Di antara bisu yang tak terucap, Â
aku berdiri, menunggu bayangmu datang. Â
Ada berjuta harapan yang kupendam Â
di dalam senyap malam, Â
namun tak ada jawaban dari arahmu.
Cintaku hanyalah riak kecil di lautanmu, Â
tak lebih dari deburan angin yang lewat. Â
Aku mencintaimu dalam setiap detak jantung, Â
tetapi kau tak pernah tahu Â
betapa sunyi aku menunggu cintamu yang tak pernah datang.
Mungkin aku hanya sekuntum bunga Â
yang tumbuh di tempat yang salah, Â
menunggu hujan yang tak kunjung turun, Â
menantikan sinar mentari yang tak pernah muncul. Â
Namun, aku tetap mekar, meski tanpamu.
Aku melihatmu di antara tawa dan canda, Â
berjalan bersama yang lain, Â
dan dalam setiap langkahmu, Â
aku hanya bisa diam, Â
menyaksikan kebahagiaan yang bukan milikku.
Apakah cinta selalu seperti ini? Â
Sebuah luka yang tak pernah sembuh, Â
sebuah harapan yang tak pernah terbalas, Â
sebuah doa yang terjatuh dalam kesunyian.
Namun, meski hatiku tak lagi bisa berharap, Â
aku akan terus mencintaimu, Â
dalam cara yang tak terlihat, Â
dalam cara yang tak mengharap balasan, Â
karena cinta sejati adalah memberi tanpa ingin menerima.Â
Dan walau tak pernah ada ruang di hatimu untukku, Â
aku tetap akan menyimpanmu di tempat paling dalam, Â
di sana, di ruang yang tak akan pernah pudar, Â
meski saat cinta tak pernah terbalas.
_AR_
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H