REVIEW JURNAL KOMUNIKASI KESEHATAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN HEALTH BELIEF MODEL
Pandemi COVID-19 telah mengubah banyak aspek kehidupan, termasuk cara masyarakat menerima dan memproses informasi kesehatan. Jurnal  "Komunikasi Kesehatan di Masa New Normal " yang ditulis oleh Lia Hindayani dan rekan rekannya, membahas bagaimana masyarakat, khususnya di Kabupaten Hulu Sungai Utara, berinteraksi dengan informasi kesehatan dalam konteks "New Normal". Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif-deskriptif dan menyoroti tantangan yang dihadapi oleh masyarakat kelas ekonomi menengah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterbatasan ekonomi dan akses media menjadi faktor utama yang membuat banyak responden tidak peduli terhadap informasi kesehatan. Banyak dari mereka lebih fokus pada pemenuhan kebutuhan dasar dan menganggap COVID-19 tidak berbahaya, sehingga merasa tidak perlu mencari informasi lebih lanjut. Hal ini menciptakan kesenjangan dalam pemahaman tentang pentingnya tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjaga kesehatan.
Dalam pendekatan Health Belief Model, beberapa elemen penting teridentifikasi yang memengaruhi perilaku kesehatan masyarakat. Pertama, persepsi kerentanan menjadi faktor kunci; responden yang tidak merasa rentan terhadap COVID-19 cenderung mengabaikan informasi kesehatan. Ini menunjukkan perlunya peningkatan kesadaran akan risiko yang mereka hadapi. Kedua, persepsi keparahan terkait ketidakpercayaan masyarakat terhadap dampak serius COVID-19 menyebabkan mereka kurang memprioritaskan informasi kesehatan. Edukasi yang lebih baik tentang keparahan virus ini sangat diperlukan agar masyarakat memahami konsekuensi dari mengabaikan protokol kesehatan. Ketiga, manfaat yang dirasakan dari tindakan pencegahan seperti protokol kesehatan tidak terlihat oleh banyak responden karena mereka merasa tidak terpengaruh oleh virus. Oleh karena itu, komunikasi kesehatan harus lebih menekankan manfaat konkret dari tindakan pencegahan tersebut untuk mendorong perubahan perilaku.
Selain itu, hambatan yang dirasakan, seperti keterbatasan ekonomi, menjadi faktor utama dalam mengakses informasi dan layanan kesehatan. Strategi komunikasi perlu mempertimbangkan kondisi sosial-ekonomi masyarakat untuk lebih efektif. Cues to action, atau dorongan untuk bertindak, juga sangat penting; tanpa adanya pengingat atau dorongan yang jelas, masyarakat cenderung tidak mengambil tindakan preventif. Terakhir, self-efficacy, atau rasa percaya diri masyarakat dalam mengambil tindakan pencegahan sangat rendah. Ini menunjukkan bahwa program edukasi untuk meningkatkan keyakinan mereka dalam mengikuti protokol kesehatan sangat penting.
Melalui pemahaman yang lebih baik tentang faktor-faktor yang memengaruhi perilaku kesehatan, kita dapat menciptakan program-program komunikasi yang lebih efektif dan relevan dengan kebutuhan masyarakat saat ini. Dengan demikian, kita semua dapat berkontribusi pada peningkatan kesehatan masyarakat secara keseluruhan di era New Normal ini.
Referensi
Lia Hindayani, Novia Ulfa Haika, Julia Putri Herdati, Achmadi, Marhaeni Fajar Kurniawati. (2022). Komunikasi Kesehatan di Masa New Normal.
Adessia Miftahullatifah
Universitas 'Aisyiyah Yogyakarta
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H