Untuk kebutuhan pangan, setidaknya terpenuhi kebutuhan makanan dan minum yang sehat dan bergizi seimbang yang bisa kita makan bersama sehari-hari dengan keluarga. Kebetulan sang istri hobi masak di dapur sehingga meminimalisir pengeluaran untuk makan di luar rumah. Ya, dalam banyak hal, pada akhirnya kami lebih memilih memasak makanan sehat daripada membeli makanan di luar.
Lalu, pemenuhan kebutuhan sandang seperti pakaian seperti baju dan celana, sendal dan sepatu yang layak digunakan untuk menyesuaikan dengan keuangan dan kemanfaatan, terutama untuk keperluan kerja dan sekolah anak-anak. Selera kami juga sederhana dengan hanya membeli produk lokal berkualitas tanpa harus maniak merek top tertentu.
Kemudian, soal pemenuhan kebutuhan papan, setidaknya menyiapkan tempat tinggal permanen yang nyaman untuk beristirahat dan bercengkerama bersama keluarga.
Alhamdulillah segala kebutuhan primer sudah terpenuhi. Sekarang lanjut pemenuhan kebutuhan sekunder. Di sini, kami memilah selektif kebutuhan sekunder lantaran sifatnya yang tidak mendesak atau sebagai pelengkap saja. Di sinilah sang istri terlihat pelit minta ampun, walaupun tujuannya tidak sedangkal itu menurut saya.
Kebutuhan sekunder kan sifatnya mengikuti gaya hidup dan trend budaya yang berkembang di masyarakat. Namun, untuk menyeimbangkan dengan situasi, kondisi, dan toleransi dengan lingkungan sekitar, beberapa kami harus kami penuhi seperti menonton bersama, menikmati wisata keluarga, melengkapi rumah dengan akses internet, memiliki kendaraan (murah) yang nyaman, termasuk menyalurkan hobi masing-masing sesuai selera yang masih bisa dijangkau dengan keuangan keluarga.
Nah, bagaimana untuk pemenuhan kebutuhan tersier? Rasanya belum kepikiran kearah sana. Selain karena kami tidak terlatih bergaya hidup mewah, tentu karena pencapaian finansial kami tidak sampai kearah kemewahan, sebagaimana status kami yang hanya pegawai pemerintah biasa.
Lain itu, sementara ini generasi keluarga kami hanya terlatih hidup sederhana. Jangan-jangan jika kami diberikan kemewahan, justru malah kebablasan yang boleh jadi malahan tidak bisa bersyukur lantaran kelewat mewah. Yah, tahu dirilah!
Terlebih, keluarga kami tidak berminat investasi sebagaimana yang pernah diceritakan beberapa teman dan kerabat yang berinvestasi yang konon kabarnya akan menjadikan kita sebagai seorang financial independence, yakni suatu kondisi keuangan dimana kita mencapai investasi cukup banyak yang relatif aman dan hasilnya mencukupi kebutuhan hidup kita serta sebagian kecil gaya hidup yang tercukupi tanpa harus bekerja lagi secara fisik.
Baca : Obat Mujarab Bagi yang Dimabuk Cinta
Tips Hidup Hemat ala Bunda
Frugal living secara sederhana diartikan sebagai gaya hidup hemat atau irit (tapi bukan pelit ya!) terhadap pengeluaran agar dapat menabung lebih banyak.
Pengalaman saya bersama sang istri (kami memanggilnya Bunda) berhemat di sini secara konkret saya bagikan, barangkali saja ada yang cocok untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
1. Kebiasaan Menabung dan Hindari Hutang