Biopestisida adalah semua bahan dari tanaman, hewan, mikroba atau protozoa yang dapat diolah untuk memusnahkan hama. Biopestisida terbagi menjadi biopestisida nabati (dari tanaman) dan biopestisida hayati (dari hewan). Manfaat biopestisida adalah menjaga kesehatan tanaman, mengembalikan kesuburan tanah, mengendalikan serangan hama dan penyakit.Â
Ekoenzim merupakan salah satu contoh dari biopestisida nabati. Ekoenzim ialah hasil fermentasi limbah organik yang diolah menjadi bahan yang mempunyai manfaat untuk manusia dan alam. Ekoenzim merupakan hasil  fermentasi limbah dapur organik seperti: ampas buah, sisa sayuran, gula alami, dan air. Pada skala rumah tangga kita dapat memanfaatkan limbah dapur untuk membuat ekoenzim. Hasil ekoenzim memiliki aroma fermentasi asam manis yang kuat dan berwarna coklat gelap.Â
Prinsip pengolahan Ekoenzim adalah mempercepat reaksi bio-kimia untuk menghasilkan enzim. Enzim mengubah amonia menjadi nitrat (NO3) yang merupakan zat alami dan bermanfaat untuk nutrisi tanaman. Enzim mengubah CO2 menjadi karbonat (CO3) yang bermanfaat bagi  kehidupan di laut.  Ekoenzim dapat dimanfaatkan untuk rumah tangga, pertanian dan  peternakan. Cairan ini bisa menjadi cairan pembersih rumah, pupuk alami dan pestisidia yang efektif. Ekoenzim juga dapat mengurangi polusi udara yang dihasilkan oleh gas metana dari sampah sebab gas metana dapat memerangkap 21 kali lebih banyak panas daripada CO2 sehingga dapat memperparah pemanasan global. Ekoenzim merangsang pertumbuhan tanaman (sebagai fertilizer), merangsang hormon tanaman untuk meningkatkan kualitas buah dan sayuran dan untuk meningkatkan hasil panen, menyuburkan tanah dan dapat digunakan untuk membersihkan air yang tercemar. Cairan ini juga dapat ditambahkan ke dalam produk shampoo, pencuci piring, dan deterjen. Ekoenzim merupakan cairan yang 100% natural dan bebas dari bahan kimia, mudah terurai dan lembut di tangan dan ramah lingkungan. Sebagai biopestisida ekoenzim dapat membuat semut dan serangga menjauh.Â
Bahan-bahan :Â
- Gula (gula kelapa, gula lontar, Â atau gula aren).
- Air (air isi ulang, air PAM, air hujan, air sumur, air buangan AC, atau air galon).
- Sisa sayur dan buah mentah yang tidak keras seperti buah durian atau kelengkeng, tidak busuk, tidak berulat, dan tidak berjamur. Sisa sayur dan buah mentah tadi dipotong kecil-kecil. semakin banyak jenis sisa sayur dan buah yang dipakai maka akan semakin kaya hasil ekoenzimnya.
Cara Membuat :
- Bersihkan wadah dari bahan kimia dan sisa sabun. Pilih wadah yang memiliki tutup lebar, tidak bermulut kecil karena rentan meledak, Â terbuat dari plastik, dan tidak terbuat dari kaca karena rentan pecah. Misalnya saya ember plastik
- Masukkan air sebanyak 60% dari volume wadah.
- Masukkan gula dengan takaran 10% dari berat air.
- Masukkan potongan sisa sayur dan buah dengan takaran 30% dari berat air.
- Aduk rata kemudian tutup rapat.
- Letakan ekoenzim di tempat yang tidak terkena sinar matahari langsung, sirkulasi udara yang baik, jauh dari bahan kimia, jauh dari tong sampah, jauh dari toilet, dan jauh dari tempat pembakaran sampah.
- Beri keterangan tanggal panen dan tanggal pembuatan.
- Setelah 1 minggu buka tutup wadah agar gas di dalam wadah keluar selama seminggu pertama.
- Buka tutupnya dan aduk pada hari ke-7, hari ke-30, dan hari ke-90.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H