Kembali ke kisah Nabu Yusuf, setidaknya, ada empat 'Langkah Mitigasi' yang bisa kita contoh (studi tiru) dalam mengatasi ancaman krisis pangan, yakni  Langkah Teknis, Langkah Sosiologis, Langkah Teologis, dan Manajemen Dampak.
Setidaknya, ada empat 'Langkah Mitigasi' yang bisa kita contoh (studi tiru) dalam mengatasi ancaman krisis pangan, yakni  Langkah Teknis, Langkah Sosiologis, Langkah Teologis, dan Manajemen Dampak.
Pertama, 'Langkah Teknis', Nabi Yusuf memberikan pelajaran tentang 5 hal yakni tentang pentingnya ilmu pengetahuan, tentang perbenihan, tentang intensifikasi pertanian, tentang manajemen stok pangan, dan tentang manajemen sumberdaya.
Ilmu pengetahuan merupakan faktor kunci untuk mengatasi segala persoalan kehidupan. Pengetahuan 'verbal' berupa Wahyu Tuhan yang diberikan kepada Nabi Yusuf, tentu menjadi informasi akurat yang sangat bisa dipercaya.
Dengan pengetahuan yang dimilikinya, Nabi Yusuf saat itu mengambil tindakan strategis yang dalam istilah perubahan iklim yakni tindakan antisipasi, mitigasi dan adaptasi.
Hal berikutnya, adalah pembenahan aspek perbenihan mulai dari perakitan varietas yang toleran cekaman abiotik (tahan rendaman maupun toleran kekeringan), cekaman biotik (tahan hama penyakit), berproduktivitas tinggi, maupun melalui teknologi benih yang dapat meningkatkan daya simpan sehingga varietas tersebut dapat tersedia di lapangan dalam jangka waktu tertentu.
Hal lainnya adalah intensifikasi melalui peningkatan indeks pertanaman. Teknologi seperti IP Padi 400 sudah selayaknya tetap diusahakan sebagai langkah antisipatif mendukung perluasan areal untuk mengamankan stok pangan.
Hal keempat adalah manajemen sumberdaya, terutama air. Adanya fenomena La Nina yang mendahului El Nino memberikan kesempatan kepada kita untuk mengelola kelimpahan air, sehingga bisa dimanfaatkan saat terjadi kekeringan.
Hal kelima adalah manajemen stok pangan. Disinilah peran vital pemerintah (intitusi/lembaga negara) untuk menjaga ritme keluar masuk bahan pangan sehingga tersedia sepanjang tahun.
Dalam kondisi krisis, maka mekanisme pasar hanya akan menguntungkan segelintir orang tertentu (kelompok), sehingga perlu diambil alih negara.
Kedua, 'Langkah Sosiologis' yang terkait dengan hubungan antar manusia seperti sistem tolong menolong dan pelibatan partisipasi petani. Sistem sosiologis sebenarnya sudah diwariskan sejak lama oleh nenek moyang kita, yang sekarang kerap kali disebut 'jargon' gotong royong.