Mohon tunggu...
Ade Sundari Oktavian
Ade Sundari Oktavian Mohon Tunggu... Administrasi - Pekerja kantoran biasa dan part time distance learner di sebuah perguruan tinggi swasta

Suka dengerin musik sambil beraktivitas ;)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Revolusi Digital: Tantangan, Dilema Etika, dan Harapan di Tengah Derasnya Gelombang Artificial Intelligence (AI)

23 Desember 2023   20:30 Diperbarui: 10 Januari 2024   15:12 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Revolusi digital telah memunculkan era baru yang didorong oleh kehadiran teknologi yang semakin hari kian canggih, terutama kecerdasan buatan atau yang dikenal dengan Artificial Intelligence (AI). 

Selama dekade terakhir, AI telah menjadi salah satu pilar utama dalam transformasi digital dan telah meresapi hampir setiap aspek kehidupan kita di dunia modern ini, termasuk dalam dunia pendidikan. Dengan pertumbuhan pesat yang semakin baik dari waktu ke waktu dalam kapabilitasnya, AI telah membuka pintu menuju masa depan teknologi yang penuh potensi, namun juga tentunya diiringi dengan sejumlah tantangan dan konsekuensi.

Dalam dunia pendidikan, AI menjadi peluang atau ancaman? Pertanyaan ini menjadi sangat penting untuk dijawab mengingat penggunaan AI dalam pendidikan telah menawarkan potensi besar untuk peningkatan efisiensi serta efektivitas pembelajaran. Namun, di balik itu, terdapat pula tantangan serta dilema etika terkait dengan penggunaan AI dalam pendidikan yang perlu mendapatkan perhatian serius.

Menelaah Tantangan dan Dilema Etika Penggunaan AI

Dalam menyongsong era Revolusi Industri 4.0, penulis memandang perlunya kebijaksanaan bagi kita semua dalam mengelola perubahan dan menavigasi tantangan yang ada. Di era modern khususnya perkotaan, dengan akses internet yang semakin mudah dalam genggaman, teknologi seperti AI seharusnya bisa digunakan sebagai alat bantu yang produktif. Salah satu jurnal pada tahun 2022 yang mengulas dampak positif penggunaan AI dalam pendidikan seperti Pendidikan Berbasis Web Cerdas, menyatakan bahwa AI sebagai kecerdasan buatan bisa memberikan banyak kemudahan dalam penyelesaian suatu tugas akademik, mempercepat proses pengerjaan suatu olah data, dan memberikan bantuan yang efektif bagi pelajar atau mahasiswa serta para tenaga pengajar. Selain itu, AI juga telah terbukti menawarkan banyak kemudahan dapat membantu dalam mengontrol serta memantau pembelajaran, dan tentunya memiliki potensi untuk memajukan berbagai bidang, termasuk dalam pembelajaran itu sendiri asalkan digunakan secara tepat.

Contoh lain pemanfaatan AI secara tepat dalam dunia pendidikan, yakni diciptakannya alat pendeteksi kualitas udara oleh Mahasiswa Teknik dari UMM Malang pada Agustus 2023 lalu. Alat tersebut memiliki tingkat akurasinya mencapai 90%, dan memiliki kemiripan hasil dengan pengukuran kualitas udara oleh BMKG. Mereka juga telah melakukan uji coba di beberapa daerah di Malang.

Meskipun AI dapat memberikan manfaat besar, perlu diingat bahwa teknologi ini seharusnya mendukung, bukan menggantikan peran manusia dalam bidang pendidikan. Penggunaan AI yang tidak terkontrol bisa menyebabkan ketergantungan yang bisa mengakibatkan melemahnya kemampuan analisa dan berpikir kritis yang dimiliki oleh tenaga pengajar maupun siswa.

Sebagai contoh, kepercayaan serta ketergantungan yang berlebihan terhadap ChatBot AI dapat menyebabkan pengajar ataupun pelajar tidak melakukan cross-check ulang terhadap hasil yang mereka dapatkan dari AI. Padahal hasil olahan data dari ChatBot AI belum tentu benar serta sesuai fakta riil yang ada di lapangan. Penggunaan ChatBot AI misalnya, juga memiliki risiko peningkatan kebocoran data, yang tentunya hal ini bisa menyebabkan data pribadi para penggunanya menjadi mudah diperoleh bahkan hingga disalahgunakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.

Kepekaan dan Empati Manusia: Keunggulan yang Sulit Ditiru AI

Dalam konteks pendidikan, kepekaan serta empati yang dimiliki manusia memainkan peran penting yang sulit ditandingi oleh kecerdasan buatan. Meskipun AI mampu memberikan informasi dan panduan secara teknis, namun kemampuan untuk memahami dan merespons emosi manusia belum bisa sepenuhnya direplikasi oleh AI. Misalnya, seorang dosen tidak hanya memberikan penjelasan materi secara dingin, namun mereka juga bisa membaca ekspresi wajah serta sikap mahasiswanya untuk bisa menyesuaikan pendekatan pembelajaran yang sesuai. Kepekaan inilah yang bisa menciptakan lingkungan belajar secara lebih mendalam dan tentunya lebih personal.

Dalam beberapa kasus, terlalu bergantung pada teknologi dalam pembelajaran juga bisa merugikan kemampuan sosial dan interpersonal siswa. Interaksi manusia dengan mesin tidak bisa menggantikan interaksi manusia dengan manusia yang sangat esensial dalam pengembangan keterampilan sosial. Penelitian oleh Secur Envoy pada 1.000 orang di Inggris menunjukkan bahwa terlalu bergantung pada teknologi, 66% orang cenderung mengalami kecemasan berlebih atau Nomophobia dan mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan orang lain secara langsung.

Pentingnya Keseimbangan dalam Penggunaan AI di Pendidikan

Mengambil pelajaran dari pengalaman penggunaan AI dalam pendidikan, penting bagi kita semua untuk bisa menciptakan keseimbangan yang tepat antara penggunaan teknologi serta interaksi antarmanusia. Sementara AI bisa menjadi alat yang sangat efektif dalam mendukung pembelajaran insan pendidikan, kita juga tetap perlu menjaga agar AI tidak menggantikan elemen-elemen kritis dari proses kegiatan belajar mengajar yang melibatkan hubungan antarmanusia. Penulis memandang, bahwa keberhasilan implementasi AI dalam dunia pendidikan seharusnya bisa diukur bukan hanya dari segi efisiensi teknis, namun tentunya juga harus berdampak positif terhadap pengembangan pribadi dan sosial siswa atau mahasiswa.

Harapan ke Depan: Menghadapi Tantangan dengan Bijak

Sebagai kesimpulan, revolusi digital yang kini didominasi oleh kecerdasan buatan atau yang dikenal dengan Artificial Intelligence (AI) telah membuka pintu menuju masa depan yang potensial, namun tentunya juga dipenuhi dengan beberapa tantangan serta konsekuensi. Pertanyaan kritis tentang apakah AI dalam dunia pendidikan sebagai peluang atau ancaman telah menjadi sorotan utama serta memunculkan dilema etika bahkan tantangan yang membutuhkan perhatian serius. Di tengah derasnya gelombang AI inilah diperlukan suatu kebijaksanaan dalam mengelola perubahan serta menavigasi tantangan di era Revolusi Industri 4.0 ini. Akses internet yang semakin hari semakin mudah serta perkembangan teknologi seperti AI ini seharusnya bisa menjadi alat bantu produktif, membawa dampak positif dalam berbagai aspek, termasuk pembelajaran, dengan contoh nyata salah satunya yakni pengembangan alat pendeteksi kualitas udara oleh mahasiswa di Malang.

Lebih lanjut, sementara AI memiliki potensi besar untuk peningkatan efisiensi pembelajaran, tetap perlu kita ingat bahwa teknologi seharusnya mendukung, dan bukan menggantikan peran manusia dalam dunia pendidikan. Keberhasilan implementasi AI saat ini  harus bisa diukur tidak hanya dari segi efisiensi teknis, namun juga dari dampak positifnya terhadap pengembangan pribadi serta sosial para insan pendidikan. Seiring dengan itulah, penetapan regulasi yang bijak bisa menjadi salah satu kunci dalam menghadapi tantangan penggunaan AI di dunia pendidikan. Langkah yang diambil oleh Uni Eropa dalam mengeluarkan Undang-Undang pertama untuk mengatur AI telah memberikan contoh bahwa regulasi tersebut bisa mencakup aspek-aspek krusial seperti transparansi pembuatan suatu konten, penggunaan dalam penegakan hukum, serta peringatan kepada insan pendidikan atas bahaya dari kepercayaan atau ketergantungan yang berlebihan terhadap AI. Harapannya, di negara-negara lain, termasuk Indonesia, bisa mengambil inspirasi dari penetapan regulasi tersebut dalam menyusun kebijakan serupa yang bisa mengakomodasi etika serta dampak sosial teknologi AI dalam dunia pendidikan dengan bijak.

Referensi

Amazon. (2023). Apa Perbedaan Antara AI dan Machine Learning? Retrieved Dec 15, 2023, from aws.amazon: Apa Perbedaan Antara AI dan Machine Learning?

CNNIndonesia. (2023, Dec 9). Pertama di Dunia, Uni Eropa Sepakati UU tentang Kecerdasan Buatan. Retrieved Dec 12, 2023, from CNN Indonesia: Pertama di Dunia, Uni Eropa Sepakati UU tentang Kecerdasan Buatan

Irawati, D. (2023). Mahasiswa UMM Deteksi Kualitas Udara Kota Malang dengan Alat Ciptaan Sendiri. Retrieved Dec 11, 2023, from Kompas: Mahasiswa UMM Deteksi Kualitas Udara Kota Malang dengan Alat Ciptaan Sendiri

Kaur, J. (2023). Ethics of Artificial Intelligence and its Applications. Retrieved Dec 12, 2023, from Xenonstack: Ethics of Artificial Intelligence and its Applications

Kompas. (2023). Tantangan dan Peluang dari Kehadiran AI di Era Emas Digitalisasi Indonesia. Retrieved Dec 10, 2023, from Biz.Kompas: Tantangan dan Peluang dari Kehadiran AI

Manongga, D. R. (2022). Dampak Kecerdasan Buatan Bagi Pendidikan. ADI Bisnis Digital Interdisiplin Jurnal, 3(2), 110-124. doi:Dampak Kecerdasan Buatan Bagi Pendidikan

Simonova, M. (2022). Top Nine Ethical Issues In Artificial Intelligence. Retrieved Dec 12, 2023, from Forbes Technology Council: Top Nine Ethical Issues In Artificial Intelligence

sohib.indonesiabaik. (2023). Alasan AI Tidak Akan Bisa Menggantikan Peran Manusia. Retrieved Dec 12, 2023, from Sohib Indonesia Baik: Alasan AI Tidak Akan Bisa Menggantikan Peran Manusia

UKStatistics. (2021, Oct 26). Ethical considerations in the use of Machine Learning for research and statistics. Retrieved Dec 15, 2023, from uksa.statisticsauthority: Ethical considerations in the use of Machine Learning

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun