Mohon tunggu...
Des Semar
Des Semar Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Stop Politisasi Agama!

23 Februari 2019   00:04 Diperbarui: 23 Februari 2019   00:16 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Manusia selalu meyakini sesuatu yang bagi dia lebih tinggi dari dia. Ada sifat penyembah sehingga keyakinan hadir dalam setiap tingkatan kesadaran insan. Bahwa keyakinan itu membawa ketenangan, keluar dari problem yang dihadapi tanpa itu tidak bernilai jika keyakinan tidak berimplikasi langsung dan nyata. Kata Muthahari " keyakinan bukanlah taklid buta melainkan dipahami dan dimengerti. Begitupun Ali syariati mengatakan awal dari keyakinan ialah kritis. Melihat hal ini dapat dikatakan bahwa keimanan ialah puncak kesadaran serta ketundukan untuk merealisasi kesadaran.

Basis awal ialah kesadaran, maka sewajarnya keyakinan yang dipeluk selalu menghidupkan kesadaran atau membuat orang semakin beriman atas kesadaran manusia yang semakin tinggi, sensitive terhadap realitas. Bahwa sekiranya keimanan tidak mampu melahirkan itu, berarti keyakinan tidak mentransformasi atau memperjalankan manusia. Sehingga keyakinan menjadi tirani bagi pemeluknya.
Misalnya, ada sebagian manusia saat ini cepat sekali emosional ketika berkaitan dengan kritikan agama dan semuanya tidak agamais apabila subjek sesuatu tidak berisi predikat agama.

Melihat hal ini,  sebenarnya agama ialah tujuan ataukah agama hanyalah jalan? Agama sebagai tujuan maka yang muncul ialah formalisme agama serta lahirlah misionaris agama di setiap agama. Sehingga ketika KTP individu berisi nama agama senang sekali rasanya, pulang haji gembira sekali jiwanya dan selalu mengklaim ketika melihat sensus penduduk dunia kalau umat tertentu masuk diagama itu dan bertambah jumlahnya.

Namun apabila agama dipandang sebagai jalan   ( Din) maka sebuah gairah berbeda yang muncul dalam jiwa manusia, ada ketakutan secara pribadi karena jalan yang dilalui masih dalam perjalanan, tak di pungkiri dalam perjalanan dijalan tersebut ada kendala- kendala yang bisa merubah orientasi sang musafir. setiap pejalan tidak saling menganggu karena mereka berada dalam perjalanan masing-masing. Apa yang didapat dalam jalan itu hanya sebagai penyambung jalan berikutnya menuju tujuan bukan akhir dari tujuan. Bahwa agama sebagai jalan memiliki tujuan, dan tujuan didalam agama itu harus ditemukan namun tujuan yang dicari bukan agama.

Dalam dunia islam, kita seringkali membaca Al-quran surat al fatihah, berbunyi " Tunjukilah kami kejalan yang lurus" jadi agama sebagai dasar manusia berjalan. Bahwa tujuan agama adalah jalan namun tujuan jalan adalah kebenaran. Beragamalah agar kita semua mendapatkan jalan, namun hubungan agama dengan jalan tidaklah niscaya, dalam arti setiap orang beragama tidak semua mendapatkan jalan yang lurus. 

Saya katakan jalan yang lurus itu bukan agama, melainkan agama ialah mukadimah menemukan jalan itu.Sehingga kita tidak perlu terlalu riang dalam beragama, justru kewaspadaan, kehati-hatian individu dalam menjalankan tindakan agama untuk berusaha membuka kapasitas diri agar bisa diberikan sebagai tujuan manusia beragama. Maka agama ialah syarat untuk membuka kesadaran, meningkatkan kesadaran atau sederhananya agama membuat kita jadi manusia.

Jangan dulu pikir masuk surga dan neraka, yang perlu dipikirkan adalah menjadi manusia sehingga tidak menyebar neraka bagi orang lain. Oleh karena itu, semoga dengan agama yang kita yakini tidak membuat manusia arogan, sebagaimana Kata cak nur manusia harus dikeluarkan dari islam rumahan menuju islam Rahmatan lil Alamin. Beragama tanpa menemukan jalan, seperti hidup dalam kegelapan dan jalan dalam agama itulah kehidupan bagi manusia.

Dengan upaya kami beragama bisa menemukan mu Tuhan.


Wallahu alam Bissawab

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun