"Mesir akan mengalami tujuh tahun yang subur, maka pada tahun-tahun itu hendaklah kamu menanami tanahmu dengan gandum dan sya'ir. Kemudian hasil panennya kamu simpan dalam batang-batang gandumnya (tidak digiling) dan jangan boros dalam pemakaiannya kecuali sekedar yang dibutuhkan saja. Karena setelah itu akan datang tujuh tahun yang kering dimana kamu akan memakan persediaan gandum yang kamu simpan, dan janganlah pula dihabiskan untuk digunakan sebagai bibit bagi tanaman berikutnya," kata Nabi Yusuf.
Penggalan kutipan tersebut diatas merupakan Takwil dari mimpi Sang Raja. Nabi Yusuf bahkan menawarkan solusi untuk mengatasi masalah kekeringan yang akan terjadi. Setelah itu, akhirnya Nabi Yusuf dipercaya menjadi Bendahara merangkap Perdana Menteri Mesir. Kisah ini beserta penafsirannya tercatat dalam Kitab Suci Al-Qur'an dalam Surat Yusuf (QS:12) ayat 43 -- 49.
Menurut buku Air Dalam Perspektif Alquran dan Sains yang disusun Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an Badan Penelitian dan Pengembangan (Litbang) dan Pendidikan Pelatihan (Diklat) Kementerian Agama RI dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), 2011. Kekeringan yang terjadi pada era Nabi Yusuf bukanlah kejadian yang lazim terjadi, karena berlangsung selama tujuh tahun berturut-turut.
Fenomena Kekeringan tersebut bahkan tidak saja melanda Mesir, tetapi sampai juga di Palestina. Negeri di mana ayah Nabi Yusuf, yakni Nabi Yakub Alaihissalam menetap sebelum akhirnya bermigrasi ke Mesir.
Sumber air Mesir berasal dari Sungai Nil yang mata airnya sangat jauh di selatan. Maka, berkurangnya air Sungai Nil tentu saja mengakibatkan kekeringan yang meliputi wilayah yang sangat luas, paling tidak hingga tempat mata air Sungai Nil berasal.
Jika dibandingkan dengan era sekarang, siklus kekeringan yang terjadi dipengaruhi oleh mekanisme iklim global, yakni El Nino. Peristiwa ini memang terjadi dalam periode perulangan rata-rata selama tujuh tahun.
Pada periode perulangan itu, lazimnya hanya terjadi satu kali tahun kering yang berat. Umumnya disusul oleh satu tahun basah (La Nina), bukan tujuh tahun kering secara terus-menerus.
Dengan demikian, ibaratnya efek El Nino bukanlah 'fenomena' baru saat ini, lantaran pernah terjadi di zaman dulu, hanya siklusnya saja yang berbeda.
Sejarah mencatat, bencana kekeringan pernah dirasakan Bangsa Mesir (Kuno) selama tujuh tahun berturut-turut akibat kondisi cuaca ekstrim (saat itu) yang diakibatkan oleh apa yang disebut (saat ini) fenomena El Nino.
Berdasarkan kisah tersebut diatas, maka kita mendapat informasi, bahwa kekeringan sebagai akibat Efek Domino Fenomena El Nino merupakan salah satu ancaman paling serius terjadinya krisis pangan.
Mari kita ambil ibrah (pelajaran) dari kisah ini dan mengambil hikmah dari peristiwa tersebut. Salah satu hikmah dari kisah itu adalah suatu ancaman krisis (pangan) tidak selalu membawa bencana, tetapi bisa menjadi tantangan dan meningkatkan semangat solidaritas bersama untuk menghadapi bencana dengan tindakan terukur yakni antisipatif, mitigasi dan adaptif