“kau jelek” “kau bodoh” “kau lemot” itu kata-kata yang sering diucapkannya. tapi dia bilang dia sayang sama aku, ukh tapi hinaannya selalau membautku terdiam membisu. aku tak mengerti dengan mulutnya, walau air liur ini selalu tertelan oleh kerongkongannya dulu, sekarang setelah aku tak pernah melakukannya lagi dia selalu memaki-maki aku.
“aku ini suamimu dara” suatu hari setelah dia kembali memaki aku, aku membentaknya. tebak apa yang terjadi. dia menangis setelah aku bentak dan mendekapku dengan erat. “kau suami yang jelek, kau suami yang bodoh, kau suami yang lemot” dia kembali meracau dalam pelukaknku. “dara apa sebenarnya kau masih mencintai suamimu ini” tanyaku mendesah pelan. “aku mencintaimu kang mas, tapi kau sekarang tak pernah memberi aku ciuman indah yang sering kau berikan dulu kepadaku” tangisnya dalam dadaku.
aku memegang kedua pipinya, lalu ku kecup keningnya yang terhalang kerudung. kupandang matanya dan ku mulai mendekatkan bibirku ke bibirnya, dan upz…. “mamah aku tidak jelek, tidak juga bodoh apalagi lemot, tapi aku sedang sariawan mamah” dara pun menatapku dan tersenyum “maaf” bisiknya pelan dan kamipun saling memeluk dan tersenyum.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H