8 Dzulhijjah 1440 yang bertepatan dengan 9 Agustus 2019 Muhammadiyah genap berusia 110 tahun. Sebuah umur yang cukup matang untuk ukuran organisasi perserikatan. Di usia 110 Muhammadiyah telah melewati serangkaian peristiwa bersejarah dunia terutama di tanah air tercinta Indonesia. Kematangan usia Muhammadiyah tergambar dari sikap organisasi yang terus menjaga khittahnya dari generasi ke generasi.
Bangga Ber-Muhammadiyah
Muhammadiyah sekarang telah ikut bertransformasi menuju perserikatan yang berkemajuan mengikuti jaman. Muhammadiyah ikut memberikan sumbangsih baik kepada agama maupun negara dalam banyak hal seperti pendidikan, teknologi, kesehatan dan ekonomi. Puluhan ribu amal usaha Muhammadiyah tersebar dari Sabang-Merauke bahkan sampai ke luar negeri tanpa pandang suku, ras dan agama dalam hal pendirinya.
Bangga Ber-Muhammadiyah
Muhammadiyah telah ikut mengawal serangkaian perjalanan bangsa tanpa terkecuali Pemilu dan di tahun 2019 ini banyak sekali kader-kader Muhammadiyah yang berniat mengabdikan diri kepada negara baik itu maju sebagai calon legislatif maupun menjadi menjadi Timses. Sekali lagi Muhammadiyah menunjukan sikapnya dengan melarang siapapun membawa bendera dan berteduh dibawah payung perserikatan. Bahkan sekelas Prof. Amien Rais (tanpa mengurangi rasa hormat dan kekaguman) yang mungkin berguyon akan menjewer pimpinan pusat Muhammadiyah apabila tidak menentukan sikap politik di tahun 2019. Dijawab santai oleh Haedar Nashir bahwa khittah Muhammadiyah adalah gerakan da'wah.
Bangga Ber-Muhammadiyah
"Hidup-hidupilah Muhammadiyah, jangan mencari hidup di Muhammadiyah" Ahmad Dahlan
Ada sebuah teori bahwa budaya organisasi terbentuk oleh sikap pendirinya. Bill Gates yang terbiasa bekerja melebihi jam kerja ditiru samapai sekarang oleh pegawainya. Begitu juga perserikatan Muhammadiyah, pesan KH Ahmad Dahlan dipegang teguh oleh Muhammadiyah sampai sekarang. Beberapa kali pasca putusan pemenang Pemilu Muhammadiyah ditanya mengenai sikapnya. Muhammadiyah bersikukuh kembali pada khittahnya. Muhammadiyah tidak pernah takut kadernya tidak mendapatkan jabatan stategis di pemerintahan.
Bangga Ber-Muhammadiyah
Perang pemikiran yang disajikan oleh media antara Prof. Syafii Maarif dan Prof. Amien Rais tidak sedikit pun terbawa ke perserikatan. Keduanya beberapa kali tertangkap media duduk berdampingan. Keadaan ini juga kembali dicontoh oleh generasi mudanya yaitu Dahnil Azhar Simanjuntak dan Raja Juli Antoni. Dimana keduanya sama-sama terlihat saling support ketika di luar arena Pemilu.
Bangga Ber-Muhammadiyah
Haedar Nashir cukup paham bahwa ikan busuk dari kepalanya. Sikapnya dicontoh samapai ke akar rumput. Tidak satu pun ada baliho atau spanduk yang mengatasnamakan Muhammadiyah dalam hal dukungan terhadap calon legislatif, presiden maupun partai. Apresiasi tinggi juga patut diberikan untuk para admin media sosial Muhammadiyah. Di tengah carut-marutnya media sosial terkait Pemilu admin sosial media Muhammadiyah tidak sedikit pun ikut-ikutan menyerempet pada hal-hal tersebut.
Bangga Ber-Muhammadiyah
Muhammadiyah juga tidak pernah berbicara paling keras mengenai Pancasila dan toleransi di negeri ini. Muhammadiyah telah sepakat bahwa Pancasila adalah Darul Ahdi Wasyahadah dan amal usaha Muhammadiyah fasilitasnya bukan hanya untuk muslim tetapi untuk semua anak bangsa. Siapa pun boleh berobat di rumah sakit Muhammadiyah dan siapa pun boleh bersekolah di sekolah Muhammadiyah. Perguruan tinggi maupun sekolah milik Muhammadiyah yang berdiri di Indonesia Timur 70-80 persennya adalah anak-anak non muslim adalah bukti sumbangsih Muhammadiyah pada negeri ini.
Bangga Ber-Muhammadiyah
(Penulis bukan bagian dari Muhammdiyah hanya pernah mondok di pesantren Muhammadiyah meskipun tidak punya ijazah karena tidak ikut ujian di tahun terakhir, juga bukan aktivis Muhammadiyah dan tidak punya kartu anggota Muhammadiyah. Mengikuti taruna melati untuk IPM saja hanya karena kewajiban di pesantren. Ketika duduk di bangku kuliah pun sama sekali tidak aktif di organisasi kemahasiswaan Muhammadiyah atau IMM)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H