Mohon tunggu...
Ade Ratno
Ade Ratno Mohon Tunggu... Administrasi - Percaya bahwa kemajuan lebih penting daripada kesempurnaan. Selalu belajar, selalu berkembang. Mengubah tantangan menjadi peluang, satu langkah pada satu waktu

Kemandirian bukan berarti berjalan sendirian, tetapi kemampuan untuk menghadapai dunia dengan kekuatan dan keyakinan diri, meski tanpa bergantung pada orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Antara siang dan malam "Ketika diperbudak oleh Waktu"

2 Januari 2025   04:14 Diperbarui: 2 Januari 2025   01:37 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://pixabay.com/id/users/xaviandrew-2832205/?utm_source=link-attribution&utm_medium=referral&utm_campaign=image&utm_content=1485384

Pagi itu, jam alarm berbunyi dengan keras. Aku membuka mata, sedikit terkejut, kemudian meraba ponsel di meja samping tempat tidur. Setiap pagi selalu dimulai dengan perasaan yang sama: lelah. Bukan lelah fisik, meski tubuhku memang penat. Tapi lebih dari itu---sebuah lelah yang datang dari rutinitas yang terasa seperti lingkaran tanpa ujung. 

Aku bangkit dari tempat tidur, melangkah ke kamar mandi, dan melihat wajahku di cermin. Mata yang sedikit bengkak, rambut yang kusut, dan senyum yang hampir tidak terlihat. "Hari ini lagi," pikirku, saat memandang ke luar jendela yang masih gelap, tanda bahwa dunia ini sudah siap melanjutkan kehidupan, sementara aku masih terjebak dalam kelelahan yang sama, hari demi hari.

Setelah menyelesaikan segala persiapan pagi, aku keluar rumah. Seperti biasa, perjalanan menuju kantor adalah perjalanan yang terasa kosong. Bus yang penuh sesak, suara mesin mobil yang tidak berhenti berdecit, dan wajah-wajah asing yang tampak sibuk dengan dunia masing-masing. Aku hanya menjadi bagian dari pemandangan itu---seorang individu yang terjebak dalam rutinitas yang sama setiap hari.

https://www.istockphoto.com/id/foto/pengusaha-lembur-bekerja-pengusaha-muda-tidur-siang-dengan-banyak-dokumen-dan-kepala-gm2154700797-575555875
https://www.istockphoto.com/id/foto/pengusaha-lembur-bekerja-pengusaha-muda-tidur-siang-dengan-banyak-dokumen-dan-kepala-gm2154700797-575555875

Sesampainya di kantor, aku langsung menghadap tumpukan email yang harus segera ditanggapi, laporan yang harus segera diselesaikan, dan rapat yang selalu ada. Semua bergerak cepat. Terlalu cepat. Begitu cepat hingga aku hampir tidak bisa mengikuti, tapi terpaksa harus bertahan. Setiap detik rasanya seperti berlalu tanpa arti. Aku bekerja keras, mengejar deadline, dan berusaha tampil baik. Tapi ada satu hal yang semakin jelas: aku mulai kehilangan diri sendiri.

Pukul 12 siang, saat makan siang tiba, aku duduk di meja seperti biasa, menyantap makanan yang kubawa dari rumah. Tanpa percakapan berarti dengan rekan kerja, hanya ada hening yang mengisi ruang makan. Aku tak tahu apa yang lebih menguras energiku---pekerjaan itu sendiri atau kesendirian yang datang bersamaan dengan rutinitas yang monoton.

Sesekali, aku merenung. "Apa yang aku cari sebenarnya?" pikirku. "Mengapa hidupku terasa seperti sebuah roda yang berputar tanpa henti? Lelah, tapi tak pernah berhenti."

Pukul lima sore datang dengan cepat. Aku mulai merapikan meja, tetapi tubuhku masih terasa berat. Aku menatap layar komputer untuk terakhir kalinya, melihat jam yang berdetak, dan akhirnya memutuskan untuk pulang. Lagi-lagi perjalanan pulang terasa sama---bising, penuh, dan sepi di dalam kepala. Aku merasa seperti boneka yang digerakkan oleh waktu dan kewajiban, bukan oleh keinginan atau impian. 

Sesampainya di rumah, aku duduk di sofa, menyalakan televisi yang tidak benar-benar kutonton. Pikiran-pikiranku mulai terbuai, bertanya-tanya apa yang sebenarnya aku inginkan dari hidup ini. Pekerjaan ini, karier ini---apakah itu yang benar-benar membuatku bahagia? Ataukah aku hanya terjebak dalam perangkap yang aku buat sendiri?

Gambar oleh ArturGrecki dari Pixabay
Gambar oleh ArturGrecki dari Pixabay

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun