Mohon tunggu...
AdeRiaCahaya
AdeRiaCahaya Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Mahasiswa

Man Jadda Wa Jadda

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Korelasi Tayangan Televisi terhadap Sikap Anak

24 November 2017   08:20 Diperbarui: 24 November 2017   08:51 1128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://i1.wp.com/www.hariankompas.net/wp-content/uploads/2017/06/Pemicu-Anak-Dapat-Terkena-Obesitas-Salah-Satunya-Dengan-Menaruh-TV-Di-Kamar-Tidur.jpg?resize=620%2C320

Perkembangan bangsa dunia televisi di Indonesia dalam 10 tahun terakhir meningkat. Penonton telah menikmati kreativitas anak bangsa dengan riuh dan meriah, sehingga karya-karya kreatif dalam televisi selalu ditunggu

Karena banyaknya waktu digunakan masyarakat di depan televisi, maka televisi mempunyai peran strategis bagi masyarakat, khusunya dalam meningkatkan dan mengembangkan pendidikan anak bangsa. Peran strategis ini merupakan tanggung jawab yang besar, sehingga menuntut gerak langkah dunia pertelevisian di Indonesia untuk membuat gerakan besar dalam upaya membangun langkah percedasan anak bangsa.

Tetapi demikian, tidak sedikit beberapa tayangan televisi di Indonesia yang tidak memberikan nalar edukatif bagi perkembangan dunia anak. Banyak film yang jutru kontraproduktif dengan ide pencerdasan anak Indonesia. Bahkan orang tua sekarang ini mendapatkan tantangan berat bagi anaknya yang lebih banyak menonton film di televisi dari pada belajar di meja belajar. Bahkan orang tua akhirnya juga terjebak menonton film di depan layar televisi. Inilah implikasi destruktif yang bisa merusak masa depan anak Indonesia.

Selain itu, ada beberapa hal krusial yang bisa membuat anak semakin tidak concern dengan dunia pendidikannya. Pertama, film menciptakan karakter dan kepribadian yang kurang sesuai dengan perkembangan kepribadian anak. Tidak sedikit tayangan film di Indonesia yang justru mengajarkan karakter buruk bagi anak.

Film-film yang ditayangkan dalam kemasan berbagai sinetron selama ini banyak yang belum memberikan nalar edukatifnya, seperti kesombongan, keangkuhan, dan kecongkakan, sehingga menimbulkan proses imitasi bagi seorang anak. Banyak anak sekarang yang gampang berani dan menantang orang tua. Ini jelas sangat berbahaya.

Kedua, lahirnya berbagai kekerasan yang melanda dunia anak. Ada beberapa film yang membuat anak bukannya mencintai kedamaian dan persaudaraan, tetapi yang muncul dari perilaku mereka justru merupakan tindakan destruktif berupa kekerasan dan aksi anarkis yang tragis. Banyak kasus anak sekolahan SD membentuk geng-geng yang suka berkelahi dan menantang geng lainnya. Proses gerak anarkis ini bila terus berlanjut, mereka akan semakin sombong dan seenaknya membuat beragam kekerasan yang menyenangkan keangkuhan mereka.

Ketiga, proses imitasi terhadap selebritis dalam film juga mengakibatkan anak terjebak dalam pergaulan bebas. Tidak sedikit anak SD yang berani berpacaran. Bahkan mereka akan melawan orang tuannya bila tidak mendapatkan izin untuk berpacaran. Kekhawatirkan orang tua dengan pergaulan bebas sekarang ini banyak terbukti, karena anak-anak banyak terlibat dalam berbagai gerombolan pergi ke mall, bahkan dalam beberapa kasus mutakhir tidak sedikit anak yang terjebak atau dijebak dalam free sex. Fakta tragis inilah sekarang sangat memprihatinkan bagi dunia anak di Indonesia.

Keempat, terjebak gaya hidup yang berlebihan. Proses imitasi dalam dunia hiburan dan teknologi mutakhir membuat anak sudah bergaya hidup berlebihan. Lihat saja sekarang banyak anak yang mengikuti gaya hidup sangat mewah dengan pakaian mahal, gadget yang bagus berkamera, makanan serba enak, serta aksesoris kehidupan yang penuh warna-warni.

Tidak sedikit anak yang lahir dari orang tua kurang berada, tetapi karena mengikuti gaya hidup, akhirnya memaksa orang tuannya untuk memenuhi berbagai aksesoris mewah. Akhirnya orang tua harus banting tulang memenuhi hasrat glamor anaknya.

Melihat fakta yang demikian, patut kiranya prihatin dengan kondisi perkembangan anak di Indonesia. Memang bukan saja televisi yang memberikan efek atas perkembangan anak, tetapi film juga memberikan banyak implikasi destruktif atas perkembangan pendidikan anak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun