Mohon tunggu...
Ade MestiAnugrah
Ade MestiAnugrah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tanjungpura Pontianak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Legenda Puaka Sungai Kapuas (Kalite dan Napuas)

18 April 2021   15:36 Diperbarui: 18 April 2021   15:59 1902
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Sungai Kapuas / wisato.id

Napuas : "Jika kita harus tinggal disini, maka aku adalah Rajanya. Semua penghuni hutan harus tunduk padaku. Semua wilayah adalah kekuasaanku dan Sang Ular akan jadi bawahanku."

Sang Ular : "Tak bisa seperti itu mengaku dirimu sebagai seorang Raja. Harusnya kakakmu yang menjadi Raja dan wilayah ini dapat dibagi dua jika kalian mau berbagi."

Napuas : "Tidak! Aku tidak mau berbagi, seluruhnya akan jadi wilayah kekuasaanku. Hei ular bodoh! Jangan mengaturku karena kau harus jadi bawahanku."
Kalite : "Mengapa kau sangat serakah adikku? Tidak pantas kau menghina ular ini."

Sang Ular : "Napuas, kau sudah melampaui batasanmu. Kau akan menanggung akibat perbuatan dan ucapanmu!"

Napuas yang semakin diluar batas karena serakah dan menghina Sang Ular bahkan tidak menghargai saudaranya lagi. Tiba-tiba, air sungai meluap dan membanjiri daerah sekitarnya. Ketika kaki Napuas terendam air sungai, dia berubah menjadi seekor buaya yang sangat besar. Kalite terkejut melihat adiknya berubah menjadi seekor buaya dan Sang Ular menjelaskan hal tersebut.

Sang Ular : "Kesombongan dan keserakahanmu tidak bisa dimaafkan. Kau tidak akan pernah menjadi penguasa di pulau ini. Aku adalah leluhur pulau ini dan kau sebagai pendatang bersikap sangat keterlaluan. Mulai sekarang kau akan menjadi buaya yang akan tinggal selamanya di sungai."

Napuas : "Kaliteeeeee.... Tolong aku"

Napuas terseret air sungai yang membawanya tenggelam ke dalam sungai. Kalite sangat kasihan pada adiknya dan memohon pada Sang Ular agar dia diizinkan menemani adiknya karena dia menyayangi adiknya. Sang Ular pun memahami perasaan Kalite dan mengubahnya menjadi buaya putih yang besar agar bisa hidup bersama adiknya di sungai.

Sang Ular : "Kau menjadi buaya putih sebagai wujud kebaikan agar bisa tinggal di sungai bersama adikmu. Aku harap hal ini dapat memberi adikmu pelajaran. Kau sangat baik sebagai saudara, aku harap kalian berdua dapat hidup dengan damai. Aku menjadikan kalian sebagai penjaga sungai ini, wilayah kekuasaanmu di Hulu dan wilayah adikmu di Hilir. Kalian bisa saling bertemu tapi tidak sering karena akan terjadi banjir besar saat kalian berdua bertemu."

Kalite dan Napuas kini telah menjadi makhluk penjaga sungai dan Sang Ular memberi nama sungai itu sebagai Sungai Kapuas. Nama tersebut diambil dari gabungan nama Kalite dan Napuas yang sekarang dikenal sebagai Puaka atau Penjaga Sungai. Kalite menjaga di Hulu Sungai Kapuas dan Napuas menjaga di Hilir Sungai Kapuas. 

Mereka hanya bisa bertemu sesekali karena besarnya tubuh mereka dapat menyebabkan banjir apabila mereka bertemu. Sejak saat itu, Sang Ular bersumpah bahwa siapa pun pendatang di pulau ini akan bisa keluar masuk, tetapi barangsiapa yang meminum air Sungai Kapuas, maka tidak akan pernah melupakan Sungai Kapuas. Kemudian, Puaka Kalite dan Puaka Napuas sejatinya merupakan wujud dari kebaikan dan keburukkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun