Pemuda dan dakwah "media"
Pemuda kerap kali disebut sebagai agent of change atau agen perubahan yang memiliki jiwa optimis bukan pesimis apalagi apatis, seorang aktivis (bergerak aktif) bukan pasifis (cenderung diam). sebab ia harus terus mengamati dan mempelajari masyarakat dan linkungan sekitarnya. Guna mengasah kepekaan terhadap gejala-gejala sosial dan alam, sebagai referensi untuk bergerak dan menciptakan perubahan, sebagai orgasme seorang pemuda.
Sebab, dalam diri pemuda dikaruniai nikmat yang sempurna berupa tubuh yang kuat, akal yang sehat (segar) serta semangat yang membara.
Akan tetapi, semangat pergerakan yang ada dalam diri pemuda tidak semua bisa dibenarkan, sebab ia bagaikan "syubhat" yang mampu melahirkan perubahan yang baik (positif) dan juga mampu membawa ke perubahan yang buruk (negatif).
Namun, kita sebagai pemuda muslim patut bersyukur karna islam telah mengatur arah pergerakan kita sebagai pemuda, yaitu dengan konsep amar ma'ruf nahi munkar (menegakkan yang benar dan melarang yang salah) Â yang biasa kita sebut dengan pergerakah dakwah. Dimana tujuannya adalah terbentuknya peradaban islam sebagai wujud nyata dari rahmatallil alamin.
Tapi seorang aktivis muda dakwah juga harus tetap  kompeten (cakap) dalam mendakwahkan islam ini, tidak semerta-merta bergerak tanpa landasan dan strategi. Ia harus mempunyai kompetensi dan daya saing (pengaruh) dalam menarik perhatian publik, terutama di zaman melek teknologi ini. Dimana aktivis dakwah harus sadar bahwa dunia nyata mulai perlahan-lahan ditinggalkan dalam hal memaknai "kehidupan"  dan mulai beralih ke dunia maya, dunia baru yang tercipta oleh akibat dari teknologi tersebut.
Akibatnya, kebanyakan masyarakat sekarang hidup dalam arus informasi yang begitu cepat dan luas, pola hidup dan sudut pandang kehidupan bergantung pada apa yang di komsumsi masyarakat di media terutama media sosial.
Nah, disinilah seorang aktivis dakwah harus mampu melihat peluang dalam menyebarkan ajaran islam ini. Dengan salah satu caranya yaitu mendominasikan konsumsi-konsumsi masyarakat di media dengan segala sesuatu yang bernafaskan islam, yang menuntun menuju kedamaian dan ketentraman. Memasifkan (menguatkan) kembali gerakan dakwah media terutama dakwah "BIL QOLAM" atau dakwah dengan pena (tulisan), sebagai warisan para ulama terdahulu untuk mengabdi dengan abadi.
Terakhir, menyinggung perkataan seorang ulama Hassan Al-Banna "Nahnu Du'at qabla Kulli Syai in". Kita adalah da'i sebelum menjadi apapun. Dari kalimat tersebut dapat kita simpulkan bahwa pada dasarnya, kita adalah seorang da'i sebelum kita menjabat suatu profesi apapun. Perkataan Hassan Al-Banna di atas dapat menjadi cerminan, bahwa pada hakikatnya, seorang muslim adalah pendakwah. Ketika seseorang menuntut ilmu dan memiliki pengetahuan, saat itu pula ia memiliki kewajiban untuk menyebarluaskan ilmu yang dimilikinya tersebut.
Oleh karena itu mari sama-sama kita masifkan gerakan dakwah kita di media sebagai manuver untuk mengembalikan kejayaan islam yang damai dan tentram, sebagai wujud bakti kita terhadap agama dan bangsa.
@aden_elbasith
Aktivis pemuda
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H