Mohon tunggu...
Ade Adran Syahlan
Ade Adran Syahlan Mohon Tunggu... jurnalis di Batam Pos Grup -

jurnalis + penikmat sepak bola

Selanjutnya

Tutup

Bola

Edy Rahmayadi dan Sepak Bola Daerah

13 November 2016   10:17 Diperbarui: 13 November 2016   10:44 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Edy Rahmayadi (kanan) dan Ketua Asprov PSSI Kepri, Marzuki. (sumber foto: dok Marzuki)

''Siapa tu, pak. Perhatiannya pada sepak bola bagus?''

,Saya sering dapat pesan seperti di atas, jika sudah ada tersebar informasi terpilihnya seseorang memimpin organisasi sepak bola. Baik lokal, maupun nasional. Termasuk pada Jumat 11 Novemver 2016. Setelah terpilihnya Edy Rahmayadi sebagai Ketua Umum PSSI 2016-2020.

Jawaban saya begini, ''Pangkostrad. Mantan Dandim Batam. Kalau  tingkat nasional itu bedalah pak. Harus yang benar-benar. Edy itu bos klub PS TNI''

Saya tahu mengapa pertanyaan teman saya yang sejatinya bukan orang bola bertanya demikian. Karena jika tingkat daerah, tiba-tiba muncul kandidat yang bukan orang bola. Atau dia memang orang bola juga, ketika terpilih, ''mati kutu'' oleh anggaran APBD yang tak bisa cair. Dan itu berlaku bukan hanya di sepak bola, tapi semua organisasi cabang olah raga (cabor).

Bahkan ada tokoh di daerah, memanfaatkan jadi ketua organisasi olah raga untuk ''batu loncatan''. Tahu sama tahulah, untuk pilkada (pemilihan kepala daerah) atau minimal pileg (pemilihan legislatif). Setelah jabatan diincar tercapai, organisasi tak diurus. Atau setelah terpilih, dia langsung mundur dari semua jabatan organisasi.

Lalu bagaimana dengan Edy Rahmayadi? Hemm..., saya yakin diurusnya serius. Apalagi tekadnya besar dan didukung pemerintah yang berkuasa saat ini. Lagian,  kalau bicara bola tingkat nasional, baik didukung atau tidak oleh pemerintah tetap menggiurkan bagi sponsor. Tengoklah apa yang digelar ''liga kopi'' sekarang. Sangat semarak.

Jadi, siapapun yang jadi ketua tingkat nasional, belum tentu berimbas ke daerah program-programnya dengan mantap. Alasan klasik dana akan selalu ditonjolkan. Apalagi jika sang ketua tak kreatif, dan pengurus lainnya tak mendesak ketua. Berdiam diri saja. ####

(Penulis Ade Adran Syahlan bermukim di Batam. Dapat dihubungi melalui akun twitternya @adesyahlan. Tulisan ini telah terbit di koran Batam Pos edisi Minggu 13 November 2016)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun