Mohon tunggu...
ADE SETIAWAN
ADE SETIAWAN Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Kepala Puskeswan Pandeglang

All is Well

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Kiat Menjalani Hidup Sehat dengan Mindful Eating

4 Februari 2024   05:59 Diperbarui: 7 Februari 2024   01:43 1011
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mindful Eating: Makan saat lapar dan berhenti sebelum kenyang.

Membaca tulisan-tulisan tentang mindful eating di Kompasiana yang hari-hari ini menjadi topik pilihan, saya teringat kembali nasihat-nasihat orangtua, tentang larangan-larangan ketika kami sedang makan bersama.

Kala itu kami sekeluarga hampir setiap hari - pagi, siang dan malam - makan bersama keluarga di meja makan yang cukup besar dengan enam kursi karena kebetulan saya empat bersaudara.

Belakangan ketika saya sudah mulai sekolah dan kebetulan kedua orangtua adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS), kebersamaan makan hanya dilakukan ketika sarapan dan makan malam saja. Kecuali hari Minggu kami bisa kembali berkumpul untuk makan tiga kali sehari bersama-sama di ruang makan.

Dan hebatnya orangtua dulu, masakan yang dihidangkan di atas meja makan di rumah, hampir semuanya (mungkin 99 persen) adalah hasil masakan sendiri, alias masakan ibu. Tersebab itu pula, walaupun menu makanan sederhana, namun kami sekeluarga sangat menikmatinya.

Nah, saat makan bersama itulah kami selalu diingatkan untuk tidak berbicara saat sedang makan, makan jangan bersuara, dan tidak boleh menyisakan makanan untuk dibuang dalam arti harus menghabiskan makanan yang tersisa di piring makan. Tak lupa pula keduanya selalu mengingatkan untuk berdoa sebelum dan sesudah makan.

Orangtua kami kerap menyebut nasihat-nasihat itu jika tidak dilaksanakan dengan istilah yang lazim dengan perkataan pamali, yang berarti sesuatu yang tabu atau tidak boleh dilanggar dalam adat masyarakat Sunda.

Bagi kita yang lahir tahun 70-an mungkin istilah pamali tidak asing ditelinga atau karena boleh jadi karena ragam budaya dan adat setiap daerah di Indonesia, mungkin ada padanan kata lain yang serupa dengan pamali namun dalam istilah yang berbeda di masing-masing daerah.

Nah, kalau sudah dinasihati orangtua seperti itu, bagi kami dan angkatan generasi X, biasanya tanpa banyak pertanyaan kita menurut saja. Hal itu lantaran takut kualat atau dapat diartikan akan mendapat akibat buruk dari apa yang telah kita lakukan karena melanggar suatu aturan norma tertentu.

Jurus kata pamali dan kualat itulah mengapa anak zaman dulu (generasi X ke bawah) jauh lebih mudah diatur orangtua dibandingkan anak-anak zaman sekarang (generasi Y dan Z) yang kabarnya sulit sekali dikendalikan. hehehe

Terlebih, istilah pamali dan kualat sekarang sudah hampir punah lantaran kita sudah tidak menerapkan jurus ampuh itu lagi kepada anak-anak kita sebab zaman now yang sudah berubah.

Baca juga : Tantangan Frugal Living di Tengah Kehidupan yang Serba Materialistis

(Dokumentasi pribadi)
(Dokumentasi pribadi)

Apa sih Mindful Eating?

Saya baru menyadari kemudian, bahwa nasihat orangtua dulu di meja makan itu cara alami mengajarkan anak-anaknya tentang tata cara makan yang baik atau mindful eating versi zaman dulu, yang baru saya ketahui sekarang.

Saya menafsirkan nasihat orangtua untuk tidak berbicara saat sedang makan, makan jangan bersuara, dan tidak membuang sisa makanan adalah agar kita bisa lebih menikmati saat makan, memakai adab (etika) ketika makan, dan lebih menghargai makanan yang kita makan untuk hidup yang berkelanjutan. Selain itu orangtua kita mengajarkan untuk tetap bersyukur atas nikmat yang kita makan, walaupun dengan makanan yang sederhana.

Itulah mengapa saya menilai pantas saja orangtua dulu jauh bisa hidup dengan santai namun lebih bahagia, dibanding dengan zaman sekarang dengan tantangan hidup yang kompleksitas dan tuntutan yang serba cepat dan cenderung pengen instan, akibatnya banyak di antara kita yang sering mengalami stres.

Ya, tanpa disadari sejak dulu orangtua kita ternyata sudah mengajari secara alami kiat-kiat bagaimana menjalani mindful eating. Sayangnya, sekarang kita tidak sepenuhnya melanjutkan ajaran orangtua yang sangat baik tersebut, bahkan mungkin banyak di antara kita yang tanpa sadar telah melupakannya!

Lalu apa itu mindful eating yang saat ini sedang mulai ramai kembali dibahas banyak orang? Admin Kompasiana dalam topik pilihan Kontrol Makan dengan Mindful Eating menyebut mindful eating sebagai keterlibatan kesadaran penuh saat makan.

Maksudnya apa? 

Dalam berbagai literasi yang pernah saya baca dan saya pahami yang dimaksud kesadaran penuh saat kita makan adalah bahwa apa yang kita makan dan minum sesuai dengan kebutuhan tubuh, seperti makan dan minum yang cukup ketika kita merasa lapar dengan porsi gizi seimbang sesuai disesuaikan juga dengan aktivitas sehari-hari kita.

Konkretnya, mindful eating atau makan dengan sadar adalah sebuah cara yang membantu kita mengendalikan kebiasaan makan. kita harus bergaya hidup sehat agar terhindar dari berbagai penyakit akibat gaya hidup yang tidak sehat seperti hipertensi (darah tinggi), kolesterol tinggi, dan faktor-faktor lainnya yang meningkatkan risiko penyakit jantung.

Ajaran agama saya juga mengajarkan untuk jangan berlebihan makan sampai kenyang yang membuat malas dan merusak kesehatan sebagai mana kutipan kata mutiara dari salah satu penceramah favorit saya, Ustad Adi Hadiyat (UAH): makan saat lapar dan berhenti sebelum kenyang. 

"Karena kekenyangan membuat badan menjadi berat, hati menjadi keras, menghilangkan kecerdasan, membuat sering tidur dan lemah untuk beribadah"

Baca juga : Refleksi Hari Gizi Nasional: Mengatasi Gizi Kurang, Gizi Lebih, dan Gizi Seimbang

Kiat Menjalani Hidup Sehat Dengan Mindful Eating

Harus diakui menerapkan konsep mindful eating di zaman now jauh lebih sulit. Selain karena jurus pamali dan kualat sudah tidak manjur lagi digunakan oleh orangtua kepada anak-anak kita, gaya hidup anak sekarang memang berbeda, alias sudah berubah dibanding dulu.

Terlebih akibat pandemi Covid-19 dan dampak pasca pandemi, di mana anak-anak kita sudah kecanduan gadget, termasuk ketika makan pun terkadang gadget itu tak lepas digenggaman. Apalagi sudah lazim pula di setiap rumah kita memiliki televisi (TV) yang terpampang di depan meja makan keluarga.

Akan tetapi, rasa-rasanya kita tidak terlambat untuk mulai menata kembali kehidupan yang lebih mindful eating baik di rumah, tempat kerja, maupun tempat lain dimana kita biasa beraktivitas yang berhubungan dengan gaya hidup sehat dan pola makan.

Setelah saya mempelajari tentang konsep mindful eating dan pengalaman sehari-hari yang saya jalani bersama keluaraga, saya ingin berbagi beberapa hal yang mesti kita lakukan agar terjadi keterlibatan kesadaran penuh saat makan.

1. Berdoa Sebelum dan Sesudah Makan

Agama kami (Islam) mengajarkan ketika hendak melakukan sesuatu yang baik dan bermanfaat hendaknya diawali dengan membaca doa, yang merupakan upaya batin agar segala sesuatu yang kita lakukan mendapatkan keberkahan dan ridho Allah SWT.

Termasuk aktivitas yang baik dan bermanfaat ialah makan. Makan merupakan aktivitas yang tujuannya antara lain untuk mencukupi kebutuhan nutrisi, vitamin dan lain sebagainya bagi tubuh, sehingga menjadi kuat dan dapat beraktivitas secara normal.

Perihal makan, Islam mengajarkan doa sebelum makan dan sesudah makan. Dengan berdoa aktivitas makan dan minum kita bisa menjadi ibadah. Dan tentu saja akan menambah pundi-pundi pahala yang akan menjadi bekal tambahan di akhirat kelak.

Begitulah yang diajarkan agama dan orangtua kepada kami sejak dulu dan sampai saat ini masih diterapkan dalam kehidupan sehari-hari hingga sekarang

2. Mengelola Stres

Penyebab stres bisa beragam. Namun, ada tiga hal yang menjadi penyebab paling umum dari stres yakni dari rumah tangga, lingkungan sekolah maupun pekerjaan.

Dalam setiap episode kehidupan ini, di mana tuntutan dan beban hidup semakin berat, kondisi stres rasanya tak bisa dihindari dan itu biasa terjadi kepada siapa saja, di mana saja, dan kapan saja.

Terkadang stres tak bisa dihindari sehingga Anda harus mencari cara mengelola stres yang efektif. Tersebab itu, yang bisa kita lakukan adalah dengan mencegah pemicu terjadinya stres dan mengelolanya agar tidak semakin parah.

Dan apabila stres mulai menghinggapi pikiran kita, setidaknya ada beberapa yang bisa dilakukan seperti membicarakan keluhan atau permasalahan yang dialami kepada orang yang bisa dipercaya. Bisa kepada pasangan, sahabat atau kalau perlu mendatangi psikolog.

Mengapa kita perlu mengelola stres? Stres harus dikelola dengan baik mengingat salah satu gejala dari seseorang sedang stres adalah nafsu makan berlebih atau malah nafsu makan berkurang, atau berbeda dari nafsu makan yang biasanya.

Ada orang yang memang tanpa sadar menjadikan kebiasaan makan berlebih sebagai respons psikologis terhadap stres.

Nah, pada orang yang memiliki kebiasaan stress eating inilah yang akan mendorong untuk makan berlebihan ketika sedang menghadapi stres atau emosi tertentu, seperti marah, kecewa, dan sedih.

Jenis makanan yang dipilih pun biasanya tidak diperhatikan asupan kalori dan gizinya, misalnya gorengan, kue, makanan siap saji, hingga makanan kemasan atau olahan.

3. Mengontrol Asupan Makanan

Penting untuk memastikan bahwa kita makan sesuai kebutuhan tubuh kita. Oleh karena itu, baiknya kita harus mulai memiliki kesadaran akan makanan apa yang dibutuhkan untuk nutrisi tubuh. 

Dengan demikian kita akan bisa mengontrol makanan apa yang kita makan memenuhi energi kita sehingga kita tetap semangat untuk menjalankan aktivitas sehari-hari.

Jadi, idealnya kita makan sesuai kebutuhan, bukan makan karena keinginan sesaat, padahal tubuh kita tidak membutuhkan makanan tersebut. Baiknya coba pertimbangkan kembali apa yang akan kita makan, mengapa kita makan menu tersebut, bagaimana cara kita makan, dan berapa banyak yang akan kita makan.

Contohnya, saat kita merasa lapar kadang banyak orang bilang kita sering lapar mata, bila kita melihat hidangan yang enak-enak dan lezat akan menarik nafsu makan yang berlebihan. Alih-alih rasa cukup dan kenikmatan yang kita dapatkan, malah rasa kekenyangan yang membuat tubuh menjadi tidak nyaman.

Lain itu, gaya hidup tidak sehat seperti itu akan membawa risiko akan mengganggu kesehatan, jika dilakukan terus menerus secara tidak terkendali.

4. Mengolah Makanan Sendiri

Makan sederhana bersama keluarga dapat menjadi pilihan terbaik dalam menjalani mindful eating. Cara ini bisa dilakukan mulai pada saat dalam proses mendapatkan bahan makanan dan minuman yang akan diolah di rumah.

Secara kebetulan istri walaupun bekerja sebagai PNS memang hobi masak di rumah. Bukan sekadar bisa memasak tetapi pandai sekali memasak berbagai macam kuliner yang tak kalah dengan masakan olahan restoran. Nah, untuk yang satu ini istri kadang buka usaha bikin kue untuk dijual di sekolah anak saya.

Misalnya, pada saat kita akan menentukan daftar belanja kita mau memasak apa saja. Kita tentukan belanjanya apa saja sesuai kebutuhan saja. Selain menerapkan mindful eating secara otomatis kita juga telah menerapkan gaya hidup hemat frugal living.

Atau semisal pun kita makanan di luar, pada saat kita memesan makanan di tempat makan kita pastikan pilihan menu makanan adalah yang terbaik untuk nutrisi tubuh kita.

Mindful eating dapat mencegah kita terburu-buru saat makan dan memilih makanan yang tepat. Kebiasaan terburu-buru ini bukan sepenuhnya salah kita, kok. Tapi, tentu saja kita bisa memilih untuk menikmati makanan yang benar-benar paling kita butuhkan.

5. Fokus pada Apa yang Kita Makan

Alangkah baiknya kita menentukan waktu khusus untuk makan misalnya makan pagi, sarapan jam berapa, makan siang, dan makan malam sesuaikan dengan kebiasaan keluarga atau kebiasaan di tempat kerja, jam berapa dan tempatnya di mana, tapi sebaiknya hindari gadget atau TV.

Jadi kita harus konsentrasi akan apa yang akan kita makan sambil menikmati dengan perasaan apa yang kita makan.

Ketika kita fokus pada apa yang kita makan, kita bisa lebih merasakan bumbu masakan, rempah, serta kesegaran makanan dan minuman yang sedang kita kunyah.

Perhatian yang kita berikan dapat meningkatkan perasaan nikmat akan rasa makanan, aroma, penampilan, sudut pandang, hingga rasa kita akan makanan di hadapan mata.

Menurut pengalaman saya, mindful eating mampu menstimulasi kesadaran kita bahwa ada peran banyak orang dan peran lingkungan untuk satu isi piring. Kita jadi sadar bahwa ada peran para petani yang menyuburkan tanah agar padi yang ditanam bernutrisi, ada peran serangga yang membantu penyerbukan tanaman, ada sinar matahari dan curah hujan yang cukup agar membantu semua bahan makanan dapat tumbuh dengan subur.

Mindful eating memungkinkan kita untuk memberi atensi penuh pada makanan, pengalaman, dan isyarat tubuh kita saat makan dan atau minum.

Isyarat tubuh ini beragam, mulai dari respon lidah yang memberi respon terhadap rasa dan tekstur makanan hingga perut yang memberi kabar apakah makanan yang masuk sudah sesuai kebutuhan atau belum.

Nah, bagaimana Kompasianer berminat menerapkan mindful eating dalam kehidupan sehari-hari? Yuk, lakukan mindful eating dimulai dari yang kecil-kecil, mulai dari diri sendiri, dan jalani mulai dari sekarang!

Salam Literasi

Ade Setiawan, 04.02.2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun