Mohon tunggu...
ade pian arista
ade pian arista Mohon Tunggu... Buruh - mahasiswa

supir gojek, yang doyan nulis

Selanjutnya

Tutup

Politik

Tak Salah Bila SBY Disebut sebagai Bapak Bangsa

17 Agustus 2020   20:00 Diperbarui: 17 Agustus 2020   20:33 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tepat di hari ini (Senin, 17 Agustus 2020) Indonesia merayakan hari jadinya ke 75 tahun sejak Soekarno memproklamirkan kemerdekaan setelah menang dari pertempuran melawan penjajah. Perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) tahun ini sangatlah berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.

Di tahun ini, Indonesia merayakan suka duka kemenangan di tengah-tengah masa krisis kesehatan dan krisis ekonomi karena pandemic covid-19.

Penggerekan bendera pun dilakukan dengan cara yang berbeda. Terkhusus bagi tim Paskibraka di istana negara Presiden. Demi menjalankan protokol kesehatan menghambat penularan virus corona, pemerintah memutuskan untuk tidak mengadakan seleksi tim Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora).

Tidak seperti tahun 2019 lalu. Di mana peserta yang tergabung dalam tim Paskibraka dilakukan secara seleksi ketat. Kini, yang ikut terlibat dalam penggerekan bendera dilakukan oleh tim cadangan Paskibraka tahun 2019 saja. Artinya, tahun 2020 ini pemerintah tidak mengadakan seleksi untuk penggerekan bendera di istana, dan penyelenggarannya tentu tidak semeriah tahun-tahun lalu karena hanya disaksikan lewat virtual atau online saja.

Sedih itu pasti. Tapi ada yang lebih menyedihkan karena perayaan kemerdekaan kita diikuti dengan kemerosotan kesejahteraan ekonomi masyarakat akibat dari pandemic covid-19.

Jangankan untuk ikut upacara kemerdekaan, sikap apatis yang dikedepankan rakyat sudah sangat terasa. Mereka seakan tidak peduli dengan makna kemerdekaan yang sesungguhnya. Apalagi kalau bukan karena penderitaan dari segi ekonomi maupun susahnya untuk dapatkan makanan.

Indonesia, bahkan dunia. Sebanyak 215 negara mengalami hal serupa. Pemutusan Hubungan Kerja di mana-mana, usaha kecil maupun menengah banyak yang tutup karena tidak ada pembeli. Bahkan, banyak perusahaan besar tidak bisa beroperasi karena pandemic ini.

Sebagaimana yang disampaikan oleh Presiden ke 6 Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono
"Dewasa ini negara Indonesia tengah menghadapi ujian sejarah"

Sebagai mantan Presiden tentu SBY tahu betul kondisi negara kita saat ini. Hal serupa pernah terjadi di saat mantan Ketua Umum Partai Demokrat ini memimpin NKRI. Hal yang selama ini tidak terpikirkan oleh pemerintah kita hari ini adalah kondisi tanah air yang tengah mengalami krisis kembar.

Apa itu krisis kembar? Krisis pandemic Corona, dan krisis ekonomi.

Salah satu pesan yang begitu 'ngena' dari Bapak bangsa itu ialah adanya kesinambungan antara peran pemerintah dengan rakyatnya. Hujan badai ini bisa berlalu bila kita (negara Indonesia) bersatu melawan pandemic ini dengan cara bersatu.

Apa itu maksudnya?

Pemerintah sebagai penyelenggara negara harus bisa memimpin, membimbing, dan menolong rakyatnya. Sementara, kita sebagai rakyat harus mendukung penuh pemerintahannya. Tak lupa menjalankan kewajiban sebagai rakyat Indonesia.

Wow! Pernyataan paling bijak yang baru saya dengar selama ini.

Terkadang tak habis pikir bila saat ini antara pemerintah dan rakyatnya tidak bisa saling seiya sekata alias bersatu. Rakyat tak percaya lagi sama pemerintah, sementara pemerintah tetap jalan dengan misi dan visi yang dianggap rakyatnya tidak jalan alias abu-abu. Akhirnya saling menyalahkan. Jumlah terjangkit virus terus bertambah. Berita di media massa semakin membuat kita takut untuk keluar rumah. Sangat jauh dari kata MERDEKA!!

Selamat hari jadi Negara Ku.. Selalu Jaya, dan abadi... meski banyak ujian badai menimpa NKRI ku hari ini, semoga bisa berlalu pergi jauh dan membawa keindahan untuk di masa akan datang... Dirgahayu Indonesia ke 75... NKRI Harga Mati!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun