Praktis dan enak. Itulah mengapa mie instan menjadi makanan favorit saya. Bahkan sejak kuliah hingga kini barang ini masih menjadi andalan di rumah jika sedang lapar.
Keseringan makan mie instan bukan berarti sang istri tidak pandai masak. Jangan ditanya kalau soal masak-memasak. Ia kokinya anak-anak. Dan tentu koki saya juga.
Keluarga adalah segala baginya. Buktinya meskipun mempunya tugas banyak bahkan super sibuk, tapi untuk urusan makan ia selalu sempatkan memasak buat keluarga. Setiap hari.
Sesekali kami sekeluarga memang makan diluar. Tak sering. Tapi tak jarang juga makan di luar. Biasanya secara spontan saja kalau makan di luar. Boleh dibilang keluarga kami adalah penikmat kuliner rumahan. Di rumah saja.
Memasak memang sebuah kegiatan rutin. Kadang ia melibatkan anak-anak memasak di dapur. Hanya saya yang tidak bisa memasak. Kecuali memasak mie instan. Hehehe
Repotnya kalau sang istri sedang sakit. Taka ada yang masak buat kami sekeluarga. Pilihannya tak banyak. Kalau tidak membeli makan padang. Ya kami masing-masing memasak makanan favorit mie instan. Seperti kebanyakan orang, kami sekeluarga adalah penikmat mie instan. Maka, tak heran mie instan selalu tersedia di laci lemari dapur.
Yang mau saya tulis sebetulnya bukan perkara mie instan sebagai makanan favorit saja. Lebih dari itu... ini tentang kuliner kesukaan saya yang lainnya!
Baca juga :Â Manfaat Aplikasi Whatsapp untuk Pendidikan Kesehatan
Kuliner Kesukaanku
Baru-baru ini saya mengantar sang istri ke sebuah rumah sakit di Kota Rangkasbitung. Ceritanya, sang istri sakit dan minta diantar ke rumah sakit untuk cek kesehatan.
Sejak pagi kami berangkat ke kota yang berjarak sekira 30 kilometer dengan waktu tempuh 30 menit. Sesampai disana kami mengantri. Antrian yang banyak sekali. Ruang tunggu rumah sakit pun penuh dengan pasien.
Tiga jam kami menunggu, belum ada tanda-tanda petugas memanggil pasien. Padahal jumlah antrian pasien semakin banyak. Belum ada satupun pasien yang dipanggil untuk diperiksa. Selidik punya selidik, ternyata petugas medik belum ada. Atau belum datang ke ruang periksa kata salah seorang petugas jaga disana. Belakangan informasinya sang dokter sedang melakukan tindakan operasi di ruangan lain. Saat itu waktu sudah menunjukan pukul 11:30.
Lantaran perkiraan masih lama. Kami berdua memutuskan untuk istirahat di luar rumah sakit. Seperti biasa saya mencoba mencari makan mie instan. Tapi kali ini sang istri menolak cari mie instan. Selain lantaran ia sedang kurang sehat, saya merasa -- menduga - ia punya ide lain.
Dugaan saya benar. Sang istri mengajak makan siang di salah satu rumah makan dekat-dekat rumah sakit tersebut. Walau tidak terlalu luas, tempat makannya bersih. Cukup terkenal dengan hidangan specialnya sate. Dan sop daging juga. Siapa orang Kota Rangkasbitung yang tak tahu Rumah Makan Ramayana?
Baca juga :Â Jalan Berliku Mengikuti Google Maps yang Bikin Was-was dan Dag Dig Dug
Rumah makan legend di Rangkasbitung ini selalu ramai pengunjung. Kabarnya, menu nasi rames nya wajib di coba disini. Menu lainnya juga enak. Seperti soto ayam, soto kikil, sop kambing, sop buntut, sate ayam, sate kambing, ayam goreng kampung, dan nasi box.
Minuman spesial tersedia es cendol, es jeruk, es teh botol, es teh manis, dan air mineral.
Letak tempat makan juga sangat strategis, berlokasi di Jl. Multatuli No.71, Muara Ciujung Barat, Â Kecamatan Rangkasbitung Kabupaten Lebak Provinsi Banten.
Disitulah kami berdua makan siang. Sang istri pesan sepiring nasi. Semangkok Sop Kambing. Seporsi Sate Kambing. Segelas the tawar hangat.
Seperti biasa, ketika makan kami lebih memilih sepiring berdua. Pilihan ini bukan tanpa dasar. Pasalnya, jika makan berdua - dua porsi - kerap tidak habis. Alias kekenyangan. Biasanya bersisa.
Pilihan seporsi berdua lebih aman. Walaupun tidak sekenyang perut, namun cukup. Dan yang lebih utama, piring akan bersih dari sisa makanan. Itulah mengapa kami mengutamakan sepiring berdua ketika makan, baik di rumah maupun di luar rumah.
Yang pasti, semua makan bagi saya enak. Dan yang penting adalah semua makanan saya selalu bilang. "ini makanan kesukaan saya" makan dimanapun. Baik di rumah maupun makan di luar.
Usai makan siang, kami kembali ke rumah sakit yang berjarak sekira 1-2 menit dari tempat makan. Disana sang istri masih harus menunggu giliran untuk dipanggil petugas poli.
Bedanya. Setelah makan siang sang istri menjadi lebih membaik dari sebelumnya. Dan nampaknya lebih siap menghadapi cek Kesehatan oleh dokter nantinya. (aSt)
Salam Sehat.
Salam Literasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H