Mohon tunggu...
Ades Adrian
Ades Adrian Mohon Tunggu... profesional -

seorang pemerhati dunia kreatif indonesia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Produk Terlaris Abad Ini

24 Januari 2012   13:51 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:30 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada fenomena apa sih akhir-akhir ini kenapa orang pada berupaya mencari materi sekuat tenaga dan menghalalkan segala cara, bukankah Tuhan telah menetapkan semuanya diatas porsinya..kenapa ada yang miskin dan ada yang kaya, dan semua itu sudah berjalan dengan sistem, walaupun hal itu dapat kita ubah dengan usaha.  Tapi usaha  yang bagaimana?

Namun sebelumnya kita lihat latar belakang menjamurnya kelompok-kelompok yang memperjual belikan agama baik dalam bentuk yayasan, korporasi atau pun personal. Walaupun alasan yang sering dipake adalah Syiar, tapi apakah syiar harus menerima feedback untuk mereka secara langsung seperti  materi dan penghormatan? Bukankan tujuannya hanya Ridho Allah semata. Lalu mengapa semua itu terjadi. Apakah kalian tidak memiliki keahlian lain dibidang agama? Bukan kah baginda besar Rasullah SAW juga seorang peternak,  pengembala, pedagang serta Jendral yang handal dan tentunya beliau juga sebagai Da’i besar yang pernah lahir di muka bumi ini. Oleh karena itu mari kita ikuti beliau secara keseluruhan dan bukan setengah-setengah dimana mengambil hal yang mudah saja dan yang sulit dibiarkan...

Oke sebelum menuju ke titik permasalahan. Ada baiknya saya merefleksikan pengalaman diri saya pribadi akan hal ini. selama lebih 7 tahun saya mencoba mencari nafkah yang di ridhoi agama dan memberanikan diri keluar dari keadaan yang aman dan nyaman dari tempat kerja sebelumnya. Selama 7 tahun lebih saya mencoba bergabung ke beberapa kelompok yang katanya memperjuangkan agama, namun beberapa tahun belakangan ini, hati saya berontak untuk mencoba mengatakan sesuatu, walaupun beberapa nasihat bijak telah datang dari orang tua dan rekan-rekan namun hati ini masih berteriak untuk mencoba mengatakan sesuatu.

Pertama saya sangat bingung kenapa perkembangan dakwah di indonesia yang kian kemari menjadi sangat Blur, seorang pendakwah memiliki pagu harga yang bisa mengalahkan seorang artis sekali pun, mengapa iu terjadi, apakah karena kita harus menghargai da’i tersebut? Sebagaimana kita menghargai agama? Lalau dimana letak ke ikhlasan da’i tersebut kalo ternyata yang dicari adalah nilai dari materi. Atau mereka semua ingin memberikan contoh bahwa memiliki profesi  da’i juga menjanjikan loh. Oleh sebab itu marilah belajar agama dengan baik dan benar. Ingat menjadi seorang Da’i adalah pilihan, dimana Anda harus ikhlas

Kedua, banyak seminar dan workshop tentang Fenomena penciptaaan tuhan, belajar al-qur’an secara instan, cara sholat yang khusyu dan lain sebagainya yang ternyata  untuk mengikuti itu semua harus membayar harga yang cukup fantastis muahal...lalu alasan yang sering digunakan adalah “ Ilmu itu mahal dan untuk mendapatkan itu semua kita memakan biaya dalam pengkajiannya, so no problemo dunk kalo kita memberikan harga tinggi, toh mereka (pesertanya) saja sering ikut seminar lain dengan harga yang mahal juga” lalu bagaimana dengan umat yang kurang beruntung dan tidak memiliki harta yang lebih namun ingin sekali ikut workshop tersebut. Mengapa kalian tidak mencari sponsorship atau kemitraan dengan cara profesional, atau semua itu kurang cukup..? banyak kok pengusaha muslim yang sangat kaya dan mau menafkahkan rezeki mereka untuk itu semua. Dan bukan menciptakan pengusaha workshop dengan jalan menjual agama, Bukankan lebih mulia jika kalian membagikan ilmu yang kalian miliki tanpa Cuma-Cuma , sebagaimana dijelaskan amal, anak soleh/a serta ilmu yang bermanfaat adalah pahala yang tak putus walau ajal menjemput. Liat bagaimana Rasulullah mencuri perhatian siti khodijah yang akhirnya mempercayakan beliau menjadi salah satu orang kepercayaan dalam bisnisnya. Coba Anda bayangkan jika workshop yang anda berikan dan ada salah satu peserta adalah pengusaha dan Anda mencuri perhatian pengusaha tadi ada kemungkinan anda di tarik untuk bergabung ke dalam perusahaannya dan disana Anda bisa menunjukan bisnis yang baik dan mulia dengan cara Tauladan dan bukan syiar semata, pasti akan lebih terasa efeknya bukan.

Ketiga, menjamurnya lembaga LAZ, CSR dan kemanusiaan yang ada ada sudah sangat crowd dan malah membingungkan umat. Dan terkadang satu sama lain mereka bersaing dengan keras guna mendapatkan muzaki (pemberi zakat/ sumbangan) layaknya berebut Customer sebuah produk. Satu sama lain saling berlomba-lomba mengambil jatah media placement diberbagai media entah darimana duit itu mereka dapatkan dan alokasikan, syukur-syukur ada barter dengan media tersebut, atau ada pihak sponsorship yang mendanakan dengan simbiosis ikut mejeng Brand awarness perusahaan yang bersangkutan atau juga ada alokasi dana operational dari semua dana muzaki yang terkumpul dan semoga tidak lebih besar dari  1/8 jatah amilin.dan tragisnya isi dari advertise tersebut semunya jual kecap no.1 dan lainnya no 2...hua..ha.. cakep dagh...bukankan semuanya bisa duduk bareng dan saling mengisi satu sama lain, toh masalah sosial banyak sektornya kok, jadi nga usah takut miskin yah. Kan katanya Jodoh, Rezeki dan Kematian Allah yang mengaturnya ayo ingat essensi kalian bikin yayasan. Bukan untuk mencari kekayaan tapi menolong sesama. Dan untuk lembaga CSR yang ada di dalam ataupun diluar perusahaan ingat apa yang kalian lakukan bukan untuk meningkatkan Brand Awarness kalian yah...karena masalah Brand sudah ditangani oleh dept. Corporate secretary, Humas dan Komunikasi. Sejahterakan saja dulu masyarakat disekitar perusahaan kalian, toh ada OB, ada Security ada masyarakat miskin yang masih membutuhkan uluran tangan kalian. Dan jika kalian tak sempat dan menggunakan jasa lembaga/EO CSR lakukan prosedural Profesional layaknya proses kinerja kalian dalan Core bisnis yang Anda Jalankan. Kalo bisa minta lembaga, yayasan, EO dan apapun namanya buat laporan lengkap dari dana yang Anda berikan. Dan setiap akhir tahun berikan sedikit dana yang kalian punya kepada lembaga yang kalian percaya untuk membuat Annual Report dengan auditor sekelas PWC dan Ernest and Young. Mantab kan...kalo bersih kenapa harus risih.

Keempat, Alhamdulillah sesuatu banget yah korporasi Syariah telah banyak lahir.mulai dari Bank, Asuransi, Investasi, Advertising dan lain sebagainya, semoga saja hal tersebut benar adanya dan bukan hanya untuk menggaet pasar Indonesia yang notabennya penduduk Islam terbesar di dunia.

Ingat saudara2 ku tercinta, semua yang diatas itu sesungguhnya pekerjaan yang sangat mulia, namun janganlah kalian memanfaatkan itu semua demi kepentingan kelompok dengan embel-embel agama dan menjual ayat Allah. Kita semua sudah pinter kok mana yang baik dan benar dan mana yang buruk. Masih banyak kok jalan lainnya untuk mendapatkan materi dengan halal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun