Pernah mendengar meme-meme lucu, satire maupun materi-materi stand up comedy tentang sinetron? Dipastikan pernah kan?
Pernah juga mendengar tentang acara-acara infotainment yang menjurus ke gosip bukan fakta?
Atau pernah lihat pemberitaan yang tidak berimbang?
Pertanyaan-pertanyaan di atas nampaknya jadi alasan indika grup mendirikan net dan boomingnya program opera van java alasan mengangkat Wishnutama menjadi CEO.Â
Net tahu bahwa kaum milenial belum punya wadah tersendiri di media, net tahu bahwa kaum perempuan butuh bukan hanya sekedar gosip tetapi fakta, net tahu bahwa milenial tak cukup hanya info seputar selebriti dalam negeri  dan net tahu bahwa masyarakat butuh pemberitaan yang berimbang.
Rasanya tidak berlebihan jika awal net mengudara disambut dengan euforia. Janji hidangan yang inovatif tergambar jelas dari konsep awal net grand launching.Â
Reza Rahadian sebagai salah satu pengisi acara sekaligus salah satu host membawa pesan suguhan tayangan repetitif yang dilakukan stasiun televisi lain tidak akan dilakukan oleh net.
Benar saja, net meralisasikan janji-janjinya. Tayangan yang disajikan sungguh tidak biasa. Jargon netizen, good people dan televisi masa kini tertancap kuat di dalam sanubari masyarakat Indonesia. Pertanyaan selanjutnya adalah seberapa besar pangsa pasar net? Mari kita lihat bersama-sama data dari situs databoks.katadata.co.id.
Berdasarkan data di atas net hanya mendapat 2,8% pangsa pasar Indonesia. Jika diasumsikan pangsa pasar berbanding lurus dengan budget iklan televisi maka berdasarkan data tahun lalu budget iklan yang menembus angka 110 triliun rupiah, net hanya kebagian 3,08 triliun. Bandingkan dengan data berikut :
- RCTI plus MNC grupnya (GTV, MNC, RTV dan INews) menembus angka 33,3%, artinya mereka mendapat 36,63 triliun,
- SCTV dan Indosiar menembus angka 28,9% artinya mendapat 31,79 triliun,
- ANTV dan TVOne menembus angka 18,3% artinya mendapat 20,13 triliun,
- Trans media yang meliputi trans 7 dan trans tv (tidak termasuk CNN) menembus angka 11,6 artinya mendapat 12,76 triliun dan
- Sisanya 5,1% dibagi ke beberapa stasiun televisi.
Keyakinan saya sebenarnya sebelum data di atas (Januari-Mei 2018) net mempunyai jumlah penonton yang tinggi. Karena di lapangan (khususnya milenial) terasa sekali net effect.Â
Tetapi dalam kurun waktu 2013 sampai data ini keluar, net tidak mampu melakukan inovasi sehingga milenial yang mudah jenuh tersebut perlahan meninggalkan sekaligus bermigrasi.
Pangsa pasar net yang hanya 2,8% bisa jadi sekarang telah bermigrasi ke youtube, instagram dan netflix.
Ada hal yang sangat menarik dari data di atas, stasiun-stasiun yang dalam tanda kutip sajiannya tidak lebih berfaedah dari stasiun televisi lain justru pangsa pasarnya cukup tinggi.
Tidak ada yang salah sebenarnya jika net menyasar pasar milenial. Cuma net harus sadar milenial itu bertipe mudah bosan dan tidak suka sesuatu yang repetitif.Â
Hari ini net bisa digandrungi oleh milenial dan besok lusa net bisa ditinggalkan. Sedangkan pasar (termasuk iklan) yang menjadi salah satu sumber pendapatan stasiun televisi menginginkan konsumen yang loyal.Â
Lihat saja program Ini TalkShow yang dibawakan Sule dan Andre ketika awal tayang, sungguh menjadi primadona masyarakat melepas lelah setelah beraktivitas siang hari tetapi sekarang masyarakat sudah mulai jenuh dengan jokes-jokesnya terus menerus seperti itu (mudah diterka) bukan tidak mungkin suatu saat akan pamit pula seperti halnya The Comment. Apalagi siap-siap saja raja talkshow yaitu Tukul Arwana akan kembali mengisi acara di transmedia.
Net tetaplah korporasi yang berorientasi pada profit bukan hanya harus memberikan tayangan yang berkualitas tetapi harus mengikuti keinginan pasar. Net harus membayar ratusan bahkan mungkin ribuan karyawannya belum lagi sewa satelit dan frekuensi ke negara.
"Jangan salah menentukan target pasar, tanpa profit passion is bullshit dan rival bisa datang dari arah mana saja" Yodhia AntariksaÂ
Belakangan kantor-kantor (terutama swasta) yang mendesign sedemikian rupa interior maupun pakaian seragam, ini menunjukan bahwa karakteristik milenial itu memang demikian yaitu unik dan mudah bosan. Berbeda dengan generasi 60, 70 dan 80an yang lebih suka zona nyaman. Imbasnya tayangan televisi pun untuk kaum mereka (generasi 60, 70 dan 80an) terbilang simple dan repetitif seperti sinetron, dangdut, india dan lain sebagainya.
Cerita tentang Net seperti kerajaan Mataram Kuno, kehancuran Mataram Kuno terjadi pada masa kejayaannya yaitu pada masa pemerintahan rajanya yang terkenal yang bernama Erlangga. Net mengalami sigmoid curve.
Jika tidak melakukan perubahan bukan tidak mungkin cerita Mataran Kuno terjadi lagi dan Wisnutama akan dikenang sebagai Raja Erlangga.
Jauh sebelum tulisan ini diterbitkan, yakin bahwa pembahasan semacam ini sudah ada di atas meja rapat net. Tetapi poinnya sungguh bukan itu. Kenyataan sebenarnya dunia ini berasaskan hukum rimba, siapa yang kuat dialah pemenangnya dan kekuatan itu bernama inovasi.Â
Kita telah banyak disuguhkan pemberitaan tentang keperkasaan inovasi seperti kehancuran kodak, bluebird (hampir saja), blackberry, motorola dan yang terbaru adalah wimcycle.Â
Nah sekarang sebagai individu siap-siaplah tergantikan oleh adik-adik kita yang sekarang sedang menempuh pendidikan di luar negeri jika hidup masih biasa-biasa saja. Mari terus berinovasi guna meningkatkan kualitas persaingan.
Dunia berubah dengan sangat cepat. Siapa yang menolak perubahan ditakdirkan untuk binasa.
Semoga Bermanfaat. (Ade Rahmat)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H