GLOBALISASI DAN KONSEKUENSINYA TERHADAP MANUSIAÂ
( Teori Globalisasi -Zygmunt Bauman )
Perhatian kalangan akademisi terhadap isu globalisasi termotivasi, terutama, oleh arti penting dari globalisasi, perhatian terhadap munculnya globalisasi dan kecemasan terhadap adanya globalisasi. Â Globalisasi adalah penyebaran praktik, hubungan, kesadaran, dan organisasi di seluruh dunia. Globalisasi telah membuat kehidupan hampir setiap negara dan miliaran orang di seluruh dunia mengalami transformasi. Pertemuan tingkat tinggi organisasi global yang membahas masalah internasional menggambarkan perasaan yang sangat kuat bahwa orang-orang di seluruh dunia sedang menghadapi masalah yang sangat penting.
Teori globalisasi juga muncul akibat serangkaian perkembangan di dalam teori sosial, terutama reaksi menentang beberapa perspektif sebelumnya, seperti teori modernisasi. Hal yang menjadi karakteristik dari teori tersebut adalah bias Barat, keunggulan yang ditunjukan oleh negara-negara Barat dan gagasan bahwa negara lain tidak memiliki pilihan selain semakin menjadi seperti Barat.
Zygmunt Bauman memandang globalisasi sebagai "perang ruang". Dalam pandangannya, mobilitas merupakan faktor penting dan pembeda dalam stratifikasi sosial di dunia saat ini. Oleh karena itu, pemenang dalam perang ruang ini adalah mereka yang memiliki mobilitas luas dan mampu bergerak bebas secara global dalam proses menciptakan makna bagi diri mereka sendiri. Mereka dapat bergerak cukup bebas di ruang dan ketika harus "mendarat" di suatu tempat, mereka mengisolasi diri di ruang yang dipagari dan diawasi dengan ketat, di mana mereka akan aman dari pecundang dalam perang ruang ini. Mereka yang kalah bukan hanya mereka yang tidak bisa melakukan mobilitas, tetapi juga dikucilkan dan dikurung di wilayah-wilayah yang dilucuti maknanya.
Jika para elit global dimabukkan dengan kesempatan mobilitas mereka, yang lain merasa terpenjara dalam wilayah mereka dan tidak memiliki banyak peluang untuk bergerak. Pihak yang menang bisa dikatakan hidup dalam waktu dari pada ruang karena mampu menjakau setiap ruang dengan cepat. Sedangkan pihak yang kalah dapat dipandang sebagai mereka yang tinggal dalam ruang.
Zygmunt Bauman membedakan dua istilah pelaku mobilitas, yaitu Tourist (turis) adalah mereka yang bergerak secara sadara karena kehendak mereka sendiri. Sedangkan yang disebut sebagai Vagabond (pengembara) adalah mereka yang melakukan pergerakan karena keadaan lingkungan yang tidak lagi ramah yang mendorong mereka. Aspek-aspek positif dari apa yang disanjung-sanjung sebagai globalisasi adalah yang dikaitkan degan Tourist, sedangkan efek samping yang tidak terhindarkan adalah banyaknya aspek yang ditransformasi menjadi Vagabond. Dengan demikian, globalisasi diterjemahkan menjadi keresahan bagi banyak orang.
Bagaimanapun, mereka yang tampaknya menjadi pemenang dalam globalisasi memiliki masalah mereka sendiri. Pertama, terdapat beban yang dikaitkan dengan ketidakmungkinan untuk memperlambat karena tidak mudah untuk selalu bergerak. Kedua, moblitas berarti serangkaian pilihan yang tidak ada habisnya dan setiap pilihan memiliki ketidakpastian. Katiga, setiap pilihan memiliki resikonya tersendiri. Dunia global merupakan dunia yang semakin cair, sebagai akibatnya dunia global terus mengalai perubahan dan semakin sulit dikendalikan atau ditentuka suatu pemahaman yang tetap terkait globalisasi itu sendiri.
Pada 24 September 2018 Boy Band asal Korea Selatan menciptakan sejarah dengan menjadi Boy Band asal Korea Selatan pertama yang menyampaikan pidatonya pada siding PBB. Boy Band asal Korea Selatan tersebut berpidato pada peluncuran kampanye Generation Unlimited di UNGA (United Nations General Assembly ) ke-73, di Kota New York, AS. Menurut UNICEF, Â badan dunia untuk urusan anak-anak, alasan Boy Band asal Korea Selatan, yaitu BTS dipilih untuk berpidato di depan majelis umum PBB karena mereka memiliki kesamaan maksud dengan kampanye yang dilakukan oleh UNICEF, yaitu Generation Unlimited.
Kampanye tersebut dibuat untuk meningkatkan kesempatan dan pemberdayaan anak-anak dan anak muda.
Berdasarkan pernyataan UNICEF Korea, seperti dikutip dari SBS via Naver, kampanye Love Myself dari BTS, yang menyatakan bahwa semua potensi manusia berasal dari mencintai dan menghargai diri sendiri, dan agenda Generation Unlimited dari UNICEF, yang bertujuan membuka potensi yang tidak terbatas dari anak muda, keduanya memiliki tujuan yang sama. Dikutip dari Forbes, secara umum kampanye ini bertujuan untuk memastikan setiap pemuda di dunia memperoleh pendidikan, pelatihan, dan pekerjaan per tahun 2030 mendatang.
BTS adalah salah satu wujud sukses Hallyu atau gelombang budaya popoler Korea Selatan. Popularitas dan penunjukan mereka dalam agenda internasional dianggap sebagai penyebarluasan soft power Korea Selatan. Soft Power adalah kemampuan mempengaruhi orang lain melalui penggunaan daya tarik dan bukan melalui paksaan, kekerasan ataupun imbalan. Dalam berbagai kesempatan pemerintah Korea Selatan melibatkan selebriti dalam acara diplomatik. Pemerintah juga mendukung produksi dan penyebaran budaya pop korea melalui kebijakannya. Pada kasus BTS ada strategi eksplisit dari pemerintah Korea Selatan menjadikan mereka senjata untuk menyebarkan budaya korea ke seluruh dunia. Semua hal tersebut tentunya tidak lepas dari faktor ekonomi dimana BTS dapat menyumbang 3,6 miliar USD per tahunnya untuk perekonomian korea selatan melalui musik dan dorongan kunjungan wisata.