan

Investasi dalam energi terbarukan seperti tenaga surya, angin, dan biomassa menjadi prioritas utama. Kebijakan insentif seperti subsidi untuk panel surya atau pembebasan pajak bagi perusahaan yang menggunakan energi terbarukan dapat mempercepat transisi ini.

2. Ekonomi Sirkular

 Konsep ekonomi sirkular, yang menekankan pada daur ulang, penggunaan kembali, dan pengurangan limbah, menjadi landasan penting. Misalnya, industri fashion dapat mengadopsi produksi berbasis daur ulang untuk mengurangi jejak karbon.

3.Pembangunan Infrastruktur Hijau

Pembangunan infrastruktur ramah lingkungan seperti transportasi umum berbasis listrik, gedung hemat energi, dan ruang hijau perkotaan akan mengurangi polusi dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

4. Edukasi dan Kesadaran Publik

Pemerintah dan lembaga non-profit perlu mengedukasi masyarakat tentang pentingnya gaya hidup ramah lingkungan. Kampanye tentang pengurangan penggunaan plastik atau hemat energi adalah contoh langkah sederhana yang berdampak besar.

Kesimpulan

Ekonomi hijau bukan sekadar konsep, tetapi sebuah kebutuhan dalam menghadapi tantangan global saat ini. Dengan strategi yang tepat, ekonomi hijau dapat menjadi pilar utama pertumbuhan berkelanjutan, memastikan keseimbangan antara kebutuhan manusia dan keberlanjutan planet kita. Pilihan ada di tangan kita: apakah kita akan bergerak menuju masa depan yang hijau atau tetap terjebak dalam model ekonomi konvensional yang tidak berkelanjutan?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun