Mohon tunggu...
Novi Ana Rizqiani
Novi Ana Rizqiani Mohon Tunggu... Lainnya - The Little who has The Big Dream

| Jika ada kebaikan dari akun ini, semata datangnya dari Allah swt | Izinkan aksara menari kala suara mulai senyap |

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Pesona JNE Mengubah Preloved Menjadi Beloved!!

31 Januari 2022   22:16 Diperbarui: 31 Januari 2022   22:17 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Design: adelyanovi ; Pic: pngwing

Bicara UMKM erat kaitannya dengan berniaga ― yang dahulu kala dideskripsikan sebagai penawaran produk dari orang ke orang secara langsung. Sistem yang dimiliki pun jauh dari kata cepat, praktis, dan mudah. Seperti diketahui bahwa pada masa peradaban kuno, sistem ekspedisi menggantungkan nasibnya pada situasi cuaca yang ada. Sebelum kehadiran mata uang rupiah, barter pernah berjaya di eranya, beras ditukar dengan seekor ayam dan lain-lain. Sehingga memerlukan waktu dan biaya yang tidak murah dan mudah.

Menjajaki masa minim digitalisasi ini, telah begitu banyak memberikan pengalaman berharga yang selalu mengingatkan kita untuk tidak lupa berterima kasih pada Yang Esa. Asa kemajuan menjadi angin segar yang mampu mendorong percepatan pemulihan ekonomi nasional.

Sebagai motor perekonomian, UMKM menjadi jawara yang layak didukung kehadirannya. Kalau saat ini kalian sudah menjadi UMKM consumer, maka kalian adalah pahlawan masa kini. UMKM merupakan salah satu pilar penting dalam perekonomian Indonesia. Selain bertumbuh untuk memenuhi kebutuhan pemilik usaha. Tidak sedikit UMKM yang juga mampu menciptakan lapangan pekerjaan hingga menyerap tenaga kerja. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, UMKM mulai beradaptasi, berkreasi, dan berinovasi dengan fasilitasi digital saat ini. Hal ini didorong pula himpitan pandemi yang datang tanpa permisif.  Kepekaan terhadap dampak yang timbul olehnya, telah memaksa seluruh lini untuk melek digital.

Adaptasi dapat dilihat mulai dari keberagaman kreasi desain hingga inovasi rasa. Perlahan bergerak menuju perubahan yang positif. Selain itu digitalisasi menjadi pembuka jalan bagi mereka untuk bertahan dalam badai pandemi yang penuh ketidakpastian. Kemudahan tersebut tumbuh selaras dengan menjamurnya marketplace atau pihak ketiga yang mewadahi. Hal ini perlahan mulai dirasakan dengan jangkauan wilayah hingga pelosok nusantara. Mengantarkan produk original hingga imitasi bahkan dari yang baru hingga bekas atau istilah kekiniannya "preloved". 

Akhir tahun Dua Ribu Sembilan Belas, mencoba menjajaki usaha sebagai pedagang preloved. Terbersit keinginan ini karena, memiliki cukup banyak barang yang dibeli namun tidak pernah terpakai. Hal pertama yang dilakukan adalah memilah satu persatu produk yang sekiranya "layak" untuk dijual. Setelah mengeliminasi, maka dilakukan pengecekan hingga menerjemahkan ke dalam display foto produk. 

Beberapa produk yang sama sekali tiada terjamah telah tertata rapi dalam etalase online shop. Berhubung saya sudah jobless dan tidak memiliki modal cukup untuk membuka lapak offline. Maka hanya mengandalkan kekuatan market place untuk menjajakan produk tersebut. Keluarga pun sangsi melihat kemungkinan terjualnya produk-produk tersebut. Namun selama masih berusaha, saya percaya Allah selalu beri jalan.

Kala itu pandemi belum benar-benar sampai pada tahtanya. Sehingga budaya berjualan tatap muka masih menghiasi sistem jual beli tanah air.   Kehadiran pihak ketiga ini, cukup membantu saya untuk menjajakan produk-produk tersebut tanpa mengeluarkan biaya-biaya tambahan. 

Tidak berharap muluk-muluk, asal laku saya senang. Mengingat hampir separuh harga saya pertaruhkan agar, terjualnya produk-produk preloved ini.

Yang namanya jualan ya harus sabar ― realita menyatakan bahwa produk yang saya naikan memiliki insight  yang tidak terlalu signifikan. Namun setidaknya tidak terlalu sepi, satu atau dua pengunjung sesekali menjadi viewer bahkan negosiator. Hingga suatu saat, terjadilah transaksi dimana beberapa calon pembeli menawar produk yang sama. Jujur saja ―  negosiasi ini membunuhku ― pasalnya masih ada pembeli menawar produk dengan harga asli di pasaran yang tidak murah. Sebagai seller pemula, saya mencoba menarik harga hingga menemukan angka yang pantas.

Bagai pungguk merindukan bulan ― tak kunjung jua produk-produk tersebut lolos checkout. Penawaran yang datang cukup mengerenyitkan dahi. Pasalnya harga yang terpampang sudah dipangkas habis demi terjualnya barang-barang tersebut. Hingga tiba pembelian pertama untuk produk tas. Selang beberapa minggu kemudian produk-produk lainnya menyusul. Di balik perjalanannya menuju tangan pembeli, ada satu kisah menarik yang cukup mengesankan. 

Pembelian produk blazer , menjadi salah satu pengalaman yang membuktikan preloved ini menjadi "beloved". Tanpa berfikir panjang, pembeli melakukan transaksi dan hanya mengajukan beberapa pertanyaan pun tanpa menawar. Lokasi kami pun tidak sedekat yang dibayangkan, saat itu saya melakukan pengiriman dari Tangerang dengan pembeli berada di Surabaya. Setelah melakukan cetak resi dan membawanya ke counter JNE terdekat. Langsung saya memberikan produk tersebut ke mas-mas counter untuk dijadwalkan pengiriman. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun