Budaya Konsumen merupakan hal yang berfokus pada pembelanjaan uang konsumen atau pelanggan pada barang-barang material dengan tujuan mencapai gaya hidup kapitalisme.
Hingga saat ini budaya konsumen masih terus berkembang, hal itu ditandai dengan tersedianya berbagai macam jenis barang di pasar. Hingga dapat mengubah kegiatan belanja yang mulanya dilakukan saat membutuhkan saja, menjadi kegiatan untuk mengisi waktu luang.
Bagaimana tidak? Setiap waktu, di berbagai tempat entah itu di rumah, kantor, mau pun sekolah, masyarakat terus-menerus disuguhi berbagai macam informasi yang mendorong mereka berperilaku konsumtif melalui koran, iklan, majalah, hingga platform media sosial.
Di satu sisi, fenomena tersebut memiliki nilai positif, yaitu tanda berkembangnya gaya hidup masyarakat kota. Dimana eskalasi kegiatan konsumsi dipandang sebagai efek dari naiknya penghasilan dan taraf hidup masyarakat. Namun, di sisi lain fenomena tersebut juga dapat dikatakan sebagai tanda menurunnya tingkat rasionalitas masyarakat terhadap perilaku konsumtif.
Dimana yang seharusnya konsumsi dilakukan sesuai kebutuhan, namun sebaliknya, hal tersebut mendorong masyarakat untuk membeli barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan dengan pola pikir “I don’t know what I want, but I know I don’t have it”. Mengapa terjadi demikian? Terdapat lebih dari satu alasan terjadinya hal tersebut, diantaranya:
- Timbulnya rasa tertarik dan ingin membeli hanya karena sering melihat iklan dari suatu barang,
- Timbulnya rasa ingin memiliki suatu barang, dikarenakan melihat teman atau tetangga memiliki barang tersebut,
- Membeli hanya karena barang tersebut dianggap bagus, lucu, atau pun aesthetic, dan masih banyak lagi.
Jika perilaku konsumtif dibiarkan begitu saja, maka hal tersebut akan menjadi gaya hidup baru masyarakat modern yang dapat menjadi salah satu faktor munculnya perilaku hedonisme. Karena, gaya hidup seseorang dilihat dari apa yang dikonsumsinya, baik itu barang mau pun jasa.
Dan biasanya, saat seseorang telah tertarik pada barang atau pun jasa, hingga memutuskan untuk mengonsumsinya, hal tersebut akan menimbulkan nilai baru dan terciptanya status sosial dari apa yang dimilikinya atau dikenakannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H