Pencarian siswa SMPN 7 Kota Mojokerto yang terseret ombak di Pantai Drini, Yogyakarta resmi ditutup setelah Tim SAR gabungan menemukan jasad Rifky Yudha Pratama pada hari Rabu 29-1-2025 pukul 07.30Â
    Keselamatan dalam kegiatan sekolah di luar ruangan adalah hal yang sangat penting dan tidak boleh diabaikan. Kegiatan seperti outing class atau study tour memang memiliki manfaat besar bagi siswa, seperti meningkatkan wawasan, pengalaman, dan kebersamaan. Namun, tanpa perencanaan yang matang dan sistem keamanan yang baik, kegiatan ini bisa berubah menjadi bencana.
    Tragedi outing class di Pantai Drini menjadi pengingat pentingnya evaluasi sistem keamanan dalam kegiatan sekolah di luar ruangan. Peristiwa ini menunjukkan perlunya perencanaan yang lebih matang, pemilihan lokasi yang aman, serta kesiapan pendamping dalam menghadapi situasi darurat. Sekolah harus bekerja sama dengan pihak berwenang untuk menerapkan protokol keselamatan yang ketat, termasuk regulasi izin kegiatan di lokasi berisiko tinggi. Kesadaran dan edukasi tentang keselamatan juga harus ditingkatkan agar kejadian serupa tidak terulang di masa depan.
    Pada Selasa pagi, 28 Januari 2025, rombongan SMPN 7 Mojokerto yang terdiri dari 261 siswa dan 16 guru tiba di Pantai Drini, Gunungkidul, Yogyakarta, sekitar pukul 06.00 WIB. Setelah tiba, beberapa siswa melakukan aktivitas di sekitar area pantai dan bermain air. Secara tiba-tiba, ombak besar datang dan menyeret 13 siswa ke tengah laut. Tim SAR gabungan segera melakukan upaya penyelamatan. Tiga siswa ditemukan dalam kondisi meninggal dunia, sementara satu siswa lainnya dinyatakan hilang dan masih dalam proses pencarian. Sisa korban berhasil diselamatkan dan mendapatkan perawatan medis. Insiden ini terjadi di area yang dikenal sebagai zona rip current atau arus balik yang kuat, yang berbahaya bagi perenang. Kejadian ini menyoroti pentingnya kewaspadaan dan pemahaman tentang kondisi pantai sebelum melakukan aktivitas di sekitar area tersebut.
    Pantai Drini memiliki arus balik yang kuat, yang dapat dengan cepat menyeret orang ke tengah laut.Ombak tinggi tiba-tiba datang saat siswa bermain air, menyebabkan mereka terseret. Cuaca di pantai bisa berubah secara mendadak, dan hari kejadian diduga memiliki kondisi laut yang kurang bersahabat. Tidak adanya informasi yang cukup mengenai potensi bahaya dari pihak berwenang sebelum kegiatan dilakukan. Diduga pengawasan terhadap siswa saat bermain air kurang optimal, sehingga mereka masuk ke area berbahaya. Kurangnya informasi atau edukasi tentang risiko pantai bagi siswa dan pendamping. Jika papan peringatan atau informasi mengenai daerah rawan ombak lebih jelas, mungkin tragedi ini bisa dicegah.
    Sekolah harus melakukan survei lokasi terlebih dahulu untuk memastikan keamanan tempat wisata yang akan dikunjungi. Sebelum kegiatan, siswa dan pendamping perlu dibekali dengan pengetahuan tentang risiko dan langkah-langkah keselamatan, terutama jika ke lokasi berisiko seperti pantai atau gunung. Guru dan pendamping harus selalu mengawasi siswa, memastikan mereka tidak memasuki area berbahaya, serta membatasi aktivitas yang berisiko tinggi. Sekolah perlu bekerja sama dengan penyelenggara wisata, tim SAR, atau pihak berwenang untuk mendapatkan informasi kondisi lokasi dan langkah darurat jika terjadi insiden.
    Pihak wisata harus menyediakan papan informasi mengenai bahaya, seperti arus laut kuat, ombak tinggi, atau area yang tidak boleh dimasuki. Harus ada petugas yang selalu siap mengawasi pengunjung dan memberikan peringatan jika ada kondisi yang berbahaya. Pihak berwenang, seperti BPBD atau BMKG, harus memberikan peringatan dini jika ada potensi cuaca buruk atau gelombang tinggi. Pemerintah daerah harus menetapkan aturan ketat terkait aktivitas wisata di lokasi berisiko dan memastikan semua penyelenggara wisata mematuhinya.
    Sebelum anak ikut kegiatan outdoor, orang tua bisa memberi pemahaman tentang bahaya yang mungkin terjadi dan bagaimana menghindarinya. Orang tua harus memahami detail outing class, termasuk lokasi, aktivitas yang dilakukan, serta sistem keamanannya. Jika lokasi atau aktivitas dirasa terlalu berisiko, orang tua berhak mempertimbangkan apakah anak mereka boleh ikut atau tidak. Jika memungkinkan, anak bisa dibekali perlengkapan seperti pelampung atau alat komunikasi darurat jika diperlukan.
    Tragedi outing class di Pantai Drini adalah peristiwa memilukan yang seharusnya tidak terjadi jika keselamatan menjadi prioritas utama. Kejadian ini bukan hanya duka bagi keluarga korban, tetapi juga menjadi pengingat bagi sekolah, penyelenggara wisata, dan masyarakat bahwa kegiatan luar sekolah harus direncanakan dengan matang dan diawasi dengan ketat.
    Agar kejadian serupa tidak terulang, sistem keamanan dalam setiap kegiatan luar sekolah harus diperbaiki. Sekolah perlu lebih selektif dalam memilih lokasi, meningkatkan pengawasan, serta memberikan edukasi keselamatan kepada siswa. Penyelenggara wisata dan pihak berwenang juga harus lebih tegas dalam memberikan peringatan serta memastikan area wisata aman bagi pengunjung, terutama anak-anak.
    Selain itu, kesadaran akan pentingnya keselamatan di tempat wisata, terutama pantai dengan ombak besar, harus ditingkatkan. Semua pihak, termasuk orang tua dan siswa, harus memahami risiko yang ada dan selalu waspada. Jangan sampai kesenangan sesaat berujung tragedi yang tak terlupakan. Dengan kerja sama dan kepedulian bersama, kita bisa mencegah peristiwa serupa terjadi di masa depan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI