Mohon tunggu...
Aden Setiawan
Aden Setiawan Mohon Tunggu... Penulis - Foto di ambil saat pelaksanaan kegiatan pengkaderan sebuah organisasi paguyuban daerah.

" Tujuh Dosa Sosial ; Kekayaan tanpa bekerja, kenikmatan tanpa nurani, ilmu tanpa kemanusiaan, pengetahuan tanpa karakter, politik tanpa prinsip, bisnis tanpa moralitas, dan ibadah tanpa pengorbanan " ( Mahatma Gandhi )

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Dompu Rumah Siapa?

2 Desember 2020   13:46 Diperbarui: 2 Desember 2020   14:22 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejak hidup merantau dan menimba ilmu di negeri orang, saya terkadang sesekali pulang kampung. Bukan hanya karena ingin melepas kangen dengan kedua orang tua, kampung sudah lebih dari segalanya, ada cerita-cerita masa kecil yang tak bisa di kalkulasi dengan materi. 

Kalau boleh jujur DOMPU ini negeri yang indah, buktinya sudah jelas. Gedung di belakang saya ini sudah menjadi ikon dan spot foto bagi masyarakat setempat, saya curiga gedung-gedung megah lainnya mungkin bisa jadi spot foto ? Tentu saya gk mau ketinggalan dong, meskipun sudah sedikit terlambat.

Beberapa hari lalu via telepon, ada sahabat yang menanyai kabar. '
gimana kabar mas?
Keadaan Dompu gimana? '
Ungkap salah seorang sahabat saya yang memang jarang sekali pulang kampung.
Dengan nada ragu, Ya baik, baik Alhamdulillah. Jawab saya.

Beberapa teman saya terkadang ragu dan pesimistis, pun juga kawan-kawan lain yang se rantauan termasuk sahabat saya yang telepon tadi. Mereka cukup resah bicara soal keadaan daerah, apalagi kalau bicara soal peluang anak-anak muda untuk membangun daerahnya. Padahal teman-teman saya tadi cukup kompeten di bidangnya masing-masing.

Begitupun dengan Kemarin malam, waktu sudah cukup larut, Seorang sahabat curhat tentang dia yang memilih resain dari pekerjaannya sebagai seorang operator di salah satu sekolah negeri.
Loh Kenapa keluar ? ' tanya ku heran '
Gaji ku tak seberapa ! Jawabannya tegas. Selain persoalan upah, pekerjaan yang doble dan tidak beraturan menjadi alasannya resain. Padahal setahu saya dia cukup lincah dan gk Gaptek, lebih-lebih dia cukup matang berorganisasi di salah satu organisasi nasional.

Kembali ke DOMPU.

Lantas saya pikir, Dompu ini memang rumah. Tapi milik siapa ?

Saya melihat ini sebagai suatu problem yang tidak bisa di pandang sebelah mata. Ini menjadi Tanda tanya besar untuk kita semua, untuk teman-teman saya tadi yang merasa terasing dengan Daerahnya sendiri. Tanda tanya pula untuk semua orang dan kalangan masyarakat, dan tentu ini menjadi pukulan bagi kita semua. Ini adalah PR besar bagi pemerintah daerah Kabupaten Dompu.

Bagaimanapun sebagai pemuda dan mewakili harapan ribuan pemuda lainnya saya berharap setidaknya ada ruang bagi kami untuk mengisi kekosongan dan kehampaan kebijakan. Pemerintah harus serius membangun daerah lewat mempersiapkan dan mengembangkan pemuda-pemuda yang progresif di bidangnya masing-masing, terlebih sekarang kita memasuki Bonus Demografi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun