Mereka rata rata tinggal di gubuk kayu dan rumah yang tak layak untuk dihuni lagi, genteng sudah banyak yang bocor, dinding yang terbuat dari triplek sudah lapuk dan keramik yang sudah banyak hancur, bahkan ada beberapa rumah yang tidak menggunakan keramik. Jadi ketika hujan tak hanya mengalami bocor saja tapi pemukiman warga akan mengalami banjir dan merasakan kedinginan pada malam hari. jika ditanya apa mereka ingin hidup yang lebih baik, sungguh jelas tentu. Tapi untuk saat ini, mereka menikmati hidup di Bantargebang. Bau busuk yang mereka cium pada sepanjang hari sudah biasa mereka hirup, pencemaran air dan gas metana yang dihasilkan menjadi hal yang tidak asing lagi bagi warga sekitar tempat pembuangan sampah tersebut.
Tapi walaupun kehidupan mereka tercukupi anak anak disana dapat bermain dengan temannya, ditambah banyak relawan yang bersedia secara sukarela menjadi guru untuk memberi pendidikan gratis kepada anak yang orangtua nya tidak mampu untuk menyekolahkan di sekolah yang layak pada umumnya. Tidak sedikit bantuan dari orang luar kepada warga sekitar sini dimulai dari makanan, obat obatan dan bermacam hal lainnya yang mereka butuhkan. Akan tetapi walau kondisi mereka serba kebutuhan dan meski hidup dalam keadaan serba sulit, mereka tetap menjamu tamu yang datang dengan bersikap baik dan menghargai satu sama lain sebagai manusia.
Bahkan sempat ada turis asing kesini untuk memberikan sumbangan kepada bagi mereka yang membutuhkan, menurut beberapa sumber saja ada aktor terkenal bintang hollywood yang kita mungkin pernah kenal atau bahkan kita mengidolakan yaitu Leonardo Dicaprio beliau pernah memposting gambar pemulung yang sedang bekerja di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu di Instagram miliknya dengan caption “Pemulung sedang mengumpulkan plastik dari sampah rumah tangga di tempat pembuangan Bantar Gebang, Jakarta, Indonesia. Tempat ini dianggap sebagai tempat pembuangan sampah terbesar di dunia” Januari 2019. Menanggapi sorotan postingan Leonardo Dicaprio , Wali Kota Bekasi, Rahmat Effendi atau yang sering kita panggil sapaan akrabnya ialah Bang Pepen di Bekasi, membenarkan jika TPST Bantargebang adalah kawasan pembuangan akhir sampah terbesar di dunia.
"Ya memang terbesar di dunia, Bantargebang itu sudah lama, kalian (wartawan) belum lahir, itu sejak 1986 sudah ada," kata Rahmat Effendi. Ia mengatakan Indonesia tertinggal dalam teknologi hingga menyebabkan kawasan TPST Bantargebang tampak terlihat seperti gunung sampah. "Kalau dulu sudah ada teknologi, kemungkinan tidak akan seperti itu (menumpuk layaknya gunung)," kata dia. Meski demikian pemerintah kota bekasi pasti akan melakukan yang terbaik untuk meminimalisir gunung sampah menjadi lebih tinggi jika diteruskan hingga bertahun tahun, salah satunya seperti yang pernah di rencanakan oleh pusat ingin membangun Pembangkit Listrik Tenaga Sampah sejak tahun 2016. Namun hal itu belum terealisasi sampai sekarang, akan tetapi Presiden Jokowi sudah meresmikan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah di Surabaya, Jawa Timur pada Kamis (6/5) 2021 silam. PLTSa tersebut berada di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Benowo, Surabaya, Jawa Timur.
Hal yang dapat kita lakukan untuk saat ini untuk sedikit mungkin dapat membantu warga sekitar pelataran Bantargebang ialah mengurangi limbah agar mereka bisa menghasilkan air bersih, karena disana mereka sangat kekurangan air bersih atau kita bisa membantu dengan memberikan air bersih dan memberikan kehidupan yang layak. Dan terutama pada pendapatan warga sekitar bantargebang yang berprofesi sebagai pemulung untuk lebih diperhatikan dan jangan dipermainkan. Agar kita semua dapat merasakan hal yang layak pada semestinya manusia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H