“Efek jangka panjang El Nino (berpotensi) mendatangkan ‘malapetaka’ pada pola cuaca, ekosistem, dan ekonomi disemua aspek kehidupan, termasuk dapat berdampak besar terhadap kualitas derajat kesehatan, lantaran kondisi kesehatan masyarakat sebagian besar sangat dipengaruhi kondisi lingkungan.”
Sejak pertengahan tahun 2023, dunia maya dipenuhi pemberitaan tentang El Nino yang semakin hari semakin ‘panas’ lantaran telah menarik banyak perhatian masyarakat. Pun, di dunia nyata panas itu juga semakin terasa kian hari semakin menyengat akhir-akhir ini.
Fenomena iklim yang panas tersebut, karena saat ini sedang berlangsung puncak musim kemarau, sekaligus sudah memasuki fase El Nino yang memicu terjadinya kondisi kekeringan di pelbagai tempat.
Berdasarkan kajian ilmiah, efek El Nino di Indonesia umumnya terasa kuat pada musim kemarau yaitu pada bulan-bulan Juli - Agustus - September - Oktober.
Baca juga : El Nino dan Dampak Terhadap Petani Pandeglang
Untuk itu, kita perlu meningkatkan kewaspadaan pada bulan-bulan ini. Terlebih lagi, ada banyak wilayah di Indonesia yang akan memasuki puncak musim kemarau pada bulan-bulan tersebut.
“Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi fenomena El-Nino di Indonesia masih akan bertahan hingga Desember 2023.”
Efek jangka panjang El Nino (berpotensi) mendatangkan ‘malapetaka’ pada pola cuaca, ekosistem, dan ekonomi disemua aspek kehidupan, termasuk dapat berdampak besar terhadap kualitas derajat kesehatan, lantaran kondisi kesehatan masyarakat sebagian besar sangat dipengaruhi kondisi kesehatan lingkungan.
Isu Lingkungan dan Perubahan Iklim
Isu lingkungan yang berdampak serius bagi kesehatan masyarakat adalah perubahan iklim, yang menjadikan fenomena El Nino saat ini sedang terjadi, menjadi semakin sering terjadi. Perubahan iklim ini mengganggu alam dalam beberapa cara yang dapat menghambat kualitas derajat kesehatan masyarakat dan meningkatkan kerentanan terhadap penyakit.