Mohon tunggu...
Ade Suhendar
Ade Suhendar Mohon Tunggu... -

jauh disana

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Boneka Main Kuda

6 Mei 2014   02:52 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:49 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_322702" align="alignnone" width="550" caption="Boneka Main Kuda | http://archive.kaskus.co.id/ "][/caption]

Balasan kunjungan Ical ke rumah Prabowo di Hambalang menujukkan langkah Beringin makin mantap. Pasalnya, Ical memberikan kode siap untuk menurunkan keinginanya menjadi Capres. "Nomor satu, nomor dua bagi kami tidak ada masalah, kita tidak masalah. kita sama-sama berfikir yang lebih baik bagi negara," papar Ical sehabis agenda selesai.

Kode Ical ini mematahkan pernyataanya sebelumnya saat kunjungan Ketua Umum Partai Golongan Karya (Golkar), Aburizal Bakrie (Ical), menegaskan bahwa dirinya tak akan mundur sebagai calon presiden (Capres) yang rencananya akan diusung oleh Partai Golkar, dalam bursa Pemilu Presiden (Pilpres) 2014 mendatang.

Pernyataan ini setidaknya menegaskan kemana arah Golkar menjelang Rapimnas mendatang. Akan tetapi, kejelasan dari sikap Ical tidak mendapatkan penguatan yang pasti dari Prabowo maupun Gerindra. Prabowi hanya mengatakan akan lebih intensif lagi untuk membahas kerjasama dalam bidang politik termasuk terkait dengan rencana koalisi kedua partai akan diumumkan pada yang tepat.

Secara ringkas, manuver ini memang menyedot perhatian publik secara luas. Selain juga akan dapat mengejutkan bagi Jokowi yang sudah pasti melenggang jadi Capres PDIP. Yang tentunya sangat menarik bila keduanya berduet secara langsung. Maka Pilpres 9 Juli mendatang akan bertarung dua kandidat secara langsung Jokowi dan Prabowo dan Ical. Duel seru seperti ini setidaknya akan membuat rakyat bisa memilih tanpa ragu siapa yang akan memimpin Indonesia kedepan.

Namun jika melihat cara Prabowo menggantung pernyataanya, setidaknya ia tak ingin berjudi memilih duet dengan Ical. Ical meskipun menurut banyak lembaga survei berada di peringkat 3 elektabilitasnya dibawah Jokowi dan Prabowo sesungguhnya tak banyak memiliki peran besar dalam mengerek suara Golkar dalam Pileg 9 April lalu. Suara Golkar lalu tidak lebih merupakan suara mesin partai yang bergerak lebih cepat daripada suara Ical sendiri.

Hal ini jelas mengingat cara kampanye Golkar pada Pileg lalu yang dengan konsep one campaign antara Capres Ical dan Golkar sendiri. Berbeda sebaliknya dengan Gerindra yang suara melejit ke peringkat 3, faktor Prabowo memiliki peran sangat signifikan. Figurnya lebih besar daripada partai, sangat menentukan bagi Gerindra. Patut diingat, dalam Pilpres figur akan lebih menentukan daripada sistem partai maupun koalisi partai.

Memilih Ical sebagai sebagai Cawapresnya, bagi Prabowo jelas perjudiaan. Koalisi boleh saja dan mungkin dilakukan dengan Golkar, meskipun perlu dengan catatan-catatan yang lebih detail. Terutama tentang  manuver Golkar jika berada diranah kekuasaan, ini catatan yang penting melihat wajar Golkar yang pernah jelas dalam pemerintahan.

Apalagi dalam pertemuan sebelumnya, Golkar melalui Ical juga mengatakan Golkar tidak memiliki keinginan untuk menjadi partai oposisi, meskipun dalam bursa Pilpres yang akan dilaksanakan pada tanggal 9 Juli 2014 mendatang, dirinya mengalami kekalahan. "Di dalam sistem demokrasi Pancasila yang diterapkan di Negara Indonesia itu tidak ada yang namanya oposisi. Yang ada itu di dalam dan di luar pemerintahan. Di dalam parlemen nanti kan bisa juga saling mengkritik. Kita bukan oposisi," tegasnya kala itu.

Soal koalisi dengan Gerindra, Golkar sendiri juga sudah terpecah. Pasalnya melalui pendiri SOKSI, Suhardiman ia lebih menginginkan Priyo Budi Santoso yang diajukan sebagai Cawapres Prabowo dari Golkar, bukan lagi Ical. Pernyataan ini memberikan tekanan bahwa Golkar sendiri pasca Pileg tidak satu suara, terutama dalam pencapresan Ical.

Terlalu berjudi jika Prabowo menggandeng Ical, terlampau berisiko. Terlalu banyak juga catatan hitam di balik Ical yang akan mudah dijadikan isu bagi kandidat lain. Manuver ini tak lain si Boneka ingin memanfaatkan Kuda Prabowo untuk mencari celah koalisi yang sulit dilakukan.

Probowo dan Ical wajah lain dari orde baru di zaman reformasi. Duet yang hanya akan mengembalikan sisi gelap orde baru lahir kembali. Jika ini yang terjadi, bukan tidak mungkin orde baru yang menyimpan sisi kelam, orde baru yang dibangun dengan darah akan kembali terlahir.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun