Mohon tunggu...
Ade puji Dwi sulistiani
Ade puji Dwi sulistiani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi membaca bernyanyi dan masak

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Paradigma integritas Islam dan sains dengan ilmu sosiologi

23 Desember 2024   21:53 Diperbarui: 23 Desember 2024   21:53 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Penting untuk memfokuskan dan menciptakan elemen-elemen yang dapat memfasilitasi penggabungan agama dan sains dalam pendidikan. Mulai dari komponen kurikuler, unsur materi, pertimbangan buku teks, aspek penelitian dan wacana, kompetensi, serta lingkungan pendidikan. Meskipun demikian, meskipun terdapat penggabungan agama dan ilmu pengetahuan di Indonesia, terdapat kesulitan-kesulitan yang perlu mendapat perhatian. Tantangannya mencakup perlunya meningkatkan pemahaman dan kemahiran pendidik dalam menggabungkan kedua bidang ini, menghasilkan sumber daya yang sesuai, dan jaminan bahwa integrasi tersebut menghormati keragaman agama dan kepercayaan siswa.

Penelitian mengenai penggabungan agama dan sains dibuktikan dengan penelitian yang berfokus pada metode integrasi dalam pendidikan menengah. Temuan penelitiannya menunjukkan bahwa seluruh warga sekolah memahami pentingnya integrasi dan kemungkinan meleburnya agama dan ilmu pengetahuan dalam pengembangan visi dan tujuan sekolah. Model operasional integrasi menunjukkan perbedaan; khususnya, model yang menggabungkan agama dan sains memasukkan prinsip-prinsip Islam sebagai pendahulu untuk terlibat dalam kemajuan ilmiah (Adawiyah, 2016).

METODE

Penelitian ini menggunakan metodologi kualitatif dengan pendekatan studi kepustakaan. Metode penelitian kualitatif, khususnya studi literatur, kadang-kadang disebut sebagai tinjauan literatur, adalah metodologi penelitian yang melibatkan analisis dan sintesis sumber literatur terkait dalam topik yang dipelajari. Metode penelitian kualitatif, khususnya studi bibliografi, sangat penting dalam memahami evolusi pengetahuan terkini dalam suatu disiplin ilmu, mengidentifikasi kesenjangan pengetahuan, dan membangun kerangka teori yang kuat untuk penelitian yang sedang berlangsung. Strategi ini melibatkan peneliti mengumpulkan, memeriksa, dan menganalisis materi yang ada untuk membedakan pola, tema, dan ide-ide baru.

Peneliti melakukan banyak tahapan saat melakukan penelitian dengan literatur semacam ini. Peneliti awalnya merumuskan pertanyaan mengenai integrasi agama dan sains, proses integrasi, dan dampaknya terhadap pendidikan. Selanjutnya, peneliti memastikan sumber bibliografi dengan mengumpulkan jurnal ilmiah, buku, makalah konferensi, tesis, atau laporan penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan masalah penelitian. Peneliti juga mempertimbangkan keunikan, keterpercayaan, dan kegunaan sumber-sumber yang berkaitan dengan subjek penelitian yang ada. Peneliti kemudian mempelajari dan menganalisis literatur, dengan fokus pada materi, pemahaman, hasil, dan argumen yang signifikan.

Selama prosedur ini, peneliti juga dapat mendokumentasikan pengamatan atau membedakan tema atau pola yang muncul dari materi yang diteliti. Peneliti secara sistematis mengumpulkan dan menampilkan informasi terkait. Hal ini memerlukan penjelasan tema atau pengembangan pola, mengidentifikasi kekurangan pengetahuan, dan memberikan pemahaman yang lebih menyeluruh tentang subjek penelitian. Peneliti pada akhirnya menilai kekuatan dan kelemahan literatur yang dianalisis dan menafsirkan pentingnya temuan untuk pertanyaan penelitian (Sugiyono, 2019).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Paradigma Integrasi Agama dan Sains dalam Pembelajaran PAI

Paradigma adalah kerangka berpikir dalam epistemologi ilmu pengetahuan; terlebih lagi, paradigma terkadang disebut model dalam perumusan gagasan. Istilah "paradigma" mempunyai beberapa arti yang bergantung pada konteks penggunaannya. Dalam filsafat ilmu, paradigma menunjukkan kerangka kerja yang mencakup konsep, prinsip, gagasan, dan metodologi yang digunakan dalam domain pengetahuan tertentu. Paradigma ini dapat mempengaruhi persepsi menyeluruh tentang cara ilmuwan melihat dan memahami berbagai hal dalam domain tersebut. Dalam ilmu-ilmu sosial, paradigma menunjukkan strategi atau kerangka kerja menyeluruh yang digunakan untuk mengkaji dan menganalisis fenomena sosial. Paradigma dalam ilmu sosial mencakup sudut pandang teoritis, metodologi penelitian, dan asumsi mendasar yang digunakan oleh peneliti (Agustina & Shalihin, 2022).

Paradigma umumnya menunjukkan model atau contoh yang diakui yang berfungsi sebagai standar atau pola untuk ditiru atau dianut. 

Menurut teolog John F. Haught, hubungan antara agama dan sains dimulai dengan dialog. Haught menganggap dialog sebagai titik awal dalam membangun pemahaman yang lebih baik antara agama dan sains. Beliau menekankan pentingnya keterbukaan, saling berdialog, menghormati, dan saling belajar antara kedua bidang tersebut. Haught berpendapat bahwa agama dan sains dapat saling melengkapi dan berkontribusi satu sama lain dalam pemahaman kita tentang dunia. Agama, menurut Haught, memberikan kerangka teologis, nilai-nilai etika, dan pertanyaan eksistensial yang mendalam, sedangkan sains memberikan metode empiris, pemahaman fenomena fisik, dan pengetahuan yang diperoleh melalui observasi dan eksperimen. Dalam pandangan Haught, dialog antara agama dan sains dapat membantu memperdalam pemahaman kita tentang realitas secara keseluruhan. KESIMPULAN

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun