ADELYA RESKY, ADIL
Email: adelyaresky64@gmail.com dan adil@umpalopo.ac.id
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Prodi S1 Manajemen
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALOPO
Tujuan dari pembuatan artikel ini adalah saya ingin memberikan pendapat/ opini saya tentang Manajemen Operasional Agribisnis dalam sisten keselamatan dan kesehatan kerja. Jadi jika ada kalimat saya yang kurang pantas mohon di maafkan karena ini merupakan sebuah pendapat pribadi saya saja.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah aspek yang sangat krusial dalam berbagai sektor industri, termasuk agribisnis. Agribisnis sendiri mencakup seluruh aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan pertanian, mulai dari proses produksi hingga distribusi hasil panen. Dalam praktiknya, sektor ini menghadapi berbagai risiko kerja yang dapat mengancam keselamatan pekerja, mengurangi efisiensi produksi, dan bahkan menghambat keberlanjutan usaha jika tidak dikelola dengan baik.
Fakta bahwa lebih dari 170.000 pekerja pertanian meninggal setiap tahunnya akibat kecelakaan kerja dan penyakit terkait pekerjaan, seperti yang dilaporkan oleh International Labour Organization (ILO), menjadi bukti nyata bahwa penerapan sistem K3 bukan sekadar formalitas. Menurut saya, angka tersebut adalah alarm keras yang menegaskan bahwa keselamatan kerja di sektor agribisnis masih sering diabaikan.
Saya sependapat dengan pandangan bahwa kesuksesan agribisnis tidak hanya diukur dari seberapa besar hasil produksinya, tetapi juga dari seberapa aman dan sejahtera para pekerjanya. Seperti yang ditegaskan oleh Smith (2021), keberhasilan agribisnis terletak pada keseimbangan antara produktivitas dan perlindungan terhadap tenaga kerja. Menurut saya, ini adalah konsep yang sangat relevan karena pekerja yang merasa aman dan dihargai akan memberikan kontribusi lebih besar terhadap kinerja perusahaan.
Oleh karena itu, penerapan sistem K3 harus menjadi prioritas utama dalam manajemen operasional agribisnis. Bukan hanya untuk mematuhi regulasi, tetapi sebagai bentuk tanggung jawab moral dan strategi bisnis yang cerdas. Dengan lingkungan kerja yang aman, risiko kecelakaan dapat diminimalisir, produktivitas meningkat, dan keberlanjutan usaha lebih terjamin.
Menurut pendapat saya, agribisnis yang baik adalah agribisnis yang tidak hanya peduli pada hasil panen, tetapi juga pada keselamatan orang-orang yang bekerja untuk menghasilkan panen tersebut.
Pentingnya Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam Agribisnis
Menurut pendapat pribadi saya, penerapan sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam agribisnis memiliki peran yang sangat penting untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman, produktif, dan berkelanjutan. Tujuan utamanya tidak hanya untuk mengurangi risiko kecelakaan kerja, tetapi juga untuk meningkatkan efisiensi operasional dan memastikan produksi yang ramah lingkungan.
1. Mengurangi Risiko Kecelakaan Kerja
Menurut saya, banyak kecelakaan di sektor agribisnis sebenarnya bisa dicegah jika ada kesadaran lebih tentang pentingnya penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) dan pelatihan yang memadai dalam mengoperasikan alat berat. Kurangnya pengetahuan dan kelalaian sering menjadi pemicu utama insiden di lapangan. Berdasarkan data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sekitar 40% kecelakaan kerja di agribisnis dapat dicegah dengan penerapan sistem K3 yang baik. Menurut saya, ini menunjukkan bahwa pencegahan jauh lebih efektif daripada penanganan setelah kecelakaan terjadi.
2. Meningkatkan Efisiensi dan Produktivitas
Saya percaya bahwa lingkungan kerja yang aman dan sehat berkontribusi langsung terhadap peningkatan produktivitas tenaga kerja. Pekerja yang merasa terlindungi akan lebih fokus, nyaman, dan termotivasi dalam menjalankan tugasnya. Penelitian oleh Brown & Miller (2019) menunjukkan bahwa perusahaan agribisnis yang menerapkan sistem K3 dengan baik mengalami peningkatan produktivitas sebesar 25% dibandingkan dengan yang tidak menerapkannya. Bagi saya, ini adalah bukti nyata bahwa K3 bukan hanya soal keselamatan, tetapi juga strategi untuk meningkatkan kinerja bisnis.
3. Menjaga Kualitas Produk dan Keamanan Pangan
keselamatan kerja tidak hanya berdampak pada kesejahteraan pekerja, tetapi juga berpengaruh langsung terhadap kualitas produk yang dihasilkan. Misalnya, kelalaian dalam pengelolaan pestisida dapat menyebabkan kontaminasi bahan kimia berbahaya yang merusak kualitas dan keamanan pangan. Penelitian dari Agricultural Safety Institute (2021) menyebutkan bahwa penerapan K3 yang ketat dapat mengurangi tingkat kontaminasi produk pertanian hingga 30%. Ini menunjukkan bahwa menjaga keselamatan kerja berarti juga menjaga kepercayaan konsumen terhadap produk yang dihasilkan.
4. Meningkatkan Kepatuhan terhadap Regulasi
Dari sudut pandang saya, penerapan sistem K3 juga penting untuk memastikan kepatuhan terhadap regulasi yang berlaku. Di Indonesia, regulasi terkait K3 diatur dalam Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan serta Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen K3 (SMK3). Perusahaan yang mengabaikan aturan ini tidak hanya berisiko terkena sanksi hukum, tetapi juga dapat kehilangan kepercayaan dari konsumen dan investor. Bagi saya, mematuhi regulasi ini bukan hanya kewajiban hukum, tetapi juga bagian dari tanggung jawab etis dalam menjalankan bisnis yang berkelanjutan.
Secara keseluruhan, penerapan sistem K3 dalam agribisnis bukan hanya soal memenuhi standar keselamatan, tetapi juga strategi untuk meningkatkan efisiensi, menjaga kualitas produk, dan memastikan kelangsungan usaha. Saya percaya bahwa agribisnis yang sukses adalah yang mampu mengelola risiko dengan baik, melindungi pekerjanya, dan menghasilkan produk yang aman bagi konsumen. Dengan kata lain, keselamatan kerja adalah investasi jangka panjang, bukan sekadar beban operasional.
Strategi Implementasi K3 dalam Manajemen Operasional Agribisnis
Menurut pendapat pribadi saya, manajemen operasional dalam agribisnis seharusnya tidak hanya berfokus pada efisiensi produksi dan pencapaian keuntungan semata, tetapi juga harus menjadikan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sebagai bagian integral dari sistem manajemen. Penerapan K3 yang efektif tidak hanya melindungi pekerja dari risiko kecelakaan, tetapi juga berdampak positif terhadap produktivitas, motivasi, dan kinerja karyawan secara keseluruhan. Saya percaya bahwa lingkungan kerja yang aman akan menciptakan rasa nyaman, meningkatkan semangat kerja, dan secara tidak langsung meningkatkan performa organisasi.
1. Pentingnya Pelatihan dan Edukasi Tenaga Kerja
Menurut saya, pelatihan yang memadai adalah kunci utama dalam mencegah kecelakaan kerja di sektor agribisnis. Banyak insiden yang sebenarnya bisa dihindari jika pekerja memahami potensi bahaya di lingkungan kerja mereka dan tahu bagaimana cara mengelolanya. Pelatihan mengenai penggunaan Alat Pelindung Diri (APD), pengelolaan bahan kimia berbahaya, serta prosedur tanggap darurat harus menjadi prioritas. Berdasarkan laporan dari National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH, 2022), perusahaan yang rutin memberikan pelatihan mengalami penurunan kecelakaan kerja hingga 40%. Bagi saya, ini adalah bukti nyata bahwa investasi dalam pelatihan bukanlah biaya tambahan, melainkan langkah strategis untuk keselamatan jangka panjang.
2. Pemanfaatan Teknologi untuk Mengurangi Risiko
Saya juga percaya bahwa teknologi memainkan peran penting dalam mengurangi risiko kerja di agribisnis. Misalnya, penggunaan drone untuk penyemprotan pestisida atau otomatisasi sistem irigasi tidak hanya meningkatkan efisiensi, tetapi juga mengurangi paparan langsung pekerja terhadap bahan kimia berbahaya. Teknologi bukan hanya alat untuk meningkatkan produktivitas, tetapi juga solusi inovatif untuk menciptakan lingkungan kerja yang lebih aman.
3. Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang Ketat
Dalam pandangan saya, penerapan SOP yang jelas dan ketat di setiap tahapan operasional agribisnis sangat penting untuk menjaga konsistensi dalam keselamatan kerja. SOP bukan hanya dokumen formalitas, tetapi panduan praktis yang membantu pekerja memahami langkah-langkah kerja yang aman. Misalnya, penggunaan masker dan sarung tangan saat menangani bahan kimia berbahaya harus menjadi prosedur wajib, bukan sekadar anjuran. Kedisiplinan dalam menerapkan SOP akan mengurangi risiko kecelakaan secara signifikan.
4. Pengawasan dan Evaluasi Berkala
Saya berpendapat bahwa pengawasan rutin dan evaluasi berkala adalah kunci untuk memastikan efektivitas sistem K3 di lapangan. Audit internal secara teratur memungkinkan perusahaan untuk mengidentifikasi potensi risiko sebelum berkembang menjadi masalah serius. Selain itu, evaluasi berkala juga membantu perusahaan untuk terus memperbaiki sistem K3 sesuai dengan perkembangan teknologi dan kondisi kerja yang berubah. K3 bukanlah sistem statis; harus selalu ada ruang untuk perbaikan dan adaptasi.
Secara keseluruhan, menurut saya, penerapan sistem K3 yang efektif dalam agribisnis bukan hanya tentang mematuhi peraturan, tetapi juga tentang menciptakan budaya kerja yang peduli terhadap keselamatan dan kesejahteraan karyawan. Pelatihan yang memadai, pemanfaatan teknologi, penerapan SOP yang ketat, dan pengawasan berkelanjutan adalah fondasi untuk membangun lingkungan kerja yang aman. Bagi saya, agribisnis yang sukses bukan hanya yang menghasilkan keuntungan besar, tetapi juga yang mampu melindungi aset terpentingnya---yaitu para pekerjanya.
Tantangan dalam Penerapan K3 di Agribisnis
meskipun penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam agribisnis memiliki manfaat yang sangat besar, realitanya masih terdapat berbagai tantangan yang menghambat implementasinya secara efektif. Tantangan ini tidak hanya berasal dari faktor teknis, tetapi juga dari aspek budaya kerja dan kesadaran individu di lapangan.
1. Kurangnya Kesadaran dan Pendidikan tentang K3
Saya berpendapat bahwa salah satu tantangan terbesar dalam penerapan K3 di sektor agribisnis adalah rendahnya tingkat kesadaran dan pemahaman mengenai pentingnya keselamatan kerja, terutama di wilayah pedesaan. Banyak pekerja agribisnis yang menganggap risiko kecelakaan sebagai bagian biasa dari pekerjaan mereka, tanpa menyadari bahwa sebagian besar insiden sebenarnya dapat dicegah. Kurangnya akses terhadap pendidikan dan pelatihan K3 membuat para pekerja tidak memiliki cukup pengetahuan untuk melindungi diri mereka sendiri. Menurut saya, ini menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah, perusahaan, dan lembaga pendidikan untuk meningkatkan literasi K3 di kalangan pekerja agribisnis.
2. Biaya Implementasi yang Tinggi
Dari sudut pandang saya, tantangan lain yang cukup signifikan adalah tingginya biaya yang diperlukan untuk menerapkan sistem K3 secara menyeluruh. Pengadaan Alat Pelindung Diri (APD) yang berkualitas, pelatihan rutin bagi pekerja, serta investasi dalam teknologi keselamatan memerlukan anggaran yang tidak sedikit. Hal ini menjadi kendala khususnya bagi usaha kecil dan menengah (UKM) di sektor agribisnis yang memiliki keterbatasan dana. Namun, menurut saya, biaya untuk pencegahan jauh lebih murah dibandingkan dengan kerugian akibat kecelakaan kerja, baik dari segi finansial maupun dampak terhadap reputasi perusahaan.
3. Resistensi dari Pekerja dan Pengusaha
Saya juga melihat bahwa resistensi dari para pekerja dan pengusaha menjadi hambatan yang cukup kompleks dalam penerapan K3. Beberapa pekerja merasa enggan menggunakan APD karena dianggap tidak nyaman, menghambat mobilitas, atau membuat mereka merasa kurang bebas saat bekerja. Di sisi lain, pengusaha sering melihat penerapan K3 sebagai beban tambahan yang dapat mengurangi margin keuntungan mereka. Menurut saya, pola pikir ini perlu diubah. K3 bukanlah beban, melainkan investasi jangka panjang untuk menciptakan lingkungan kerja yang produktif dan berkelanjutan. Pekerja yang merasa aman akan lebih termotivasi, dan perusahaan yang memiliki sistem K3 yang baik cenderung lebih dipercaya oleh mitra bisnis dan konsumen.
Kesimpulan
Secara keseluruhan, menurut saya, penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam agribisnis sangat penting dan tak bisa diabaikan. K3 tidak hanya melindungi pekerja dari risiko kecelakaan atau penyakit akibat kerja, tetapi juga berperan besar dalam meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan kelangsungan bisnis itu sendiri.
Dengan sistem K3 yang baik, banyak manfaat yang bisa diperoleh, seperti mengurangi kecelakaan kerja, meningkatkan semangat dan kepuasan karyawan, menjaga kualitas produk, serta memastikan perusahaan mematuhi regulasi yang ada. Pelatihan yang memadai, penggunaan teknologi yang tepat, penerapan prosedur yang jelas, dan pengawasan rutin adalah langkah-langkah yang sangat penting untuk memastikan bahwa K3 diterapkan secara efektif di sektor agribisnis.
Namun, saya juga menyadari bahwa tantangan dalam penerapannya masih cukup besar. Banyak pekerja dan pengusaha yang belum sepenuhnya menyadari pentingnya K3. Selain itu, biaya yang diperlukan untuk menerapkan K3 juga bisa menjadi beban, terutama bagi perusahaan kecil dan menengah. Bahkan, beberapa pekerja merasa tidak nyaman menggunakan alat pelindung diri (APD), dan pengusaha pun terkadang menganggap K3 sebagai tambahan beban yang mengurangi keuntungan.
Meskipun begitu, saya percaya tantangan ini bisa diatasi dengan kerjasama antara pemerintah, perusahaan, dan para pekerja. Jika kesadaran tentang pentingnya K3 terus ditingkatkan, serta dengan dukungan kebijakan yang tepat dan perubahan pola pikir tentang K3 sebagai investasi jangka panjang, saya yakin penerapannya bisa lebih efektif.
Pada akhirnya, keselamatan kerja bukan hanya soal melindungi pekerja, tetapi juga menjaga keberlanjutan dan kualitas bisnis itu sendiri. Agribisnis yang sukses tidak hanya dilihat dari besar kecilnya keuntungan, tapi juga bagaimana perusahaan bisa menjaga keselamatan dan kesejahteraan pekerjanya.
Mungkin sekian dari saya mohon maaf jika ada kalimat atau kata saya yang kurang sopan untuk kedepannya saya akan perbaiki dan membuat yang lebih nyaman untuk dibaca.
 Terima kasih.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI